29- Fakta dari Fahmi 🍁

998 70 0
                                    

Teman yang baik itu dilihat dari kejujurannya bukan dari kebohongannya




Pagi ini Asya dan Azzam sarapan dengan keheningan, tak ada yang memulai pembicaraan. Azzam masih dengan mode dinginnya yang semakin membuat Asya bingung alasan suaminya bersikap dingin padanya.

Apakah karena Fania? Tidak.

Tidak mungkin, karena mereka berdua baru berkenalan kemarin. Asya selalu menepis pikiran negatif itu, ia tak mau menambah masalah baru untuk suaminya.

"Mas, nanti siang mau Asya anterin makan lagi, sekalian bawa motor di kantor mas."

Azzam berhenti menyuapkan nasi ke dalam mulutnya dan menatap Asya sejenak, "Gak perlu, nanti biar aku suruh orang kantor nganterin motor kamu." lanjut Azzam.

"Yah kenapa, padahal hari ini Asya gak kuliah, kok." kata Asya dengan memelas.

"Aku pulang cepet."

Asya memanyunkan bibirnya, kesal dengan penolakan Azzam.

"Oke." jawab Asya cepat.

Tiba-tiba ia teringat dengan janjinya tadi malam, ia akan berkunjung ke rumah umi dan abinya.

Dan hari ini ia akan meminta izin kepada suaminya, karena setelah menikah abinya berpesan untuk berbakti dan menghormati suami, melayaninya dengan baik dan meminta izin ketika akan keluar rumah.

Musthafa Ar-Ruhaibi mengatakan:

"Seorang istri diharamkan untuk keluar rumah tanpa izin suami, kecuali karena alasan darurat. Seperti membeli makanan, karena tidak ada yang mengantar makanan padanya" (Mathalib Ulin Nuha 5/271).

"Mas."

"Apa?"

"Nanti siang Asya izin ke rumah Umi boleh gak?"

Azzam tampak menimang jawaban, sebelum akhirnya menyetujuinya.

"Boleh, sama siapa?"

"Sendirian, kalo mas Azzam mau ikut ayo?" ajak Asya antusias.

Azzam berpikir sejenak, "Bol-"

Drrrtt Drrrtt

Tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk.

082xxxxxxxxx
Nanti  siang temuin aku di Restoran

Azzam
Gak bisa

082xxxxxxxxx
TIDAK ADA PENOLAKAN

Azzam menggeram kesal, selalu saja disaat ia ingin melupakan justru orang itu lebih gencar mendekatinya. Kalian tau Dia siapa?

Ya siapa lagi jika bukan Fania Adenia Salsabila.

Asya yang mengerti raut wajah suaminya menjadi mengerti.

"Gak bisa ya mas?" tanya Asya pelan.

Dengan menghela nafas berat Azzam menggelengkan kepalanya, dan itu membuat Asya kecewa.

Asya menggigit bibir bawahnya dan menatap Azzam dengan lembut.
"Gak pa-pa mas, lain kali aja."

Azzam menangkap kekecewaan di mata indah milik Asya, tapi apalah daya ia juga tidak bisa menolak. Tanpa disadari ternyata wanita di masalalunya lebih penting.

"Aku berangkat." ucap Azzam  

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan mas!"

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang