Kalista menyeka keringatnya yang bercucuran. Sedari tadi ia berkeliling pasar untuk mencari si penukar uang robek, namun hasilnya nihil.
"Astaga, dari tadi nyari sana sini yang ketemu malah cintaku pada Ical,"
Kalista menepi di kedai makan, sekedar istirahat sejenak. Saat ingin berjongkok di depan etalase kedai makan tersebut, penjual datang membawa sapu ke hadapan Kalista.
"Hei, kalo mau ngemis jangan di sini. Mbak Acha saya nanti gak mau datang ke sini kalo ada kamu," celutuk sang penjual.
Kalista mendongak dan mendapati sang Penjual tengah berkacak pinggang.
Mata mereka saling bertemu hingga beberapa detik. Sampai pada akhirnya mereka berhenti menatap saat si Penjual memukul kepala Kalista.
"Kamu ini, natap natap saya kayak gitu,"
Kalista berdiri. "Bapak penjual semalam, kan?" tunjuk Kalista pada wajah si Penjual.
"Yang mana?" tanya Penjual sembari menurunkan jari Kalista yang mengancung padanya.
"Yang jual es teh manis,"
Sang penjual memincingkaan mata menatap Kalista. "Gak salah lagi, nih. Kayaknya kamu sok sok kenal deh sama saya supaya dikasi es teh manis gratis."
Kalista terpelongo mendengar penuturan si Penjual. "Nih, saya punya banyak uang, Pak," kata Kalista sembari mengeluarkan uang seratus ribu yang robek tadi.
"Kalo dilihat dari mukanya, kayak pernah lihat," gumam sang penjual. "Oh, kamu yang teriak teriak di warung saya semalam, kan?"
Kalista mengangguk. "Bagi air putih dong, Pak."
"Kok minta minta, sih?"
"Sedekah, Pak. Biar pahalanya nambah."
"Pahala saya udah banyak," sahut si Penjual. "Yaudah, ayo masuk."
Kalista masuk ke dalam dan duduk di salah satu bangku yang kosong. "Warung bapak ada dua, ya? Semalam ada di dekat lampu merah sekarang ada di pasar."
"Semalam di gusur sama satpol PP,"
Kalista meneguk air putih pemberian Penjual.
"Nama saya Manurios,"
Kalista menghentikan minumnya. "Gak nanya, Pak."
"Mau pamer aja, soalnya nama saya kebagusan."
Kalista tak menanggapi ucapan Pak Manurios. Ia malah mengambil stoples berisi kerupuk dan melahapnya.
"Warung saya sepi terus," ujar Pak Manurios.
"Saya punya ide, Pak."
"Apa?"
"Bakar aja warungnya, Pasti nanti banyak orang yang datang ke sini."
"Makin muda makin tolol, ya," gumam Pak Manurios.
Kalista berdiri dari tempat duduknya. "Saya pergi ya Pak. Makasih atas sumbangannya semoga pahalanya makin banyak."
"Yoi, sama sama."
Kalista pergi menuju parkiran pasar, Ia mengambil jametnya dengan bantuan tukang parkir.
Ketika jametnya sudah keluar, tukang parkir tadi menjulurkan tangannya pada Kalista.
"Apa?" tanya Kalista ketus.
"Bayarannya, neng."
"Ngutang,"
"Mana bisa begitu, neng."
"Bisa, kalo abang mau."
"Kalo saya gak mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEBAL'IK
Roman pour Adolescents[TAMAT] [FOLLOW DULU] Sama seperti judulnya, ini kisah kekebalan Kalista menghadapi Ical yang memprioritaskan sahabatnya, Safitri. "Gue cuma narik rambut dia!" Kalista berteriak. "Tapi lo tau kan dia penyakit kanker otak dan rambutnya tuh sering ron...