53- Makna Pernikahan 🍁

890 52 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen🙏




"Gimana, ada keputusan?" tanya Fania. Matanya menatap Azzam dengan senyum manisnya.

Azzam menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Ia menunjuk jari manisnya, "Kamu tahu ini apa?"

Fania mengerutkan dahinya, "Jelas itu cincin."

"Menurut kamu, arti pernikahan itu apa?"

Fania mengerlingkan matanya, "Ikatan yang menyatukan dua manusia karena cinta."

"Apa pernikahan terjadi harus selalu karena cinta?"

"Jelas, untuk apa menikah jika tidak saling mencintai." jawab Fania mantap.

"Bukannya cinta itu juga datang karena terbiasa."

Kedua tangan Fania menyilang di dadanya, "Aku nyuruh kamu dateng ke sini untuk denger keputusan, bukan makna pernikahan." ucap Fania kesal.

"Justru ini penting, setelah sekian tahun lamanya. Apakah di hati kamu masih ada aku?" Azzam berkata dengan nada tinggi.

Fania menutup matanya, mengepalkan tangannya kuat. "Selama ini, akhir-akhir ini. Apa gak bisa jadi bukti kalo aku masih cinta sama kamu."

Azzam menunjuk Fania, "Kamu ... argh." ia mengusap wajahnya frustrasi.

"Mungkin bagi kamu pernyataan aku hanya kebohongan." Fania tersenyum smirik, "Laki-laki yang kamu lihat di danau. Itu yang dari dulu memberatkan kamu,"

Azzam tak menggubris kata-kata Fania. "Sampai dimana perjodohan kalian?" tanya Azzam.

"Sampai kamu memutuskan untuk pergi."

Kening Azzam tampak berkerut.

"Kamu itu terlalu pengecut, kamu pergi gitu aja tanpa mau berusaha nyari tahu kebenarannya." Fania menenggak minumannya hingga tersisa setengah.

"Dan jahatnya, di sini kamu selalu menyudutkan aku, seolah aku yang selalu salah."

"Aku dijodohin, dan aku gak nolak. Sampai kami menikah." potong Azzam.

"Dan kamu berhasil membuat wanita bodoh ini tertipu." sindir Fania, membuat Azzam bungkam.

Tatapan Fania semakin menajam, seakan ada emosi yang sulit untuk menguap.

Azzam memijit pelipisnya dan berkata, "Kita gak akan mungkin bersama lagi. Kamu dengan hidup barumu, dan aku dengan hidup baruku."

Fania tersenyum sinis. "Semudah itu, ringan banget mulut kamu ngomong kayak gitu seakan aku gak ada artinya lagi."

"Semuanya udah berubah, udah jelas. Kenapa kamu gak pernah mau ngerti." Azzam frustasi.

"Karena aku cinta sama kamu, aku kira selama enam tahun ini kamu masih sama. Ternyata berubah."

"Dengar, Fan!" Azzam menatap Fania serius, "Takdir itu rahasia, gak bakal ada yang tahu nasib orang lain ke depan. Rencana Allah itu pasti yang terbaik."

Fania menggeleng, "Kamu egois. Kamu selalu nyuruh aku berhenti berharap, patahin semua keinginan aku. Tanpa kamu perduli perasaan aku." kata Fania dengan emosi.

Azzam mengerjapkan matanya, rasanya seperti tertampar. Kenapa rasanya sangat sakit mendengar pernyataan Fania.

"Aku-"

"Kamu selalu benar. Di sini aku yang selalu salah, aku pikir kamu bakal berubah setelah pertemuan kemarin." Fania memalingkan wajahnya ke arah lain, terlalu malas menatap lawan bicaranya.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang