73- Bukan lilin 🍁

861 50 4
                                    

Jangan lupa vote dan komen ♥️
Happy reading!

Sekalinya update double ya,
Part Extra lagi 😂




Sekarang semua sudah berjalan seperti biasa. Asya menjalankan kesehariannya dengan bahagia. Tanpa harus menunggu kepastian lagi, tanpa ada rahasia lagi. Ini hari Minggu, dalam waktu sebulan sekali memang Asya selalu belanja bulanan untuk kebutuhan.

Asya memasukkan barang yang ia butuhkan satu persatu ke dalam keranjang. Matanya terus menyelisik tatanan barang-barang yang ada di rak. Berkali-kali ia melihat list belanjaannya, takut jika ada barang yang tidak terbeli atau tertinggal karena Asya paling malas jika harus bolak-balik supermaket hanya untuk membeli perlengkapan rumah tangganya saja.

Setelah selesai ia segera menuju kasir untuk membayar. Asya melihat belanjaannya yang begitu banyak. Ia menepuk jidat, lupa jika hari ini ia berbelanja sendiri karena suaminya sedang ada urusan ke luar kota. Alhasil dia lah yang harus mengangkutnya sendiri ke motor.

Asya menghela ketika menatap tiga kantong kresek yang besar. Kala ia akan mengambil kresek tersebut, ada seorang pria yang menghampirinya.

"Permisi Mbak!" Ucap lelaki tersebut.

Asya mendongak, seorang pria jangkung, tubuhnya sedikit kurus. Wajahnya terlihat lebih tua darinya, mungkin seumuran suaminya pikir Asya.

"Ah, iya."

Lelaki itu tersenyum ramah, ia celingukan. "Maaf sebelumnya, tapi kayaknya Mbak butuh bantuan,'' ujarnya.

Asya tersenyum tipis, "Saya bisa sendiri kok." Tolaknya halus.

Laki-laki jangkung itu terkekeh pelan, "Saya gak ada niat jahat kok. Mari Mbak, saya yang bawa aja!"

Belum sempat Asya berkata, laki-laki itu sudah lebih dulu mengambil kresek belanjaannya dengan enteng. Tiga sekaligus.

"Eh, malah ngerepotin." Kata Asya panik.

"Enggak kok, jadi jalan kemana Mbak?" Tanya laki-laki asing, yang Asya pun tidak tahu namanya.

"Ke parkiran, motor saya ada di sana." Jawab Asya.

Keduanya berjalan beriringan, Asya berjalan di belakangnya. Jantung Asya deg-degan, sedikit takut juga dengan orang di depannya.

"Mbaknya sendiri aja?" Tanyanya.

Asya sedikit kaget, untung saja posisinya di belakang. Jadi tidak ketahuan.

"Iya, suami saya lagi ke luar kota." Ucap Asya, sengaja mengatakan suami, biar saja dia tahu jika Asya sudah bersuami.

"Oh, sudah bersuami. Saya kira belum, masih kelihatan kayak anak kuliahan sih," ucap laki-laki itu sambil terkekeh.

Asya sedikit risih, tapi ia mencoba bersikap biasa saja. ''Saya memang masih kuliah, kebetulan udah nikah."

"Wah, hebat. Dulu juga saya mau kayak gitu. Tapi enggak jadi," kata laki-laki itu tertawa hambar.

Asya mengangguk pelan, "Oh, gitu ya hehe."

"Motornya dimana?"

Asya menunjuk ke arah motornya, hanya tinggal beberapa langkah lagi.

Lelaki itu menyimpan barang-barangnya di motor Asya. Setelah selesai, laki-laki itu berbalik menatap Asya.

"Sudah Mbak,"

Asya bernapas lega, lalu tersenyum ramah. "Makasih Mas, udah mau bantuin saya."

Laki-laki balas tersenyum, "Sama-sama. Oh iya, kalo boleh tahu nama Mbaknya siapa?"

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang