"Cal,"
"Hm?"
"Nyalain hotspot dong,"
"Udah,"
"Makasih,"
"Okei,"
Didi kembali bermain game onlinenya yang sempat terhenti karena kuotanya yang habis mendadak.
"Ck," Didi berdecak sebal.
"Kenapa, Di?" tanya Ical.
"Sinyal hotspot lo lemot banget, sama kayak otak si Chiko," Didi menyala matikan sambungan wifinya berharap jaringan mendukung.
"Ih, lo beli paket di counter atau di apotek sih? Kok lemot banget sih!"
Ical yang mendengar itu menggeram kesal. "Gak tau terima kasih banget sih lo. Beruntung dah dikasi,"
"Apanya yang beruntung?"
"Udah, biar puas gue matiin aja!" seru Ical.
Didi berdecih. "Pelit banget, hu." ejek Didi sembari menjulurkan lidahnya.
Ical menatap jengah pada Didi. Maunya si Didi apasih? Kalo dinyalain dikatain lemot kalo dimatiin dikatain pelit."
"Udah, gak usah emosi, cicil dulu emosinya karena setelah ini gue yakin emosi lo bakal meledak semeledaknya," ujar Didi parau.
"Ngomong apaan sih?"
"Cal, gue sebenarnya suka sama salah satu cewek yang ada di dekat lo."
"Emak gue?" tanya Ical begitu polosnya.
Didi menerawang. Ya mungkin Didi juga sepertinya menyukai tante Puspa, suka bodynya maksudnya.
"Hm, gue gak suka sama tante tante,"
"Terus siapa, dong? Kalista atau Safitri?"
Menghela nafas panjang, Didi kembali menatap Ical. "Gue boleh jujur?"
"Iya,"
"Sebenarnya gue suka sama ..." Didi menggantungkan ucapannya. Ia agak ragu jika berkata jujur.
Di sisinya, Ical tahan nafas. Ia tak rela salah satu dari kedua wanita yang disebutannya tadi adalah pilihan Didi.
"Hero lo yang perempuan di mobile legend," balas Didi diakhiri dengan cengiran.
"Huft," Ical menghela nafas panjang. Keinginnnya terwujud. "Gitu aja mesti lama banget ngomongnya."
"Hehe iya,"
"Ya udah, gue ke Indomaret dulu beli camilan buat kita mabar. Sekalian beli kuota," kekeh Ical dan beranjak dari sofa yang didudukinya tadi.
"Sebenarnya gue suka sama Safi,Cal. Bukan sama hero lo itu." gumam Didi tersenyum kecut.
🐥
"Jadi, ayah balik kerja lagi, Kak?"
Kalista mengangguk menjawab pertanyaan adiknya itu. "Gue yang ngantar sampai di bandara,"
Mendadak Awon menunjukkan mimik wajah sedih.
"Kenapa lo?"
"Padahal gue mau ngenalin mbak Inem sama Ayah,"
"Buat apa?"
"Minta restu,"
Kalista melempar tatapan sinis pada Awon. Apakah adiknya itu tak bosan menggoda tukang jamu yang sudah berumur tiga puluh tahunan itu? Kan masih banyak gadis lain di luar sana, mengapa ia lebih doyan menggoda para mbak mbak tukang jamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...