28- Salah Sasaran🍁

917 67 0
                                    

Terkadang untuk menemui jodoh yang terbaik, kita perlu cermin untuk berkaca. Apakah pantas diri kita untuk jadi yang terbaik


Pandangannya mengikuti arah pandang Asya dimana seorang wanita cantik itu berdiri.

Asya tersenyum senang, "Mas dia dosen yang ngajar Asya, kayaknya dia sendirian mau pulang. Ini udah sore juga, gimana kalo kita ajak bareng. Kasian mas, boleh yah" mohon Asya, tangannya ia tangkupkan di depan dada.

Sedangkan Azzam masih diam, belum menjawab. Bahkan pertanyaan Asya pun hanya dianggap angin lalu.

"Mas boleh ya, Asya ajak nih?"
tanpa menunggu jawaban, Asya segera membuka pintu mobil dan keluar menuju wanita itu.

Setelah sampai, wanita itu tidak menyadari kehadirannya, padahal Asya sudah ada di sampingnya.

"Assalamu'alaikum." sapa Asya.

Wanita itu menoleh ke arah Asya dan sedikit terkejut atas kehadirannya yang tiba-tiba.

Dia lagi.

"Wa'alaikumsalam." jawabnya.

"Bu Fania, sendiri aja?" tanya Asya sambil celingukan mencari keberadaan orang lain tapi nihil, ia tak menemukannya.

"Iya sendiri, kamu ngapain di sini?" tanya Fania lagi.

Asya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "E, mau ngajak ibu bareng, soalnya dari tadi Asya liatin ibu sendirian," ucapnya.

Fania manggut-manggut, "Kamu sama siapa?" kali ini Fania ingin memastikan jika Asya bersama Azzam.

"Sama suami, apa ibu keberatan?" Asya menaikan sebelah alisnya.

Tentu tidak Asya, justru hal ini membuat mudah Fania untuk mendekati Azzam lagi.

"Enggak kok, aku ikut." jawabnya dengan senyum liciknya.

Setelah setuju, kini keduanya berjalan menuju mobil yang dikendarai Azzam.

Azzam yang melihat pemandangan itu pun hanya speechless, dua orang gadis. Yang satu adalah wanita masadepannya dan yang satu lagi mantan calon masadepannya, atau orang sering mengatakannya masalalu.

Asya dan Fania menduduki jok belakang mobil, membiarkan Azzam di depan sebagai supir.

"Mas kenalin, bu Fania. Dosennya Asya." ucap Asya, mengenalkan Fania kepada Azzam.

Azzam diam tak menjawab, malas sekali dengan situasi seperti ini. Tak tahukah Asya jika Fania adalah mantan kekasihnya.

"Mas, kok diem aja?" tanya Asya lagi, kesal dengan suaminya yang hanya diam.

"Hm, iya." jawab Azzam singkat.

"Bu Fania, kenalin ini mas Azzam suami, Asya."

Asya dengan senang hati memperkenalkan dua manusia yang sebenarnya sudah saling mengenal. Bahkan sangat mengenal, tapi sayang keadaan yang membuat mereka menjadi asing.

"Saya Fania." ujar Fania memperkenalkan diri seolah mereka adalah orang asing.

"Azzam." balas Azzam penuh penekanan, ia tidak ingin Fania memanggilnya dengan panggilannya dulu semasa SMA.

"Bu Fania, rumahnya dimana?" tanya Asya.

"Jalan. Melati."

"Jalan. Melati, pak." kata Asya kepada Azzam yang dianggapnya sebagai supir karena posisinya yang duduk di depan memegang kemudi, sedangkan Asya dan Fania di belakang.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang