19- Rumah Baru 🍁

1K 84 0
                                    

Jika hatimu masih untuk yang lain, cobalah mengerti dengan keadaanku saat ini yang ada di sampingmu.

Di sinilah Asya dan Azzam berdiri, di halaman rumah yang minimalis berlantai dua namun masih terkesan nyaman, rumah bernuansa putih, abu itu terkesan sangat nyaman untuk ditempati, ada balkon yang pagarnya terbuat dari kaca, yang menambah aksen elegan, tempat duduk yang terbuat dari kayu jati, bercat putih. Dengan taman kecil di samping rumah, dan kolam ikan minimalis.

Lama berdiri memandang keindahan itu, tiba-tiba Azzam membuyarkan lamunannya.

"Asya." panggil Azzam yang sudah di depan pintu, kedua tangannya memegang koper milik Asya dan dirinya, dan tas ransel di punggungnya.

"Eh, iya." Asya sedikit berlari ke arah Azzam.

"Tolong bukain pintu, kuncinya ada di ransel paling depan!" titah Azzam.

Tanpa menunggu lama Asya segera mencari kunci yang dimaksud, di dalam ransel yang di pakai Azzam.

Tidak lama kemudian Asya sudah berhasil menemukannya, tanpa menunggu perintah lagi dia segera membuka pintunya.

Azzam dan Asya memasuki rumah dengan mengucap salam terlebih dahulu, terpampang lah ruangan bercat putih yang ... umm terlihat sangat nyaman.

Ada satu set sofa berwarna abu-abu sebagai pelengkap ruang tamu, ada ruang keluarga yang terlihat sangat rapi dengan sofa dan kursi single yang menghadap ke layar tv LED, berukuran 18 inci. Ada tangga sebelah pintu yang menuju kamar atas, sebelah tangga ada dapur sekaligus ruang makan.

Azzam berjalan menuju kamar atas yang diikuti Asya dari belakang.

Ada satu kamar yang lumayan luas dengan kamar mandi di dalamnya.

Kamar tersebut bercat putih. Nyaman, kata yang dapat menggambarkan suasana kamar tersebut dengan kasur king size yang empuk.

"Ini kamarnya mas?" tanya Asya kemudian, yang hanya dibalas anggukan oleh Azzam.

"Aku turun dulu, kalo ada penting panggil aja!" ucap Azzam sambil berlalu dari hadapan Asya.

Asya menarik nafas dan membuangnya kasar, sifat Azzam yang kadang dingin dan kadang ramah membuatnya bingung harus bagaimana.

Terbersit di pikiran Asya, daripada berdiam diri lebih baik dia membereskan bajunya, dan baju suaminya kedalam lemari.

Setelah selesai dengan kegiatannya, dengan merentangkan tangannya dia berujar.

"Selesai." Ucapnya semangat.

"Beresin baju udah, barang-barang udah." Asya me-list pekerjaannya, yang telah selesai di kerjakan.

"Terus apalagi," Asya berpikir sejenak dan melihat jam di ponselnya yang menunjukan pukul 10.15 masih ada waktu pikirnya.

Akhirnya dia beranjak dari kamar dan berjalan menuju dapur pilihannya adalah memasak.

Dilihatnya kulkas dan lemari untuk mencari bahan makanan, tapi nihil. Dia tak menemukan apapun.

"Kok ga ada apa-apa, sih." gumamnya.

Dari balik pintu Azzam melihat gerak-gerik Asya yang sedang mencari sesuatu, gemas melihat Asya yang dari tadi kesana kemari akhirnya Azzam memberanikan diri mendekatinya.

"Cari apa?" Tanya Azzam tiba-tiba, mengagetkan Asya yang kini seperti maling tertangkap basah, Azzam mengulum senyum. Menahan tawa melihat Asya yang salah tingkah karena kedatangannya yang tiba-tiba.

"Eem ... itu aku cari bahan makanan." jawabnya kikuk.

Astaga Azzam lupa jika dia belum membeli bahan makanan untuk keperluan dapur, Azzam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang