46- Kantor 🍁

780 54 0
                                    

"Mas ini gimana caranya?"

"Mas ini masukinnya pake kapital apa enggak?"

"Mas file nya dimana?"

"Kok dokumennya gak bisa di buka."

Begitulah keluhan Asya, ternyata mengurus sebuah perusahaan tidak semudah yang di bayangkan. Tanggung jawab yang besar harus di pikul sang tuan untuk menjalankan kualitas usahanya dengan profesional.

"Huh, ternyata gak gampang ngurus perusahaan." ujar Asya, ia merentangkan tangannya guna merenggangkan otot-otot tangannya.

"Tapi kamu pinter juga, cepet banget ngerti nya." puji Azzam.

Asya tersipu malu, "Biasa aja, kebetulan aja bisa." jawab Asya merendah.

"Sebenernya tugas aku biasa di handle sama Gilang. Tapi berhubung kamu mau nyoba, gini jadinya."

"Daripada diem, kan."

"Tapi enak di Gilang, kerjaan dia jadi berkurang "

"Ya gak pa-pa, biar dia gak kecapean banget."

Azzam mendengus sebal, "Tapi dia udah aku gaji, Sya."

Asya terkekeh pelan, ah benar juga. "Ikhlas dong mas."

"Iya, ikhlas." ketus Azzam.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." jawab Azzam dan Asya.

Terlihat Gilang dan Risa yang tengah membawa file dokumen masing-masing di depan pintu.

"Wah ada bu Asya." ucap Risa.

Gilang menyenggol lengan Risa, dan memberikan tatapan tajam, "Yang sopan sama istri bos!" peringatnya sambil berbisik.

"Ck, iya."

"Ha-hai." jawab Asya, kenapa dirinya jadi dipanggil ibu, ia rasa tidak setua itu.

"Kita ganggu gak, pak?" tanya Risa.

"Enggak kok, silahkan duduk!"

"Pacaran mulu, sih." celetuk Gilang.

Mata Azzam mendelik sinis ke arah Gilang, bisa-bisanya ia berbicara seperti itu. Jangan lupakan status mereka sebagai sahabat, jadi tidak heran lagi. Walaupun mereka karyawan dan atasan tapi Azzam selalu menganggap mereka layaknya teman. Tak heran jika Gilang dan Risa bersikap seperti itu.

"Gak usah julid, Lang." sindir Azzam.

Gilang mencibir, "Enggak dong."

"Kak Gilang tumben sama mbak Risa." ucap Asya.

"Ah, itu ... emm kebetulan aja." jawab Risa.

"Kebetulan apa kebetulan, nih." goda Asya.

"Biasa Sya, dia emang suka ngekor kemana-mana." Gilang menatap Risa dan sedetik kemudian dokumen tebal yang di pegangnya melayang pas ke pundak Gilang.

Sarkas sekali.

"Sembarangan aja, lo pikir gue apaan." protes Risa tak terima.

"Lo, itu,"

"Calon Istri" potong Azzam cepat sambil terkekeh.

"OGAH." ucap Risa dan Gilang kompak, keduanya saling menatap dengan tatapan bengis.

"Bisa kompakan gitu, ya."

"Namanya juga jodoh, Sya."

"Zam, mending lo diem, deh." Gilang melirik Azzam kesal, kenapa pasutri ini malah menjahilinya.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang