17- Makan Malam 🍁

1K 87 0
                                    

"Liat deh bi, pengantin baru."
Ujar Halimah kepada suaminya sambil memperlihatkan foto yang tadi di ambilnya. Foto itu menampilkan dua pasang suami istri. Azzam dan Asya tentunya, dengan senyum sumringah dia menceritakan tragedi di tangga tadi.

Menurutnya, kejadian tadi sangat menggemaskan. Semoga saja ini pertanda baik untuk mereka ke depannya.

"MasyaAllah, kalo udah gini sih tanda-tanda mi." jawab suaminya tak kalah sumringah.

"Aamiin bi, semoga mereka bisa saling mengerti satu sama lain."

"Kata abi juga apa, Azzam pasti suka sama Asya. Pas mau dijodohin aja maksa gak mau, giliran udah nikah nempel-nempel."

Tanpa sadar Asya dan Azzam sudah ada di belakang mereka dan mendengarkan semua percakapan abinya. Asya baru taju jika Azzam ternyata pernah menolak dijodohkan dengannya. Rasanya sedikit kecewa mendengar pernyataan itu, tapi ya sudah lah. Toh memang dia tak saling kenal jadi wajar saja jika Azzam pernah menolak.

Asya menoleh ke arah Azzam yang juga menatapnya, tatapan yang tak bisa di artikan. Lalu Asya melangkah mendekati mertuanya di meja makan.

"Eh Asya, sini duduk nak!"

Asya membalasnya dengan senyuman dan anggukan, lalu duduk di samping uminya menyisakan bangku kosong yang akan ditempati Azzam.

Sedetik kemudian Azzam juga duduk di samping Asya, dia masih merasa canggung karena Asya mendengar percakapan abinya. Karena setelah mendengar itu pun Asya jadi lebih pendiam.

"Besok, kalian jadi pindah?" tanya abinya.

"Insyaallah jadi bi, Azzam juga udah siapin sopir buat bantu pindahin barang-barangnya."

"Umi cuma nitip sama kalian, jaga pernikahan kalian baik-baik, kalo ada masalah selesaikan bersama."

"Dan yang paling penting itu menjaga kepercayaan, jangan ada yang ditutup-tutupin. Kalian udah dewasa pasti tau mana yang baik dan mana yang enggak." tutur abinya.

"Insyaallah abi, Asya akan patuh sama mas Azzam. Doakan juga supaya Asya bisa menjadi istri sholehah dan berbakti kepada mas Azzam."

"Aamiin, doa kita akan selalu ada untuk kalian. Umi bangga punya menantu sebaik kamu Asya. Dari dulu umi pengen punya anak perempuan tapi malah Azzam yang keluar." guraunya, yang membuat Azzam kesal.

"Nanti kalo udah di sana jangan lupa nitip ya," bisik abinya di telinga Azzam.

"Nitip apa?"

"Cucu yang lucu-lucu"
Azzam memelototkan matanya ke arah abinya. Bisa-bisanya abi berkata seperti itu disaat makan. Lagi pula juga dia belum mengenal Asya lebih jauh.

Acara makan malam telah selesai, Azzam memilih langsung ke kamarnya dan Asya mencuci piring membantu mertuanya.

"Asya." umi nya memanggil Asya yang kini sedang mencuci piring.

"Iya umi, ada apa?"

"Jika suatu saat Azzam berubah. Jangan pernah tinggalin dia ya, umi yakin kamu bisa jaga dia karena bagaimanapun sikap Azzam. Dia itu anaknya baik dan InsyaAllah dia bisa menjadi imam yang baik untuk kamu."

Asya berhenti sejenak dari kegiatannya dan menatap mertuanya dengan lembut

"Umi gak usah khawatir, Asya yakin jika suatu saat mas Azzam pasti bisa menerima Asya sepenuhnya." Balas Asya dengan mengulas senyum tulus.

"Aamiin."

Ketika Asya memasuki kamar terlihat Azzam yang sedang membereskan baju dan barang yang akan dibawanya besok. Sedangkan baju dan barang milik Asya sudah tertata rapi di dalam koper, ketika tadi sore berkemas dari rumah orang tuanya.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang