54- Rumah umi 🍁

812 49 0
                                    

Vote dulu, baru baca!


"Jangan tegang gitu, Zam!" kata Azka sambil terkekeh.

Azzam tersenyum kecil, "Iya, kak."

"Gimana, Asya nyusahin gak?" tanya Azka.

Azzam menggeleng. "Dia cukup mandiri."

Azka mendengus, "Padahal dulu sebelum nikah, dia itu suka manja."

Azzam melebarkan pandangannya, "Oh, ya."

"Iya. Dia anaknya aktif banget, kadang pecicilan juga." Azka tersenyum kala mengingat kelakuan Asya sewaktu dulu.

"Dia emang kadang manja, tapi cukup dewasa. Aku banyak belajar dari dia."

"Kamu beruntung dapetin Asya, dia itu mudah banget maafin orang. Hatinya lembut, selalu tahu mana yang terbaik buat dirinya sendiri."
kata Azka.

Azzam menunduk, "Apa dia gak nyesel punya suami macam aku."

Azka menepuk bahu Azzam, "Gak perlu insecure. Asya, anaknya apa adanya."

"Asal kamu jangan pernah patahin hati dia aja." Azka tertawa hambar.

Berbeda dengan Azzam. Ia sedikit tidak tenang setelah mendengar pernyataan itu. Apakah ia mampu menjaga keutuhan hati Asya.

"Jangan dipikirin, bikin ribet." Azka beranjak dari duduknya, berjalan menuju tempat Asya berada.

Meninggalkan Azzam sendirian di teras.

"Azzam," panggilan abi membuyarkan lamunan Azzam.

"Iya, bi." jawabnya.

"Sini!"

Azzam berjalan menghampiri abi, ternyata di sana sudah ada Asya, umi, dan Azka. Azzam tersenyum lalu duduk dekat Asya.

"Lagi pada ngapain?" tanya Azzam.

Asya menyahut, "Kita lagi lihat foto masa kecil,"

Azzam melihat album yang ada di tangan Asya. "Coba lihat,"

Lembaran pertama, terlihat foto dua anak laki-laki dan perempuan. Azka dan Asya kecil. Sampai ke lembar ketiga, mata Azzam memincing. Ia menunjuk foto dua anak kecil yang duduk di ayunan.

"Ini si gendut kecil dulu, kan umi." ucap Asya sambil menunjuk foto tersebut.

Umi melihat foto tersebut, lalu tersenyum. "Iya, yang dulu sering banget adek isengin."

Asya tertawa, mengingat momen ketika dirinya menyembunyikan sandal kesayangan milik anak itu.

"Dulu, dia cengeng banget." kata Asya sambil terus tertawa.

"Tapi kamu tahu, gak?" tanya Azka.

Asya mengerutkan keningnya, "Tahu apa, kak."

"Sekarang dia udah gede, ganteng lagi." Azka mengedipkan sebelah matanya.

"Dih, dulu aja kayaknya gendut."

"Eh, beneran dek."

"Masa, sih." Asya tak percaya.

"Iya, dek."

Melihat ketiga anaknya butuh waktu, abi dan umi pamit ke tempat lain.

"Abi sama umi ke depan dulu, ya." pamit umi.

"Iya, umi." jawab Asya, Azka dan Azzam hanya tersenyum mengiyakan.

Namun, Azzam yang mulai tertarik dengan pembahasan kali ini, ia melihat foto yang Asya maksud tadi.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang