Jangan lupa komen ditiap paragrafnya biar makin cepat up,🐝.
-Happy Reading-
-Typo tandain ya-"Huft," lagi dan lagi Ical hanya bisa menghela nafas setelah mendengar penjelasan Dokter Rika.
Ia menundukkan kepalanya dalam. Sepertinya memang mustahil jika Safi bisa sembuh dari penyakitnya ini.
"Ical,"
Ical mendongak saat suara lembut memanggil namanya. Ia tersenyum manis pada wanita yang ada di depannya dan menyalami punggung tangan wanita itu.
"Sudah berapa lama kamu disini?" tanya Sonya mengambil tempat duduk di samping Ical.
"Mulai dari pulang sekolah, tante," balas Ical ramah. "Oh, iya tante kok tumben banget lama pulang?"
"Tadi makan malam dulu." sesaat kemudian Sonya memberi paperbag berwarna kuning pada Ical. "Nih, tante tadi bungkusin buat kamu. Dimakan, ya."
Ical mengangguk dan menerima pemberian Sonya. "Makasih tante."
"Yaudah, kamu pulang aja. Biar kita gantian jaga Safi."
Ical kembali mengangguk. Ia juga letih selama seharian ini karena terus terusan menjaga Safi yang tak kunjung sadar.
Saat akan memutar knop pintu ruangan ini, Ical berpikir sejnak, apakah ia harus memberitahu Sonya tentang apa yang dikatakan oleh Dokter Rika tadi? Ia bingung.
Awalnya ia berniat memberitahu namun ketika mendengar isakan Sonya seperti biasanya, Ical menjadi tak tega. Ia urungkan niatnya tadi dan berlalu dari rumah sakit.
Kini ia telah sampai di parkiran rumah sakit, ketika ia hendak mengeluarkan motor dari parkiran, tak sengaja matanya menangkap brosur yang terbuang di jalanan.
Ia mengambil brosur itu dan memandang dalam. Untuk sesaat ia berpikir bahwa ia pernah melihat orang yang berada pada gambar yang ada di brosur.
"Kayak kenal, tapi dimana?"
🐥
"Heh Kalista, gue lihat lihat sekarang hidup lo makin bahagia aja, ya."
Kalista yang tengah menyusun buku di perpustakaan mengalihkan perhatian pada orang yang barusan berbicara padanya. "Terus, kalo hidup gue bahagia mau apa lo?""Waw," gadis tadi agak sedikit terkejut pada penuturan Kalista. "Sekarang gue paham arti definisi dari SMS, senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang."
"Ck," Kalista berdecak sebal. Apa sih mau gadis ini? Kalista saja belum kenal padanya tapi mengapa si gadis petakilan ini sok kenal.
"Gak usah sok decak decik gitu deh, jijik gue dengarnya,"
"Yaudah, lo juga gak usah sok soan nasehatin gue gitulah, enek gue dengernya," balas Kalista yang sudah duduk di salah satu kursi perpustakaan.
Gadis tadi mengikuti Kalista dan duduk di samping Kalista juga. "Ya udah, gak usah denger lah tolol,"
"Tapi gue punya telinga,"
"Dih," gadis itu menatap jijik pada Kalista. "Lo itu harusnya malu, Kal. Karena lo, si Safi jadi masuk rumah sakit lagi."
"Terus? Hubungannya sama gue apa? Kok gue disalahin? Apalagi nih, ya. Gue denger denger si Safi itu minum obat tidur dengan dosis berlebih makanya bisa kayak gitu."
"Tapi itu semua karena lo!" seru gadis petakilan tadi sembari menunjuk wajah Kalista. "Lo lempar Safi ke jalanan dan akhirnya dia ditabrak terus lumpuh. Karena dia lumpuh, dia depresi dan akhirnya memutuskan buat minum obat tidur,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...