4- Pilihan 🍁

1.5K 136 0
                                    

Pilihan terbaik ada pada dirimu, jangan tanya orang lain. Hatimu lebih paham akan dirimu





Sesampainya Azzam di kantor, seperti biasa dia memasuki ruang kerjanya. Ia mendaratkan bokongnya di kursi. Teringat kejadian tadi pagi di jalan, membuat dadanya sesak kembali. Terdengar suara pintu di buka.

"Permisi, pak ada yang ingin bertemu dengan bapak?" Kata sekretarisnya.

Azzam mengernyitkan dahi, pasalnya ia tidak ada janji untuk bertemu siapapun. "Siapa?" Tanyanya kemudian.

"Maaf pak kurang tahu. Sepertinya dia orang baru, tapi dia bilang kenal dengan bapak,"

"Suruh dia masuk!"

"Baik pak, saya panggil dulu. Permisi."

Sepeninggal sekretarisnya, datang seorang wanita cantik. Namun posisi Azzam membelakangi pintu, sehingga ia tidak menyadari tamunya sudah di belakangnya.

"Ha-i." Sapa wanita itu canggung, karena enam tahun lalu dia tak pernah bertemu lagi dengan sosok di depannya, dan ini kali pertamanya lagi dia bertemu.

Azzam membalikkan badannya ke arah wanita itu, seketika rotasi bumi seakan berhenti berputar. "Fa-nia." Dengan terbata dia memaksakan berbicara.

Fania tersenyum sumringah, tiba-tiba dia memeluk Azzam dengan erat. Lain dengan Azzam yang hanya terpaku, pandangannya kosong.

"Ngapain kamu kesini?" Tanyanya, Fania melerai pelukannya dan beralih menatapnya.

"Kamu kok bilang gitu sih, kamu gak kangen sama aku. Bahkan kamu pulang ke Indonesia, kamu gak ngabarin aku." Azzam terdiam, sulit sekali untuk menjawab pertanyaan Fania, rasa sesak dan kecewa kembali menggerogoti isi hatinya.

"Kenapa diem aja sih, Val." Panggilan itu kembali hadir setelah sekian lama dia tak mendengarnya. Ya, karena memang Fania saja, yang memanggil Azzam dengan nama Rival.

"Aku minta, sekarang kamu pergi dari kantor aku!" Perintahnya kemudian.

"Loh, kok kamu gitu sih. Aku dateng kesini itu buat ketemu kamu, kamu lupa sama janji kamu, dulu yang katanya mau setia sama aku, mau ngelamar aku pas kamu pulang. Mana janji kamu Rival?" Ucap Fania enteng.

Azzam mengangkat sebelah alisnya, "Setia kata kamu, di sini yang mengkhianati kesetiaan itu siapa? Bahkan sebelum aku pergi ke London, apa kamu mikirin perasaan aku Fan, saat itu juga aku hancur liat kamu sama laki-laki lain di danau."
Ucap Azzam, rahangnya mulai mengeras. Kejadian itu benar-benar membuat hatinya hancur.

Fania menutup mulutnya, ia sangat terkejut dan tak menyangka jika Azzam akan mengetahui kejadian itu. "Astaga, kamu salah paham, semua itu gak seperti yang kamu pikirin. Aku bisa jelasin semuanya." 

"Gak perlu di jelasin, aku udah tahu dari percakapan kalian berdua. Kalian akan bertunangan." Ucap Azzam sinis.

"Enggak Rival, aku di sini nunggu kamu. Aku dijodohin sama papa. Tapi aku gak mau, waktu itu aku nolak!" Sangkalnya.

"Kalo kamu nolak, kenapa kamu bisa keliatan bahagia pas bareng dia." Ucap Azzam dingin.

Tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk kembali. Fania membalikan badannya membelakangi pintu. "Masuk!" Titah Azzam.

"Maaf mengganggu, meetingnya sebentar lagi dimulai, bisa bapak ke ruang meeting sekarang!" Ucap sekretarisnya ramah.

"Lima menit lagi saya segera kesana. Berkasnya jangan lupa di siapkan." Jawabnya mencoba biasa saja.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang