Hiiiii masih stay gak nihh?
"Ternyata bakat membunuh lo mahir juga ya,"
Kalista yang tengah menunduk lansung mengangkat kepalanya menatap Rean.
"Sahabatnya pacar lo itu jadi koma lagi karena ulah lo." sambung Rean diakhiri dengan kekehan meremehkan. "Ngapain lo datang ke sini? Mau ketawa?"
"Gue datang ke sini karena permintaan orang tua lo."
Rean memutar bola matanya malas. "Bacot anjing, bilang aja ada niat mau bahagia, kan? Kalau lo bahagia karena gue udah masuk penjara, okey lo menang. Tapi," Rean menjeda ucapannya dan menatap Kalista licik. "Masih ada nyawa orang yang harus lo pertanggung jawabkan."
"Gue gak bunuh dia, dia tertabrak."
Rean menggelengkan kepala tak setuju dengan penuturan Kalista. "Ini termasuk kasus percobaan pembunuhan. Karena sebelumnya lo juga mau bunuh itu cewekkan?"
"Tutup mulut lo kalau lo gak tau apa apa."
Rean beranjak dari kursinya mengikuti polisi yang menuntun dirinya kembali ke penjara. Ia meninggalkan Kalista yang emosi di puncak puncaknya.
"Kenapa setelah elo gak ada masalah hidup gue makin runyem, Chik?"
***
"Dek,"
Merasa dirinya dipanggil, Kalista berbalik dan menatap wajah Bobi yang juga menatapnya. "Apa?"
"Lo serius bikin Safi kecelakaan lagi?"
Kalista mengerjap. Apa apaan ini? Dia dituduh lagi?
Kalista menggeleng sebagai jawabannya pada Bobi. Ia hendak pergi meninggalkan abangnya itu namun ia kalah cepat karena Bobi lansung menahannya.
"Jujur sama gue dek."
"Gue udah berbaik hati ya bang mau anterin Safi ke rumah sakit. Kok malah gue yang dituduh?"
"Karena lo salah."
Kalista menghirup banyak udara di sekitarnya. "Kok bisa bisanya elo nyimpulin sesuatu yang belum pasti sih, bang? Dari dulu sampai sekarang kenapa sih lo selalu nuduh gue tanpa ada bukti?"
"Orang orang disana bilang, kalau Safi kecelakaan karena ngejar lo."
"Lo lebih percaya orang orang itu ketimbang adek lo sendiri? Otak lo dimana bang?"
Bobi menatap Kalista heran. Mengapa Kalista sampai emosional begini padahalkan Bobi hanya bertanya saja.
"Kok lo jadi marah marah sih, Dek? Nampak banget kalau lo bohong."
"Gue gak bohong!" teriak Kalista frustasi kemudian ia melepas genggaman Bobi secara kasar dan berlari ke arah kamarnya.
Sedangkan Bobi hanya dapat menghela nafas panjang melihat sikap adiknya.
Sesampainya di kamar, tangis Kalista lansung terdengar. Mengapa masalah hidupnya tidak kelar kelar?
Di sela sela tangis tiba tiba ponselnya berbunyi. Ia meraih benda pipih itu dan mengangkat telpon orang yang menelponnya.
"Hal-"
"Gue pengen ketemu sekarang. Gue bakal sharelock."
Tiba tiba panggilan dimatikan secara sepihak.
Kalista memandang nanar ponselnya. Suara itu ... begitu datar. Pasti, ia dituduh lagi sebagai dalang dari apa yang menimpa Safi.
Tak berselang lama ponselnya kembali berbunyi yang menandakan ada pesan baru, ternyata lokasi yang dimaksud si penelpon tadi.
***
Kalista menapaki lorong rumah sakit dengan hati berdebar. Sepanjang jalan ia terus berdoa agar Safi cepat sadarkan diri dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
Ia akhirnya sampai di tempat tujuan. Dengan langkah hati hati ia memasuki ruangan itu.
"Selamat-"
"Plak!"
Belum juga Kalista menyampaikan salamnya, ia lansung ditampar oleh wanita berumur.
"Sudah dua kali kamu mencelakakan anak saya!"
Kalaista memegangi pipinya. Tanpa sadar, air mata Kalista juga ikut jatuh kala Sonya menamparnya.
"Sini kamu!
Sonya yang hendak menampar Kalista lagi lansung ditahan oleh Yordan, suaminya. "Son, udah."
"Nyawa Safi udah sekarat tapi kamu minta ini diudahin aja?"
Ical hanya bisa memperhatikan Kalista dalam diam. Kali ini ia bingung apakah ia harus membela atau membiarkan gadis itu.
"Anak saya punya salah apa sama kamu? Sampai kamu lakuin gini sama dia? Emangnya kamu gak cukup ya buat keluarga kami hampir bercerai karna kamu membawa Pak manurios?"
"Dia punya banyak salah! Ada akibat pasti ada sebab. Selama ini gue diam bukan berarti gue takut ataupun lemah karena gue tau gue yang benar."
"Plak!"
Kali ini tamparan yang didapat Kalista sungguh ngilu. "Apa kamu tidak diajari tata krama? Mengapa kamu berteriak di hadapan orang yang lebih tua ketimbang kamu."
"Pergi kamu!" gertak Sonya dengan kilat amarah yang terpmpang jelas di wajah itu.
***
Okeyyy, kali ini gak akan bohong. Part ending sesungguhnya ada di chap 60!
Dan kalian bakal terkejut di sana.
Terimakasih
Sama sama
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Novela Juvenil[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...