55- Olahraga pagi 🍁

812 56 0
                                    

Jangan lupa vote ❤️

Jika dia memang jodohmu, sejauh apapun kamu pergi. Percayalah dia akan tetap menemukanmu.

Di hari Minggu yang cerah, Asya dan Azzam sudah siap dengan pakaian olahraganya. Jam masih menunjukkan pukul 05.40, suasana komplek masih sepi, hanya ada bapak-bapak yang baru pulang dari masjid.

Keduanya berlari melewati setiap rumah yang ada di kompleknya.

"Ayo semangat," kata Azzam dengan nafas tersengal.

Asya mengangguk, "Pasti, dong." jawabnya semangat.

"Wah, ada neng Asya," ucap seseorang yang tak lain adalah bu Rani, tetangga kompleknya.

Asya tersenyum ramah, "Iya, ibu darimana?" tanya Asya.

"Saya dari warung depan beli sayur." jawabnya.

"Oh, iya. Udah ngisi belum?"

Asya dan Azzam saling berpandangan, Asya tersenyum ke arah Rani lalu menggeleng pelan.

"Belum." bibirnya membentuk lengkungan kecil.

Azzam melihat raut kesedihan dari wajah istrinya. Ia menggenggam tangan Asya erat lalu tersenyum ke  arahnya.

"Minta doanya aja bu, lagian Asya masih kuliah juga." kali ini Azzam bersuara.

"Oh gitu, dulu juga saya kosong satu tahun kok. Kalian juga masih muda." ucap Rani, ia merasa tidak enak dengan pertanyaannya tadi.

"Iya, bu. Kalo gitu mari, kami duluan."

Rani mengangguk, lalu tersenyum ke arah Asya canggung.

Keduanya kembali melanjutkan larinya. Walaupun sangat jelas tercetak di wajah Asya raut kesedihan.

Ketika sudah sampai di taman, banyak muda-mudi yang lalu lalang. Udara yang masih segar menembus ke hidung hingga paru-paru. Berbeda sekali dengan suasana jalanan kota yang penuh polusi.

Azzam melihat tukang bubur ayam yang tidak jauh dari tempatnya duduk.

"Mau makan bubur gak?"

Asya mengerutkan keningnya, lalu menggeleng. "Enggak, mas."

"Kalo mau nanti aku beliin," ucap Azzam.

"Asya belum lapar. Tapi kalo mas lapar, beli aja!" Asya tersenyum kecil.

Azzam diam sejenak, "Tunggu sebentar!" ia berlalu dari hadapan Asya.

Tangan Asya terulur mengusap perutnya yang datar, bibirnya tersenyum tipis. Ah, ia jadi teringat kisah Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Sarah. Tak terasa air matanya turun membasahi pipinya. Sakit. Tapi inilah ujian, setiap kejadian pasti akan ada hikmah di dalamnya. Seperti kisah Nabi Ibrahim as. dan Siti Sarah.

Dikisahkan sebelum Nabi Ibrahim mendapatkan keturunan, ia mendapatkan ujian dengan lamanya berumah tangga tanpa momongan. Saat itu, meski pernikahan Nabi Ibrahim dan istrinya, Sarah sudah berjalan puluhan tahun. Namun keduanya belum juga diberikan keturunan. Hingga akhirnya Sarah merelakan suaminya menikah lagi dengan Siti Hajar agar ia bisa mendapatkan keturunan sebagaimana ia impikan selama ini.

Meski pada akhirnya Nabi Ibrahim mendapatkan keturunan dari istri keduanya, Siti Hajar, namun ia masih berdoa dan berharap istri pertamanya bisa memberikan buah cintanya. Nabi Ibrahim pun selalu berdoa kepada Allah agar ia diberikan momongan.

Menurut Syekh Nawawi Banten, dalam kitabnya berjudul "Marahu Labid li Kasyfi Ma‘na Quranin Majid", doa yang dilantunkan Nabi Ibrahim saat itu ialah Surah As-Shaffat ayat 100.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang