Khawatir, itulah yang dirasakan oleh Kalista saat ini. Ia sudah sampai di rumah dengan membawa tubuh Awon yang lemah ditambah yang berada di rumah hanyalah dia dan Awon saja.
Ia menuntun adik satu satunya itu masuk ke dalam rumah dan membaringkannya di sofa. "Bentar, ya Won gue ke belakang dulu buat ambil air hangat sama P3K,"
Awon mengangguk saja. Pikirnnya melayang saat ia dibabi buta oleh anak anak nakal sewaktu di indomaret tadi.
Kalista kembali dengan alat kompres dan P3K di tangannya. Ia duduk di samping Awon dan lansung saja membersihkan lukanya secara telaten.
"Sakit, kak."
"Biar sembuh. Tahan dikit lagi, ya."
Awon mengiyakan. Terasa perih namun tak seperih ketika cintanya ditolak mbak Inem, bagi Awon.
"Udah siap. Sekarang lo ke kamar buat ganti baju, ya. Habis itu lansung tidur." ujar Kalista setelah selesai mengobati luka Awon.
Awon beranjak menuju kamarnya dengan tergopoh gopoh. Setelah adiknya masuk ke dalam kamar, ia mengembalikan semua barang barang tadi ke belakang.
Masih dalam keadaan mata yang sembab Kalista menyusul Awon ke kamar.Ia mengetuk pintu terlebih dahulu untuk memastikan apakah adiknya sudah selesai berganti baju atau tidak.
"Dek," Kalista memanggil Awon yang terpejam di kasurnya.
"Apa?"
"Masih sakit?"
Awon menggeleng. "Gue mau tidur santai kak, kalo lo mau nanya inilah itulah, nanti aja ya kalo gue udah bangun."
"Yaudah, kalo gitu gue keluar, ya. Kalo butuh seuatu tinggal bilang aja,"
"Hm," Awon membalas ucapan Kalista dengan deheman singkat.
Kini Kalista berada di ruang tamu untuk menunggu abang dan ibunya pulang. Dirasa sudah bosan, ia membuka ponselnya dan menggulir beranda. Tiba tiba matanya menagkap akun sekolah yang memposting tentang insiden dimana Safi dan Kalista yang berantam di jalan raya tadi.
Kalista mengamati video itu apa mungkin sekolahnya mempostig hal seperti ini? Padahal akun instagram sekolahnya itu termasuk akun privasi.
Ia beralih pada aplikasi lain, whatsApp. sama seperti yang tadi, kini story teman sekolahnya menunjukkan video itu dan diberi caption kata kata jahat yang tertuju pada Kalista.
"Safi ditabrak?" ia kembali lagi melhat video itu. "Dan itu karena gue?"
"Bobi pulang!" Teriakan dari arah pintu membuyarkan pikiran Kalista. Tujuan Kalista saat ini adalah rumah sakit, tempat di mana Safi berada, Dan kebetulan Bobi sudah pulang jadi dia dapat menjaga Awon.
"Bang, gue keluar sebentar. Awon ada di kamarnya," ia berpamitan pada Bobi dan lansung pergi.
Selama di perjalanan, Kalista mengucapkan maaf pada Tuhan. Karena dia, kedua orang versi menyebalkan dalam hidupnya harus celaka.
Ia sudah sampai di depan rumah sakit. Tadi ia melihat story whatsApp Chiko dan memberi tanda lokasi pada storynya itu. Oleh karena itu juga Kalista tau alamat rumah sakit ini.
"Safi dimana?"
Ical mendongak dan memperhatikan Kalista dari kaki sampai kepala. "Masih punya muka lo buat nampakin wujud di sini?"
Kalista agak merasa takut dengan keadaan seperti ini. "Cal, gue minta maaf,"
Ical tertawa sumbang. "Gue tau lo benci dan cemburu sama Safi, tapi kenapa lo nyelakain dia?"

KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Teen Fiction[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...