"Pulang tanpa huruf P jadi apa?"
Isna mengalihkan perhatiannya pada Kalista. "Ulang."
"Pulang tanpa huruf P jadi apa?"
"Ya, ulang lah,"
"Pulang tanpa huruf P jadi apa?"
"Bangsat! Main main lo sama gue, Kal?" Isna menarik kerah kemeja Kalista.
Kalista tercengir lebar kemudian melepaskan cengkraman Isna secara perlahan. "Gue cuma bercanda, mbak."
Isna menatapnya tajam dan memberi jari tengah pada Kalista kemudian beralih lagi pada layar ponselnya.
Hari ini Kalista dan Isna berada di Cafe di dekat sekolah untuk mengrjakan tugas kelompok yang akan dikumpulkan besok.
Sedari tadi Kalista terus terusan mengganggu Isna yang tengah mencari beberapa jawaban dari ponselnya.
"Si Amran sama si Dani kok belom dateng, sih," gerutu Kalista menatap jam tangannya.
Karena tak ada respon yang di dapat dari Isna, ia mengintip ponsel yang tengah di pegang Isna. "Buset, bukannya nanya sama mbah google ini malah nanya sama si Erlan."
Dengan segera Isna mematikan ponselnya. "Kan Erlan juara umum."
"Kin irlin jiiri imim," ejek Kalista. Ia meraih ponsel Isna dengan paksa dan membaca chat mereka.
"Astaga, gak nyangka banget. Ternyata otak sahabat gue setara dengan otak otak yang dijual depan gang,"
Isna merebut kembali ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas. "Gue cuma nanya tentang pelajaran ini aja sama dia, dia kan kelas unggulan."
"Pacar kamu marah gak kalo kamu aku chat?" Tanya Kalista meniru salah satu teks chat yang dikirimkan Isna pada Erlan. "Emang pertanyaannya gitu ya? Coba sini gue baca."
Kalista mengambil lembar soal itu lalu membacanya. "Soalnya gini Is, Apakah cinta Kalista dan Ical akan langgeng sampe pelaminan?"
"Plak!"
Isna memukul jidat Kalista."Awh, sakit." Kalista mengelus elus jidatnya. "Kata Bunda gue, kalo jidat gue dipukul nanti gue jadi bodoh."
"Emang lo udah bodoh, tolol."
"Harus sabar sama omongan manusia setengah hewan."
Isna tak menghiraukan ucapan Kalista. Kini ia beralih pada soal soal tadi dan komputernya.
"Tapi kamu udah selingkuhin aku!"
Kalista mendongakkan kepalanya, ia menatap ke arah orang yang berteriak tadi. Ternyata pasangan yang tengah bertengkar.
"Kamu yang gak bisa ngertiin aku!" Teriak lelaki dari meja tadi tak kalah kuat sehingga mengalihkan atensi seCafe.
Kemudian salah satu dari pasangan itu pergi. Sedangkan Kalista tersenyum. "Makanya, pengertian dikit jadi cewek! Tiru gue yang tetap sabar sama Ical meski dinomor duakan."
"Sehat lo?" Isna meletakkan telapak tangannya di kening Kalista.
Kalista mengangguk dan tersenyum angkuh. "Ternyata gue perempuan yang kuat ya, Is."
"Konflik cerita lo belom dimulai dakjal mata satu. Kalo dah mulai, mampos lo."
"Kalista is strong."
🐥
Setelah menyelesaikan kerja kelompok, Kalista kembali ke rumah dan lansung menyambar ponselnya yang tercharger selama ia pergi mengerjakan tugas kelompok.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Fiksi Remaja[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...