25- Pedekate 🍁

947 85 0
                                    

Bukan hanya dengan taktik tapi juga dengan do'a. Itu baru Pedekate

#Asya

3 jam menghabiskan waktu liburnya bersama sahabat itu memang menyenangkan, kita bisa berbagi suka duka kita dengan mereka. Dan dengan suka relanya mereka mau jadi bahu bersandar untuk kita.

Setelah selesai berbelanja, lebih tepatnya Syila dan Rachel karena Asya hanya membantu keduanya memilih. Asya bukan tipe gadis yang suka berbelanja. Dia akan berbelanja jika dibutuhkan dan sedang ingin saja.

Asya memasuki rumah yang pintunya memang sengaja tidak Azzam kunci.

"Assalamu'alaikum, Asya pulang." sapanya.

"Wa'alaikumsalam." jawab Azzam yang baru keluar dari dapur.

Asya menyalimi tangan Azzam.

"Mas udah makan?" tanya Asya.

Dia khawatir jika suaminya belum makan. Dia tidak ingin berdosa karena telah membiarkan suaminya, sedangkan dirinya asik dengan teman-temannya.

Azzam menggelengkan kepalanya, sejak kepergian Asya dia hanya diam menunggunya pulang tak berniat untuk menyentuh makanan, sesekali dia menonton tv atau sekedar membaca novel milik Asya. Walau sebenarnya Asya sudah menyiapkannya di meja makan untuk makan siang.

Asya mengerutkan dahinya.
"Kenapa belum, kan udah siapin".

"Nunggu kamu pulang." jawabnya santai.

Deg, benarkah. Azzam menunggunya pulang, ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri untuk Asya. Setidaknya banyak harapan untuk menunggu suaminya membuka hati untuknya.

Terimakasih Ya Allah.

"Kalo gitu, mas makan dulu!"

"Kamu udah makan?" tanya Azzam kemudian.

Asya menganggukan kepalanya, sedangkan tangannya sibuk menyendokan nasi dan lauk ke dalam piring

"Tadi ngapain aja?"

Biarlah Azzam kepo, hitung-hitung pendekatan.

Asya meliriknya sekilas heran dengan suaminya. Ternyata dia juga termasuk orang yang sedikit bawel.

"Makan sama nemenin temen belanja." jawabnya seadanya.

"Kamu gak belanja?" tanya Azzam lagi.

Asya menggelengkan kepalanya dan memberikan piring yang sudah dia isi nasi dan lauk kepada suaminya.

"Kenapa?"

"Belum ada yang dibutuhin, Asya belanja kalo ada yang dibutuhin sama kalo lagi pengen aja."

Baru kali ini Azzam menemukan gadis seperti Asya, jika dengan Fania dulu, dia lebih sering menemani gadis itu berbelanja apa saja yang menurutnya bagus dan kekinian, berbeda sekali dengan Asya. Ah kenapa pula dia harus memikirkan Fania, tujuannya sekarang adalah Asya bukan Fania.

"Mas kok ngelamun,"

Azzam mengerjapkan matanya dan menggelengkan kepalanya menepis pikiran itu jauh-jauh.

Sesekali mereka mengobrol menanyakan hobi dan makanan kesukaan masing-masing sampai makanan di piringnya habis.

Sore ini Asya memilih untuk berdiam diri di balkon sembari menikmati suasana di sore hari. Melihat pemandangan matahari tenggelam atau biasanya orang-orang menyebutnya senja atau sunset yang memanjakan mata

"Sunsetnya, cantik."

Asya reflek menoleh ke belakang ketika mendengar suara bariton Azzam yang kebetulan tengah berjalan ke arahnya.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang