22- Pantai 🍁

938 82 0
                                    

Kejujuranmu memulai awal baikmu, selamat berjuang🍁


Alhamdulilah, setelah 15 menit menempuh perjalanan pulang, kini Asya sudah sampai di depan rumahnya dengan selamat.

Bersyukur karena Allah masih memberinya nikmat hidup sampai saat ini. Masih bisa menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dan masih diberi kelengkapan fisik. Alhamdulilah.

Terkadang ia membayangkan bagaimana jika Allah mencabut nikmat ini darinya, tak terbayang akan seperti apa perasaanya. Melihat di luar sana banyak orang yang kekurangan saja, hatinya terasa teriris.

Terkadang manusia selalu lupa akan hal ini, yang menyebabkan dirinya kufur nikmat " Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan. "

"Assalamualaikum." Asya mengucapkan salam ketika memasuki rumah.

Asya yakin jika suaminya belum pulang dari kantornya. Dia pikir mungkin suaminya akan pulang sore hari.

Ia masih punya banyak waktu untuk merapikan rumah, mandi dan memasak.

"Masak apa ya," gumam Asya, matanya terus menelisik bahan makanan yang ada di kulkas.

Matanya tertuju pada makanan seefood. Cumi, rasanya sudah lama dia tidak memakan cumi. Dan kali ini adalah kesempatannya, semoga suaminya menyukai masakan.

Wangi aroma cumi saus tiram menguar di indera penciuman. Setelah dirasa pas dan matang, barulah Asya mematikan kompornya.

"Alhamdulillah, selesai." pekiknya girang setelah berhasil memasak cumi saus tiram, tak sadar jika di ambang pintu dapur sudah berdiri seorang pria tampan yang selalu membuat jantungnya berdetak cepat.

"Masak apa?''

Asya berjengit ketika mendengar suara bariton itu, segera dia membalikan tubuhnya mendekati Azzam dan meraih tangannya lalu menciumnya.

"Masak cumi." jawab Asya pelan.

Azzam hanya beroh-ria mendengar jawaban istrinya.

Dengan memberanikan diri Asya menawari Azzam minuman,
"Mas mau Asya bikinin kopi?" tanyanya.

Azzam sejenak berpikir sebelum menganggukan kepalanya.

"Boleh."

"Tunggu sebentar!"

Asya berlalu dari hadapan Azzam untuk membuatkannya kopi.

Azzam terus memperhatikan Asya ketika membuat kopi untuknya, dari menyiapkan air panas, menuangkan kopi dan gula ke dalam gelas tak luput dari pandangannya. Jika di perhatikan Asya memang cantik, sangat cantik. Wajah mungilnya dengan bibir tipis merah jambu. MasyaAllah cipataan-Nya memang sempurna.

"Mas, ini kopinya." Asya menyodorkan kopi ke arah Azzam yang sedang duduk di meja makan.

Azzam menerimanya, menyeruput dan menyecap rasanya. Ia melihat kopi itu, terlihat seperti kopi biasa tapi rasanya sungguh nikmat.

Azzam beralih menatap Asya.

"Kalo gitu, Asya mandi dulu." ujarnya sambil berlalu dari hadapan Azzam.

"Habis itu siap-siap!"
Azzam berucap tanpa melihat ke arah Asya, tangannya sibuk memegang cangkir.

Asya menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Azzam yang hanya memunggunginya.

"Mau kemana mas?" tanya Asya.

"Pantai." jawabnya singkat.

Asya mengernyitkan dahinya.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang