74- Detik akhir 🍁

1.2K 56 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ♥️
Terima kasih

Korek itu kadang menghancurkan, dia kecil tapi mampu membakar bangunan mewah sekalipun. Bahkan lilin kecil pun bisa habis karena ulah korek.

🍁🍁🍁











Asya duduk di kursi belakang rumahnya sembari melamun. Dua hari ini memang ia sering melamun. Azzam juga heran, setelah kepulangannya dari luar kota, Asya lebih banyak diam. Tidak seceria seperti biasa.

"Sayang kamu dimana?" Ucap Azzam dengan sedikit berteriak.

Langkahnya terhenti ketika ia sudah melihat Asya. Azzam menarik nafas panjang. Kemudian berjalan menghampirinya.

"Kenapa hei?" Tanya Azzam sambil berjongkok di hadapan Asya.

Asya terperanjat, ia mengusap dadanya. "Ngagetin aja,"

Azzam terkekeh, "Ngelamunin apa sih?"

Asya menggeleng. "Bukan apa-apa,"

Azzam meraih tangan Asya dan menggenggamnya. Menyorotnya dalam, mencari celah kebohongan yang istrinya sembunyikan.

"Ada masalah apa hm?" Tanya Azzam lembut.

Asya menghela, ia tersenyum kecil. "Gak ada, Mas mikir apaan sih." Jawab Asya.

Azzam balas tersenyum, ia mencium tangan Asya lembut. "Jangan ada rahasia lagi oke."

Deg

Tubuh Asya seketika menegang, ia mengangguk ragu. Matanya menyorot Azzam dalam. Bagaimana bisa ia melepaskan Azzam, sikap lembut dan perhatiannya adalah candu bagi Asya. Melayaninya setiap hari, seperti memasak untuknya, mencuci bajunya. Kebiasaan itu, sudah menjadi rutinitas bagi Asya. Rasanya ia tidak sanggup berpisah dengan Azzam. Bagaimana jika ia pergi, siapa yang akan mengurus suaminya.

Apakah dirinya seegois itu untuk memiliki Azzam. Gavin, laki-laki asing itu telah menggoyahkan pertahanan Asya. Kata-katanya yang membuat Asya tersungkur berkali-kali.

"Mas," panggil Asya pelan.

Azzam bergeming, ia menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?"

Asya membuang muka, rambutnya yang tergerai terhembus angin hingga menutupi sebagian wajahnya.

Tangan Azzam bergerak mengalihkan anak rambut dari pipi Asya.

"Mas cinta sama Asya?" Tanya Asya dengan suara bergetar.

Azzam tersenyum manis, "Apa selama ini sikap aku kurang menunjukkan kalo aku cinta sama kamu."

Ah, benar juga. Azzam selalu menuruti keinginannya, memberikan perhatian dan kasih sayangnya. Kenapa Asya begitu tidak peka melihat itu semua. Bukankah Azzam juga sudah mengatakannya waktu itu. Asya merutuki dirinya sendiri, kenapa ia jadi mempermalukan dirinya sendiri. Konyol sekali.

Azzam membelai rambut Asya. "Sampai kapanpun, jika Allah menjaga perasaan ini. Aku akan terus selalu mencintai kamu." Bisik Azzam di telinga Asya.

Tubuh Asya menegang, dadanya sangat sulit bernafas ketika matanya bertemu dengan manik hitam milik Azzam. Jantungnya berdesir hebat.

"Apa kamu tidak mencintai suamimu ini?" Tanya Azzam, ia mengikis jarak dengan Asya.

Asya menatap mata Azzam, sorot teduh itu selalu Asya rindukan.

"Untuk apa selama ini aku menunggu, apakah itu bukan bukti." Asya menelan ludahnya dengan susah payah.

Azzam terkekeh pelan, membawa Asya ke dalam pelukannya. Merasakan setiap inci kehangatan yang tersalurkan. Berkali-kali ia mencium kepalanya romantis.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang