Banyak banget yg bilang kalo cerita ini gak happy ending padahal menurutku ini happy ending, seriusss.
Ya udah bacaanya pelan pelan
Btw, selamat tahun baru islam:))).
•
•
•"Sumpah, gue gak habis thingking sama lo, Kal." Dada Isna naik turun menatap Kalista yang berbaring di atas tempat tidur. "Kalo mau bundir itu jangan pake nyemplung, sekalian tuh terjun dari gedung pencakar langit."
Berbeda dengan Kalista, ia hanya memandangi atap kamarnya. Pikirannya bergelayut pada pria yang menolong dia seminggu lalu, alias ketika ia hampir tenggelam.
"Lo dengar gue ngomong gak sih?"
"Dengar," balas Kalista datar, malas sekali rasanya meladeni Isna untuk saat ini.
"Serumit apapun kehidupan lo, jangan pernah berpikiran buat bunuh dirri, Kal."
"Emak lo susah susah lahirin lo, eh anaknya malah bunuh diri karena masalah hidup yang gak seberapa."
"Kal," Isna menjeda ucapannya dan lansung saja memeluk tubuh Kalista erat. "Janji sama gue kalo lo gak akan pernah untuk lakuin hal bodoh kayak minggu lalu."
Isna menyodorkan jari kelingkingnya kepada Kalista. Kalista yang mendapat respon seperti itu hanya terdiam.
"Gue gak bisa janji." Lagi dan lagi Kalista menjawab Isna dengan nada suara yang datar.
isna menurunkan jari kelingkingnya. "Lo selalu bilang kalau lo itu kebal, segala masalah pasti bisa lo laluin. Tapi sekarang?"
"Hidup itu, kayak roda yang berputar Is. Kadang kita di atas dan kadang juga di bawah." Kini pandangan Kalista yang awalnya pada atap kamar sudah beralih pada Isna. "Tapi berbeda dengan gue. Kadang di bawah dan kadang juga dibawah banget."
"Lo ngomong apa sih?"
"Intinya, gue terlalu sulit buat bahagia. Mau sekebal apapun gue kalau Tuhan engga berkehandak ya mau gimana?"
***
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Sudah saatnya Isna pulang. "Gue pamit,"
Setelah kepergian Isna, tiba tiba saja Bobi datang membawa nampan berisi beberapa obat. Bobi mengambil tempat duduk di tepi tempat tidur Kalista. "Udah waktunya minum obat."
Kalista tak menjawab Bobi. Ia hanya memperhatikan gerak gerik lelaki itu saja.
"Nih," Bobi menyodorkan obat dan air untuk Kalista. "Biar cepat sembuh."Kalista menggeleng dan menutup mulut menggunakan tangannya. Bobi yang melihat tingkah Kalista seperti itu mengerutkan kening, seakan bertanya 'kenapa'.
"Gue gak mau minum obat."
"Kenapa?"
"Kalau gue minum obat, pasti gue sembuh. Dan setelah gue sembuh pasti dimarahin lagi, dituduh lagi, di ituin lah." Jawab Kalista dari balik tangan yang menutupi mulutnya.
"Enggak akan."
Kalista tetap saja bebal. Ia menggeleng. "Bang Bobi bersifat baik kayak gini cuma pas gue sakit doang. Kalo udah sehat mah dimarahin mulu. Jadi, gue mau sakit aja biar dibaikin semua orang."
Bobi mengulas senyum tipisnya. "Mulai saat ini samapi selama lamanya, gue bakal perlakuin lo kayak tuan putri."
"Ceklek," Pintu kamar Kalista terbuka dan terpampanglah wajah Veni dari balik pintu. "Temannya Kalista datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...