45- Masa SMA 🍁

747 63 0
                                    

Belajar menjadi lebih baik.
Persoalan yang dihadapi dia yang ingin menjadi manusia baik.
Iman...
Naik turunnya menjadi masalah untuk hati yang masih lemah.

Asya duduk di atas ranjang, matanya menatap langit-langit putih yang bersih. Ia menghela nafas panjang, matanya menatap bingkai foto dirinya dan juga Azzam. Tidak ada sorot bahagia dari kedua matanya, Asya memaklumi itu. Tidak semua hati dapat menerima dengan mudah dan cepat.

LEPASKAN AZZAM

Seakan menjadi buah pikir, hal itu sangat mengganggu konsentrasi Asya. Sebenarnya siapa dalang dari teror itu, apakah masalalu Azzam.

Asya mengerutkan keningnya, kenapa semakin lama semakin banyak hal yang membuatnya rumit, seakan ada rahasia yang ia tidak ketahui.

"Kenapa hm?"

Asya menolehkan kepalanya ke arah Azzam yang baru muncul dari balik pintu.

"Gak pa-pa, udah selesai ya, mas."

"Udah, kamu kenapa ngelamun"

"Gak pa-pa."

Azzam menatap Asya intens, "Lagi ada masalah?"

Mata Asya berkedip dua kali, "Gak ada kok."

"Kamu lagi gak nyembunyiin sesuatu, kan?"

Asya tersenyum samar dan menggeleng pelan.

Aku gak boleh kasih tau mas Azzam, bantu hamba menjaga rahasia ini Ya Allah batin Asya.

Ia belum siap jika harus menceritakan aksi teror itu, bisa saja itu hanya orang iseng, kan.

"Syukur lah, kalo ada masalah jangan sungkan!" ucap Azzam lembut, tangannya ia ulurkan mengusap kepala Asya.

"Tadi pulang sama siapa?"

"Sama Rachel."

"Temen kamu yang paling cerewet itu,"

"Nah, iya dia, mas tahu juga."

"Tahu lah, pas nikahan kita kan, dia dateng sama temen kamu yang satu lagi."

"Yang tinggi itu namanya Syila"

Azzam mengangguk mengerti, "Udah lama temenan?"

"Lama banget dari SMA, dulu Asya gak ada temennya karena di kelas pake kerudung sendiri. Tapi setelah lama ada juga dua orang yang mau temenan sama Asya, Syila sama Rachel."

Azzam mulai tertarik dengan pembahasannya kali ini, "Kenapa cuma Syila sama Rachel yang mau temenan sama kamu?"

"Asya juga gak tahu mas, pernah Asya dikatain so alim lah, kayak teroris, kolot. Tapi Asya sadar, semua orang berhak menilai, kan. Jadi Asya biarin aja, biar bagaimana pun pandangan orang beda-beda."

"Kenapa gak kamu lawan aja mereka." ucap Azzam sedikit kesal.

Asya mengulum bibirnya, "Kasih satu alasan buat Asya balas perbuatan mereka."

Azzam terdiam.

"Mas, kalo kita bales perbuatan mereka berarti kita sama mereka itu gak ada bedanya dong. Masa Asya harus bales yang buruk dengan yang buruk pula. Bukannya Allah itu maha Adil mas, setiap perbuatan pasti ada balasannya." Asya tersenyum kecil, mengingat perjuangan hijrahnya semasa SMA. Ah, ia juga tak menyangka mampu melewati masa-masa itu.

Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizhalimi).

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang