18- Bayangan itu 🍁

1K 88 0
                                    


Tak terasa Adzan subuh sudah berkumandang dari arah masjid. Asya terbangun dari tidurnya. Ketika melihat ke samping kanannya ... kosong.

Asya mengernyitkan dahinya. Kemana perginya mas Azzam.
Ah, dia lupa bisa jadi kan, dia sudah pergi ke masjid.

Asya melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi, tangannya meraih knop pintu.

Setelah berdoa dia memasuki kamar mandi dengan kaki kirinya, di tutupnya lagi pintu kamar mandi dengan hati-hati dan ketika dia membalikan badannya betapa terkejutnya Asya ketika melihat Azzam yang tiba-tiba ada di depannya, jarak mereka yang sangat dekat membuat debaran jantungnya kembali berpacu lebih cepat, membuat Asya gugup. Lain halnya dengan Azzam yang memandang Asya datar.

"M-mas." gugup Asya sambil menundukan pandangannya.

Uh kenapa dia disini sih batin Asya kesal

"Hm." balas Azzam singkat.

Mereka mematung dengan pemikiran masing-masing

"Awas!"

"Hah." Asya mendongakkan kepalanya memberanikan diri menatap Azzam.

Azzam mengerutkan dahinya melihat Asya yang diam tak memberikan jalan untuk dirinya keluar.

"Aku mau lewat." kata Azzam kemudian.

Asya membulatkan matanya dan
"Ah, i-iya" jawabnya kembali dengan gugup.

Asya menggeser badannya memberi Azzam jalan, dilihatnya Azzam yang keluar dari kamar mandi. Asya menolehkan kepalanya untuk melihat Azzam, dilihatnya Azzam sedang menggelar sajadah.

Asya mengusap dadanya lega
"Huh, malu-maluin aja." gumamnya.

Setelah selesai wudhu Asya keluar kamar mandi dan tatapannya terpaku memandang Azzam yang sedang menunaikan solat sunah subuh, tak terasa lengkungan tipis menghiasi bibirnya.

MasyaAllah rasa damai mulai menyelusup ke dalam hatinya.

"Ngapain masih disitu!" tanya Azzam tiba-tiba mengangetkan Asya yang dari tadi melamun di depan pintu kamar mandi.

"Eemm, itu ee-" Asya mulai gugup dan merutuki kebodohannya. Kenapa dirinya jadi sering gugup sekarang.

"Cepat pakai mukena kamu!" titah Azzam lembut.

"Iya sebentar." Asya buru-buru menghampiri Azzam yang menunggunya dan memakai mukenanya.

Mereka berdua menunaikan solat subuh secara berjamaah.

Selesai solat, Asya menyalimi punggug tangan suaminya, Asya mendongak ke arah Azzam. Tak disangka dia juga sedang menatapnya intens.

Gemuruh di dadanya kembali muncul, huh sungguh sulit menetralkan detak jantungnya jika dekat Azzam, rasanya dia ingin lari saja dari hadapannya.

Dengan cepat Asya mengalihkan pandangannya dan beranjak dari duduknya menjauhi Azzam untuk melipat mukenanya.

"Aku ke bawah dulu mas." pamit Asya yang hanya dibalas anggukan kecil dari Azzam.

Asya berlalu dari hadapannya, setelah pintu ditutup Azzam menghembuskan nafas kasar dia teringat perkataannya kepada Fania. Tak sepenuhnya Azzam melupakan Fania, buktinya dia masih memikirkan wanita yang jelas-jelas mengkhianatinya dulu

Flasback on

Azzam berjalan menyusuri danau. Banyak bunga yang sedang bermekaran dengan indah.

"Rival." panggil seseorang dari arah belakang.

Azzam membalikan tubuhnya dan beralih menatap wanita cantik yang tadi memanggilnya.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang