41- Semakin Dekat 🍁

992 64 0
                                    

Jangan lupa vote😊




Sekembalinya Azzam mengantarkan Anisa, wajahnya sedikit lebih murung. Asya yang melihatnya tak tahan untuk tidak bertanya.

"Mas kenapa, kok Asya perhatiin dari tadi murung?"

Azzam menatap Asya tak bersemangat. "Aku ... kepikiran Anisa."

"Loh, memangnya kenapa, mas anterin dia sampai rumah, kan."

Azzam mengangguk lemah, "Dia anaknya setegar itu, ya. Aku aja salut sama dia."

Asya menghela nafas berat, sepertinya Azzam sudah mengetahui sedikit kehidupan Anisa.

Flashback on

Sebelum mengantarkan Anisa pulang, Azzam mengajaknya ke minimarket terlebih dulu, hanya sekedar membeli makanan untuknya.

"Anisa mau beli apa?" tanya Azzam.

"Nisa bingung, om."

"Bingung kenapa?" Azzam mulai menatap Anisa.

"Nisa gak tahu mau beli apa,"

"Emm ... Nisa suka ice cream gak?"

Anisa mengangguk, "Suka om."

"Kita beli ya." ajak Azzam yang dibalas anggukan oleh Anisa.

Keduanya berjalan menuju tempat ice cream dengan Azzam yang menggandeng tangan Anisa. Terlihat seperti seorang ayah dan anak gadisnya.

"Dibungkus ya, om." ucap Anisa.

"Gak dimakan disini aja?"

Anisa menggeleng cepat, "Kalo dibawa pulang bisa makan bareng ibu." jawabnya dengan polos.

Azzam tertegun, ucapan Anisa selalu membuat hatinya terasa teriris. Apa-apa ibu, ternyata sepenting itu sosok ibu di hidupnya.

"Kita beli 3 aja kalo gitu, sekalian buat ayah Nisa." ujar Azzam.

Anisa kembali bungkam, kali ini wajahnya terlihat sangat sedih.

"Nisa udah gak punya ayah, om." jawab Anisa sambil menangis.

Reflek Azzam segera memeluk Anisa, memberikan ketenangan, ia merasa bersalah karena ketidaktahuannya akan hal ini.

"Om minta maaf," ia mengurai pelukannya dan menatap Anisa lembut. Tangannya mengusap pipi Anisa yang sudah basah karena air mata.

"Jangan nangis lagi, om sama kak Asya juga sayang sama Nisa. Nisa gak sendirian." ucap Azzam menenangkan.

Tangis Anisa reda, ia mengangguk dan tersenyum kecil. "Terimakasih om."

"Sama-sama cantik, sekarang kita beli makanan ya buat Nisa sama ibu di rumah."

"Ayo om."

Azzam membelikan Anisa makanan ringan dan buah-buahan, ia melihat wajah senang Anisa seakan melupakan kejadian tadi. Dan itu cukup membuat hatinya tenang.
Di dalam mobil Azzam bertanya tentang kehidupan Anisa sehari-hari. Azzam meringis mendengar cerita itu. Rasanya ia sangat malu karena hidupnya kurang bersyukur mengingat orang tua yang masih lengkap dan menyayanginya ditambah kehidupan yang layak. Sangat berbeda jauh dengan kehidupan Anisa.

Tak lupa Azzam memberikan santunan kepada Anisa dan ibunya. Walaupun hanya sedikit setidaknya cukup untuk kebutuhan Anisa dan ibunya. Seperti yang telah Rasullulah Saw. ajarkan, kita diwajibkan memperlakukan anak yatim dan piatu dengan baik, tidak dengan kekerasaan dan penghinaan. Karena biar bagaimanapun mereka masih pantas mendapatkan kasih sayang dan hidup yang layak.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang