9- Terlambat 🍁

1K 92 0
                                    


Kedua insan itu dipertemukan kembali, tetapi sangat disayangkan takdir telah merubah segalanya. "Rival." Sapa Fania.

Belum sempat menjawab pertanyaan gadis itu Azzam segera membalikkan badannya berniat untuk pergi. Namun tangan Fania lebih dulu mencekal pergelangan tangan Azzam. "Lepas Fan!"

"Gak, aku gak mau lepasin kamu gitu aja sebelum kamu tau yang sebenarnya."

"Semuanya udah jelas Fan, aku liat kamu sama laki-laki itu. Dan sekarang setelah bertahun-tahun kamu baru mau jelasin. Telat Fania."

"Aku dijodohin sama papah waktu itu, dan aku gak bisa nolak Val. Kalo aku nolak jantung papah pasti kambuh, dan aku gak mau itu terjadi." Ucapnya sambil terisak menahan tangis, dia pun kembali terduduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Azzam terdiam sejenak mencoba memahami perkataan mantan kekasihnya.

"Kamu yakin?" Tanya Azzam ragu.

"Kamu gak percaya sama aku, kamu tau kan, Val dari dulu aku gak pernah bohong sama kamu."

Azzam mengusap wajahnya kasar. "Kenapa kamu gak bilang dari awal?"

"Waktu di kantor kamu, aku udah bilang, tapi kamu malah usir aku kan."

Rival semakin bingung dengan keadaan ini, jujur dia masih mencintai Fania. Tapi sekarang dia akan menikah dengan wanita lain. Wanita yang sama sekali belum pernah dia kenal sebelumnya.

"Val, kamu mau kan, kita mulai dari awal lagi?"

Azzam tampak berpikir, tak mungkin juga dia tiba-tiba membatalkan pernikahannya. Pasti orang tuanya akan sangat kecewa, karena selama ini dia sangat menghormati orang tuanya.

Jantung Azzam seperti diremas, kenapa semua begitu terlambat. Kenapa dahulu Fania tidak berterus terang saja kepadanya. Mungkin jika waktu itu Fania mau bicara, semuanya tidak akan seperti ini.

Azzam tersenyum ke arah Fania yang di balas olehnya. "Terlambat." Jawab Azzam sambil berlalu.

Fania membulatkan matanya tak percaya dengan jawaban Azzam. "Rival tunggu!"

Dia pun mengejar Azzam yang mulai menjauh, sedangkan Azzam mempercepat jalannya.

"Rival, kasih satu alasan kenapa kamu nolak aku?" Seru Fania.

Azzam membalikkan badannya ke arah Fania yang berdiri tak jauh dari dirinya. "Aku bakal jawab pertanyaan kamu beberapa minggu ke depan," Azzam pun masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya.

"Azzam." Pekik Fania, tapi tak dihiraukan. Fania memejamkan matanya menahan gejolak amarah di dalam hatinya.

Tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang yang menepuk bahunya, Fania menoleh ke arah orang tersebut. Seperti tak asing tapi dia lupa siapa dan kapan terakhir kali dia bertemu.

"Maaf, siapa ya?" Tanya Fania bingung.

"Lo, lupa sama gue?"

"Emangnya kita sebelumnya pernah ketemu?" Fania mulai berhati-hati, takut jika yang berada di hadapannya adalah orang jahat yang so kenal kepadanya.

"Astaga Fan, segitu berubahnya gue. Makin ganteng ya, gue, makanya lo lupa sama gue." Kata lelaki tersebut dengan narsisnya.

Fania menepuk jidatnya, sekian lama mereka berpisah setelah kelulusan SMA dan baru sekarang mereka ketemu lagi. Walaupun itu kebetulan.

"Gilang, lo Gilang temen SMA gue kan." Fania memastikan.

Lelaki tersebut mengangguk dengan tersenyum ceria. "Iya gue Gilang, nyampe segitunya lo lupa sama gue Fan."

"Sorry, habisnya lo beda banget, gak kayak pas SMA."

"Lo juga beda kok, pas SMA lo itu kayak ada manis-manisnya gitu. Tapi sekarang mah kemanisan." Kata Gilang sambil terbahak. Tanpa permisi Fania mencubit tangan Gilang

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang