64- Bertugas 🍁

706 54 0
                                    

Kamu hanya perlu berjalan, selebihnya biar aku saja yang berlari mengejar.




Matahari sudah menenggelamkan raganya, langit senja berubah menjadi gelap, kicauan burung mengiringi perginya sang raja siang. Asya baru saja pulang dari air terjun untuk sekedar mengambil air wudhu bersama teman yang lain. Seluruh mahasiswa muslim diwajibkan melaksanakan sholat magrib di dalam tenda masing-masing.

"Habis ini kita keluar buat makan malam mas." ucap Asya.

Azzam yang sedang duduk melamun tersentak kaget, Asya mengerutkan keningnya.

"Oh, iya." jawab Azzam singkat.

"Ngelamunin apa sih?" tanya Asya heran.

Azzam menghela nafas panjang, "Aneh, kok kampus kamu ngizinin anggota keluarga ikut."

Asya tampak mengangguk, ia ikut berpikir dengan menopang dagunya dengan tangan.

"Gak tau, bu Fania yang izinin." ucap Asya.

Azzam mengerjapkan matanya, ia menegakkan tubuhnya lalu berdehem.

"Kamu akrab sama dia?"

Asya mengangguk, menatap Azzam dalam. Ada sorot khawatir di sana, melihat gerak-geriknya yang tak tenang Asya mencoba mencairkan suasana, tangannya yang bebas ia genggam tangan kekar Azzam.

"Gak usah mikir aneh-aneh, udah alhamdulillah mas bisa ikut." kata Asya.

Melihat wajah polos dan tulus istrinya, Azzam tersenyum pahit. Sesak sekali dadanya, jika ia bisa mengatur waktu, ingin sekali dirinya kembali ke masalalu untuk memperbaiki keadaan.

"Assalamualaikum," Asya dan Azzam sontak melihat ke arah sumber suara, keduanya saling berpandangan.

"Waalaikumsalam," jawab keduanya dari dalam tenda.

"Kayaknya Syila sama Rachel," kata Asya yakin.

"Coba buka tendanya!" perintah Azzam.

Asya mengangguk, ia segera membuka resleting tendanya dan melihat kedua sahabatnya membawa empat piring makanan.

Syila dan Rachel nyengir ke arah Asya, "Tadi ngantri banget, makanya kita berdua ambilin." kata Syila.

"Wah, Masya Allah. Duh, maaf malah ngerepotin." kata Asya.

Rachel memukul tangan Asya lembut, "Gak pa-pa, sekalian kan. Nih, buat kalian makan." ucap Rachel, piringannya ia sodorkan kepada Asya.

Dengan senang hati, Asya menerimanya.

"Makan di sini aja bareng mas Azzam!" ajak Asya.

Rachel dan Syila saling berpandangan, "Wah, boleh tuh. Biar rame." sahut Rachel semangat.

Syila melotot tajam, ke arah Rachel. "Jangan Sya, malah ganggu kalian."

Asya menggeleng keras, "Gak bakal, ayo masuk. Mas Azzam malah seneng kalo rame."

"Tapi Sya," ucap Syila dengan perasaan tak enak.

"Udah lah, aku masuk. Syila juga nanti nyusul." ucap Rachel sambil masuk ke dalam tenda. Malas berdebat dengan Syila yang selalu saja tak enakan.

Ketika memasuki tenda yang ukurannya tak seberapa, hanya cukup 4 sampai 5 orang itu Rachel tersenyum senang, akhirnya setelah sekian lama ia bisa menghabiskan waktu bersama Asya.

"Duduk Chel, jangan sungkan!" perintah Azzam.

"Iya kak, gak sungkan kok." jawabnya.

"Hai kak." sapa Syila.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang