61- Persiapan 🍁

896 61 0
                                    

Jangan lupa tekan tombol vote ya ...
Aku itung sampe 3

1
2
3

Terimakasih 🙏


"Gimana Sya, udah selesai semua?" tanya Azzam sambil menyisir rambutnya di cermin.

Asya mengangguk, ia sangat bahagia hari ini. Akhirnya kampusnya bisa mengadakan acara ini.

"Temen kamu ikut semua?"

Asya tampak berpikir, "Kayaknya iya, soalnya ini juga kan, bagian dari tugas matkul kita. Lagian juga gunung ini cocok buat pemula."

Azzam tampak mengangguk, "Jadi berangkat jam berapa?"

"Sekarang aja, takut telat." jawab Asya.

Azzam meraih tangan Asya, ia menyelipkan jarinya di jari milik Asya. Wajah Asya bersemu merah, ia menunduk malu, jantungnya berdetak tak karuan. Perlakuan pangeran dunianya selalu sukses membuat dirinya tersipu.

***

Di dalam bis suasana riuh dengan puluhan mahasiswa yang siap pendakian. Setelah di seleksi hanya 4 orang yang tidak ikut serta. Sekitar 30 orang di dalam bis itu terlihat sangat sibuk dengan barang-barang miliknya.

Setelah semuanya selesai dan bersiap, seorang wanita cantik berjalan memasuki bis dengan memikul tas di tangannya. Ia tersenyum ramah ke semua orang yang ada di sana.

Di bangku paling belakang dari arah pojok, seseorang tampak membeku. Dunia seakan berhenti berputar, tubuhnya terasa kaku. Ia menahan nafas, logikanya kembali berperang dengan perasaannya.

Sial.

Setelah sekian lama tak menampakkan diri, kini kembali disatukan dalam sebuah pertemuan.
Lagi-lagi kecerobohan terulang,

"Mas," Asya mengibaskan tangannya di depan wajah Azzam.

Merasa tak digubris Asya menggoyangkan lengannya, "Mas." panggilannya agak keras.

Azzam terlonjak kaget, ia mengusap wajahnya kasar dan segera beristighfar. Ia menetralkan kembali perasaannya, ia yakin hanya Asya yang sekarang harus dan ada di hatinya.

"Maaf," cicitnya.

Asya bersidekap, menatap Azzam dalam. Keningnya tampak berkerut.

"Mas kenapa?" tanya Asya curiga, ia mendekatkan wajahnya dengan Azzam, menjaga jarak beberapa centi.

Mimik wajah Azzam sangat jelas terlihat seperti cemas, ia menggelengkan kepalanya.

"Gak pa-pa." jawabannya.

Asya menjauhkan wajahnya, ia membuang muka, tak suka.

"Mas selalu kayak gini, sebenarnya ada hal apa yang disembunyiin dari aku?" tanya Asya tegas.

"Aku-" ucapan Azzam terpotong.

"Hai, udah siap pendakian semua?" ucap Fania terdengar sangat bersemangat.

"Siap." jawab seluruh mahasiswa serentak.

"Sebelum memulai perjalanan, mari kita berdoa dengan kepercayaan masing-masing, untuk keselamatan bersama. Mulai!"

Seluruh orang dalam bis itu menunduk, menyerahkan urusan dan keselamatannya kepada Tuhan. Bukan hanya mahasiswa saja, ada sebagian anggota keluarga yang ikut serta meramaikan acara, termasuk Asya dan Azzam.

Asya melirik Azzam yang hanya diam setelah kehadiran Fania di bis, ia menghela nafas berat.

Bis melaju dengan kecepatan sedang, suara musik dan nyanyian dari dalam bis membuat perjalanan menjadi lebih hidup.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang