33- Berhenti 🍁

1K 68 0
                                    


Jangan pelit vote ya

Cinta itu ...
Melihat,
Merasakan,
Memperhatikan,
Berjuang,
Mempertahankan,
Menunggu,
Lalu ...
Terpatahkan, karena tak terbalas.

Menyakitkan ...
Karena harus berhenti mencintai.
Berhenti memperhatikan.
Berhenti menunggu.
Berhenti berjuang.
Terlebih berhenti berharap.

Mungkin ...
Sampai di sini,
Aku berhenti.
Aku menyerah pada takdir.

Karena,

Cinta ... bagiku itu
Merelakan.

~Fahmi


Asya berjalan di koridor yang masih sepi menuju kelasnya. Langkah kakinya terus terayun seakan tak ada beban. Hatinya terasa menghangat ketika mengingat perlakuan Azzam yang selalu manis.

"Asya." tubuhnya seketika menegang, jelas ia hapal suara itu.

Dengan segera ia mempercepat langkah kakinya, ia tidak boleh berurusan dengan Fahmi lagi.

"Sya, tunggu!" Fahmi terus mengejar, walau tak digubris.

Fahmi bingung, ada apa dengannya?

"Sya, kamu kenapa?" tanya Fahmi, masih senyuman yang ia berikan.

"Udah Mi, lebih baik kita jangan terlalu deket lagi." Asya yang sempat berhenti kembali melanjutkan langkahnya.

"Aku gak ngerti maksud kamu?" jawab Fahmi bingung.

Asya tetap tak bergeming, Fahmi sampai kewalahan mengejar Asya. Hingga akhirnya ia dapat menyamai langkah kakinya dan berhenti di depannya, jelas Asya tak bisa berkutik.

Asya berdecak kesal, ia memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Aku buat salah sama kamu? Jelasin!"

"Tanpa aku jelasin juga harusnya kamu lebih ngerti." tekan Asya.

Fahmi menautkan alisnya. Ah ia teringat sesuatu, "Kamu udah baca surat itu?"

Asya hanya mengangguk.

"Pulang ngampus temui aku di cafe biasa!"

"Gak mau." tolak Asya.

Fahmi menangkupkan tangannya di depan dada, "Kali ini aja, Sya."

Asya tetap diam tak menghiraukan Fahmi, ia takut melukainya semakin dalam lagi.

"Terakhir, please?" mohon Fahmi, di matanya terlihat keputusasaan.

Asya melirik sekilas, tak tega juga ia melihat teman semasa SMA nya itu.

"Kita selesaikan baik-baik."

Asya terdiam sejenak, ia menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk ragu.

***

Sepulang kuliah ...

"Eem ... kalian bisa pulang duluan. Aku ada urusan bentar?" kata Asya.

"Ngapain, Sya?" tanya Syila penasaran.

"Iya, nih, tumben." tambah Rachel.

Asya menghela nafas berat, masalahnya cukup rumit karena menyangkut perasaan, tapi mau bagaimana lagi. Jika tidak, urusannya akan semakin rumit.

"Susah jelasinnya."

"Yaudah, aku ikut."

"Aku juga, masa iya Syila ikut aku enggak."

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang