43- Siapa? 🍁

794 63 0
                                    

Sore hari, Asya sedang berkutat dengan peralatan dapurnya, memasak makanan kesukaan suaminya yang sebentar lagi pulang bekerja. Sudah tiga bulan lebih Asya dan Azzam menikah, kini keduanya semakin dekat dan akrab. Tentunya karena Asya memang tipe orang yang menyenangkan.

"Mudah-mudahan mas Azzam suka." gumam Asya dengan senyum yang menghiasi bibirnya.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, Asya melihat jam dinding yang masih menunjukan pukul 4 sore. Ia mengernyitkan dahinya, biasanya Azzam akan sampai pukul 5. Apakah hari ini suaminya pulang cepat pikir Asya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kembali membuyarkan lamunan Asya, ia segera berlari menuju pintu utama untuk membukakan pintu. Bisa jadi suaminya memang pulang lebih cepat.

"Tunggu sebentar!" ujar Asya sedikit berteriak.

Setelah berhasil membuka pintu, ia tak melihat siapapun di sana. Lalu siapa yang tadi mengetuk pintu.
Asya mulai berpikir, apakah ada orang lain selainnya di sini. Jika itu Azzam, biasanya ia akan langsung masuk ke dalam rumah.

"Siapa?" kata Asya.

Hening.

Ah sepertinya hanya orang iseng. Akhirnya Asya memilih untuk memasuki rumahnya. Ketika Asya akan memasuki rumah, matanya tak sengaja melihat satu buket bunga mawar merah dan, tunggu ... sebuah kado. Asya kembali mengerutkan dahinya.

Satu buket bunga dan kado, Asya kembali mengingat-ingat, ulang tahunnya masih sekitar dua bulan lagi. Jadi kado dan bunga itu untuk siapa dan dari siapa?

Apakah Azzam yang mengirimkannya, atau ... apakah Azzam yang berulang tahun hari ini.

Ah, ya, mungkin saja, Asya segera berlari ke dalam rumah dan mencari foto copy kartu kependudukan milik suaminya di dalam laci. Di sana tertera tanggal lahir 14 September, itu artinya hari ini memang benar hari ulang tahunnya. Lalu ... siapa pengirim misterius itu?

Asya melihat buket bunga tersebut, bunga mawar merah yang terlihat begitu indah. Asya menemukan surat dalam buket tersebut lalu membacanya dalam
diam.

Teruntuk kamu ❤

Hari ini tepat tanggal 14 September adalah hari dimana kamu pertama kali hadir di dunia. Ya, hari ini adalah ulang tahunmu. Kamu ingat, dulu kita sering merayakan hari ulang tahun dengan bersenang-senang, mengelilingi taman dan ... Aku berhasil selalu mengingatnya selama bertahun-tahun. Dan bunga mawar itu sebagai bukti bahwa perasaanku padamu tak akan berubah. Sampai kapan pun.

Dan aku berharap, semoga Tuhan memberiku kesempatan untuk mendapatkan hatimu kembali dan melanjutkan janji awal kita untuk
menua bersama.

Dadanya terasa sesak, oksigen seakan lenyap sehingga membuat dirinya sulit untuk bernafas. Ia menggenggam surat itu kuat, rasanya dunia hampir saja runtuh hanya dengan isi surat yang membuat dirinya benar-benar muak walau hanya membacanya.

Kini Asya sudah tahu pengirimnya, siapa lagi jika bukan mantan kekasih suaminya. Sebenarnya siapa dia, dan apakah mereka masih berhubungan. Rasanya ini terlalu nekat, kenapa dari miliyaran orang harus masalalu Azzam yang mengirim itu.

Asya menghembuskan nafas kasar.
Apakah mencintai seseorang yang kita miliki harus sesakit ini, bahkan lebih parahnya lagi ia belum mendengar satu patah kata cinta pun dari mulut Azzam. Sekarang ia mulai ragu, apakah cintanya akan terbalaskan. Asya merasa bodoh sekarang, kenapa ia harus jatuh cinta lebih dulu.

Pandangannya mulai kosong, sebenarnya masalalu Azzam itu siapa?

Kenapa Asya merasa jika dia adalah orang terdekatnya, atau mungkin bisa saja Asya mengenalinya tapi ... siapa?

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang