47- Perlahan 🍁

785 55 4
                                    

Asya sudah menyiapkan makan malam untuknya dan juga untuk Azzam. Hanya makanan sederhana, tumis kangkung dan goreng tahu, tempe. Walaupun orang tua Asya hidup berkecukupan tapi ia selalu diajarkan untuk hidup sederhana.

Azzam menghampiri meja makan dengan raut wajah yang sulit diartikan. Seperti ada hal yang disembunyikannya.

"Sini mas, duduk dekat Asya!" ucap Asya ceria, karakter Asya sekali.

Azzam hanya mengangguk lalu duduk di sebelah Asya.

"Mas,"

"Sya,"

Keduanya saling menatap, Asya menghela nafas, "Mas duluan aja!"

"Kamu aja, mau bilang apa?"

Asya balas tersenyum, ia menggelengkan kepalanya, "Mas aja."

"Malam ini aku mau pergi sebentar," ujar Azzam dengan hati-hati.

Asya yang sedang menyendokkan nasi ke dalam piring reflek berhenti dan menatap Azzam dengan kening berkerut, "Mau kemana?"

"Emm ... ada urusan."

"Ini udah malem loh mas, di luar juga hujan."

Terdengar helaan nafas berat dari Azzam, "Ini penting Sya, tolong." Azzam menangkupkan kedua tangannya di depan dada, berharap Asya akan mengizinkannya.

"Memangnya urusan apa?"

"Urusan, kantor." jawab Azzam.

Bukan itu, Asya melihat maksud lain di sorot mata Azzam. Biasanya Azzam tidak seperti ini. Namun kali ini bau-bau mencurigakan terlihat jelas.

Asya segera beristighfar, ia tidak boleh su'udzon. Akhirnya ia tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban, walau berat tapi ia tidak boleh egois.

Senyum Azzam terbit, "Makasih Sya."

"Sama-sama, mas."

Keduanya menikmati hidangan yang telah tersaji, tapi rasanya hambar bagi Asya. Makanan yang tadi terasa sedap kini kelezatannya seakan menguap.

Unmood kembali menyerang suasananya, ditinggal suami malam-malam.

Membosankan sekali.

"Hati-hati di rumah!" Azzam mengukir senyum manisnya.

Asya menaikkan tangannya membentuk hormat, "Siap pak." Azzam mencubit pipi Asya saking gemasnya.

"Aww sakit." pekik Asya.

"Maaf." Azzam mengusap pipi Asya lembut, "Aku berangkat. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam, hati-hati di jalan mas."

Azzam berjalan semakin jauh dengan segera ia memasuki mobilnya dan melajukannya membelah kota Bandung, di malam hari dengan cuaca langit tak mendukung. Mungkin bagi sebagian orang akan lebih memilih tidur dengan berselimut tebal.

Mata Asya terus menatap kepergian mobil suaminya, getaran ponsel tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Asya tersenyum melihat siapa pengirim pesan tersebut. Ia kembali memasuki rumahnya dan duduk di sofa ruang tamu.

The Girls❤

Rachel
Hi guys, sedang apa kalian?

Asya
Lagi diem aja

Rachel
Diem-diem bae, ngopi ngapa ngopi☕

Syila
Ganggu aja sih lagi nonton youtoube juga😒

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang