7- Keputusan 🍁

1.2K 112 0
                                    

Bukan dia atau mereka, tapi dirimu sendiri

Setelah solat Isya, Asya memilih diam di kamar merenungi perjodohannya dengan laki-laki itu. Laki-laki itu yang hampir menabraknya di jalan waktu itu.

"Huh, siapa lagi namanya aku lupa." Gumam Asya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke dagu.

"Weyyy, ngelamun aja dek, kenapa?" Kata Azka yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Buukk

Asya melempar guling ke arah Azka, dengan satu gerakan Azka bisa menghindar dari lemparan Asya.

"Gak kena wlee." Azka menjulurkan lidahnya ke arah Asya.

"Apaan sih, kak ganggu aja. Gak sopan banget deh, masuk kamar orang gak ketuk pintu dulu." Protesnya sambil memanyunkan bibirnya.

"Yaelah dek, kayak ke siapa aja sih." Azka menghampiri Asya yang sedang duduk bersandar di ranjangnya.

"Kenapa cerita sama kakak?"

"Gak pa-pa kak, aku baik-baik aja kok," jawabnya sambil tersenyum.

Azka menatap mata Asya dalam lalu berujar. "Tapi mata kamu gak meyakinkan kalo kamu lagi baik-baik aja, cerita sama kakak, ada masalah apa? Atau ada yang nyakitin kamu, cerita sama kakak. Biar kakak datengin orangnya." Ucap Azka sembari mengepalkan kedua tangannya dan diacungkan ke atas.

Melihat tingkah kakaknya, Asya tertawa pelan. "Hahahaha apaan sih, lebay deh," jawab Asya sambil terkekeh, walaupun Azka nyebelin tapi dia tetap jadi sandaran dan penghibur disaat dia sedih seperti sekarang .

"Jadi ...?" Tanya Azka menggantungkan kalimatnya, sedangkan Asya bingung dengan maksud kakaknya.

"Jadi apa?" Kata Asya.

"Jadi kenapa dek, heran deh, sama kamu, gak peka banget."

"Mau tau kak?"

"Cerita sama kakak sekarang!" Kata Azka serius.

Asya menghela napas dan menatap Azka dalam, kemudian Asya menghirup oksigen dan mulai bercerita, "Jadi aku bingung kak sama perjodohan ini, jujur aku belum siap. Lagian juga umur aku baru 21 tahun, di umur segini aku dituntut jadi istri. Aku gak yakin aku bakal berhasil, aku takut gak bisa jadi istri yang berbakti."

Azka tersenyum dan mengusap kepala adiknya, dia tau perasaan adiknya bagaimana karena dijodohkan secara tiba-tiba. Jika ia menjadi Asya mungkin sudah kabur dari rumah.

"Liat mata kakak!"

Asya mendongak ke arah kakaknya, menatap mata hitam itu dalam. "Kakak yakin kamu bisa, lagian bentar lagi juga kamu 22 tahun kok. Di usia kamu yang masih muda ini kakak yakin banget kalo kamu mampu."

"Kakak tau, ini sulit buat adek. Tapi kamu tau kan, abi itu gimana, keputusan ummi sama abi pasti adalah yang terbaik buat kamu, kamu tau kakak juga sebenarnya gak mau kehilangan adek yang paling kakak sayang. Percaya sama kakak semua akan baik-baik aja, oke. Abi jodohin kamu karena gak mau kalo adek terjerumus ke jalan yang salah. Abi mau ada yang jagain kamu. Kalaupun dia nyakitin kamu, disini ada kakak yang ada buat kamu. Kakak siap jaga kamu, kalo dia nyakitin kamu bilang sama kakak. Kakak gak mau adek kesayangan kakak disakitin sama laki-laki lain, sekalipun nanti dia suami kamu." Tutur Azka memberi pengertian.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang