21- Cabe 🍁

1K 83 0
                                    

Assalamualaikum
Aku up lagi deh hehe, berkat suport dari sahabat aku, Harum. Makasih banget ya kamu❤. Gak tega juga ninggalin cerita ini, ya walaupun vote nya cuma beberapa orang aja tetep aku ucapin makasih banyak, dan harus tetap bersyukur selamat membaca

🎉🎉🎉


Mobil yang ditumpangi Azzam dan Asya berhenti di depan kampus, tempat Asya menimba ilmu.

"Asya duluan mas." Kata Asya sambil meraih tangan Azzam, dengan secepat kilat dia mencium punggung tangan suaminya.

Azzam yang menerima perlakuan manis itu terpaku. Pandangannya tak lepas dari wajah Asya. Tunggu ada yang aneh.

Asya yang melihat tatapan intens suaminya sedikit gugup, kenapa tiba-tiba suaminya menatapnya seperti itu.

"Mas." panggil Asya sekali lagi, tapi suaranya tetap lembut.

Azzam segera tersadar dan tatapannya beralih ke arah lain.

"Ah, iya" jawabnya sedikit gugup.

"Asya duluan, Assalamualaikum." ujarnya sambil membuka pintu mobil hendak keluar, belum kesampaian niatnya tiba-tiba tangan Azzam lebih dulu mencekal pergelangan tangannya.

Deg,

jantungnya mulai berdebar tak karuan, nafasnya mulai sesak seakan tak ada oksigen. Dengan sebisa mungkin Asya menetralkan mimik wajahnya dan melihat ke arah Azzam. Asya mulai berpikiran negatif, apa suaminya ingin mencium keningnya, seperti yang sering dilihatnya, seperti adegan sinetron atau novel romance.

"Kenapa mas?" tanya Asya mulai terlihat biasa saja, padahal dalam hatinya sudah ketar-ketir tak karuan.

"Gigi kamu," Azzam menunjuk ke arah bibir Asya.

Reflek, Asya memegang bibirnya, ada apa dengan giginya. Dahinya mengernyit tak paham maksud Azzam.

"Ada cabenya."

Asya membulatkan matanya, sedangkan pipinya sudah dipastikan memerah akibat malu. Pernyataan Azzam jelas membuatnya malu, bagaimana bisa, dia seceroboh ini.

Dengan cepat Asya membuka tasnya dan mencari cermin kecil yang biasa dia bawa, dengan memalingkan wajahnya Asya melihat ke arah cermin dan benar saja, digiginya ada bekas cabe merah.

Huh memalukan saja, batinnya. Dengan susah payah dia membersihkannya.

Azzam mengulum senyumnya menahan tawa, dia terus memperhatikan gerak-gerik Asya yang menurutnya lucu.

Setelah selesai, Asya kembali melihat Azzam.

"Kalo gitu Asya pergi dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." jawab Azzam.

Seketika bayangan masa lalunya, hadir dikepalanya. Yeringat saat melihat wajah panik Fania karena Azzam memberitahunya jika ada coklat yang membuat gigi putihnya terdapat noda hitam.

Bibir Azzam terangkat membuat lengkungan tipis, mengapa sulit sekali membuka hati untuk Asya. Terlalu banyak kenangan di masa lalunya, yang membuat Azzam sulit untuk melangkah.

Sedangkan dia selalu bisa membuat pipi Asya merona. Biarlah, waktu yang membantunya untuk melupakan seseorang itu. Ya, dia harus bisa melupakan Fania. Harus.

Di tempat lain, Asya sudah duduk di bangkunya menikmati ocehan dua sahabatnya.

"Eh, Sya gimana nih, pengantin baru," goda Rachel sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Asya.

"Gimana apanya?" Asya yang tak paham maksud dari sahabatnya itu.

"Udah ada ini belum?" tangan Rachel membentuk love, di dada.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang