Bonus Part

882 46 1
                                    

Azzam dan Asya duduk di tepi pantai sembari menikmati camilan yang sempat mereka beli di minimarket ketika perjalanan ke pantai.

"Tau gak kenapa Mas ajak kamu ke sini?" Tanya Azzam.

Asya menggeleng pelan, "Enggak, memangnya kenapa?"

Azzam tersenyum kecil lalu meraih tangan Asya dan menggenggamnya erat. "Biar aku bisa lihat wajah cantik kamu dibawah sinar senja nanti sore."

Bibir Asya tersungging membentuk sebuah lengkungan. "Cantikan aku apa senjanya?" Tanya Asya.

Azzam terkekeh pelan, "Dua-duanya sama cantik dan indah, tapi bedanya aku lebih mencintai kamu."

Asya tertawa kecil, tangannya reflek memukul bahu Azzam. Matanya menatap Azzam dengan menyipit. "Udah pinter ngerayu ya, sekarang." Sindir Asya.

"Iya dong, buat istri seneng dapet pahala kan."

Alis Asya terangkat sebelah. "Mas belum tanya aku seneng apa belum loh."

Azzam mendekatkan wajahnya ke wajah Asya dan menatapnya dalam. "Udah seneng belum?"

Asya menautkan keningnya tampak sedang berpikir. "Emmm," ia membalas tatapan Azzam dengan tersenyum. "Asal sama Mas Azzam, kemanapun Asya seneng." Bisiknya.

Azzam tersenyum mendengar jawaban membahagiakan itu. "Btw, kamu mau gak jadi matahari di hidupku?" Tanya Azzam.

"Gak mau." Tolak Asya.

"Kenapa?"

"Karena matahari itu jauh banget jaraknya, kalau deket nanti aku gosong. Sedangkan aku pengennya deket terus sama Mas Azzam."

Azzam terkesiap mendengar jawaban itu, ia tersenyum lebar lalu memeluk pinggang Asya. Ia mencolek hidung Asya. "Bisa aja jawabnya."

"Hahaha, bisa dong. Emang Mas aja yang bisa gombal." Ujarnya dengan bangga.

"Iya deh, iya."

Asya menyandarkan kepalanya di bahu Azzam, helaan napas teratur seakan ada sesuatu hal yang melegakan. Usapan lembut di kepala Asya membuat matanya ingin terpejam.

"Mas,"

"Hm."

"Aku sayang banget sama Mas." Ujar Asya.

"Sama dong." Balas Azzam.

Asya mendongak menatap Azzam, "Pengen deh, gigit Mas."

"Gigit aja kalo berani." Tantang Azzam.

Asya menatap pergelangan tangan Azzam dan menggigitnya cukup keras. "Arrgh." Ringis Azzam, ternyata benar Asya menggigitnya. Ia kira hanya bercanda saja.

Asya nyengir, menampilkan deretan giginya yang rapi. "Pahit ah, gak enak." Ujarnya sembari menahan kesal.

"Lah, kamu ngapain beneran gigit?"

"Penasaran aja sih, soalnya gemesss." Asya mencubit tangan Azzam saking gemasnya.

"Astagfirullah, kamu kenapa sih?" Tanya Azzam yang heran dengan sikap usil Asya.

"Gemes banget Mas ya ampun." Jawab Asya greget. Sedangkan Azzam hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya ini.

Asya mengamit lengan Azzam erat. "Nikah enak ya, bisa pacaran tanpa takut dosa." Celetuk Asya.

"Iya dong, ibadah seumur hidup."

Asya mengangguk setuju, ia mencomot camilan di hadapannya. Ia melirik Azzam yang memandang pantai dengan tenang.

"Mas mauw akhu shuapin gak?" Tawar Asya.

Azzam menggelengkan kepalanya, "Enggak ah, malu."

Mata Asya menyipit. "Gak romantis Mas ih."

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang