50- Perang dingin 🍁

1.2K 63 0
                                    

Vote and coment❤️

Aku terlalu sibuk memikirkan tentang mu sehingga aku lupa cara membahagiakan diriku sendiri




Tepat pukul sepuluh malam, Azzam membuka pintu utama rumah. Lampu yang satu hari kemarin mati, kini kembali menyala. Ia mengerutkan dahinya, matanya menjelajah ke setiap sudut ruangan. Perlahan ia berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum. Dilihatnya meja makan yang sekarang penuh dengan segala macam makanan, bau sup yang menguar membuatnya lapar apalagi itu adalah makanan kesukaan nya.

Tunggu ...

Ia segera berjalan cepat ke arah kamar, menaiki satu per satu anak tangga. Ketika ia memasuki kamar, hanya ada kesunyian. Ia melihat gorden yang masih terbuka. Memperlihatkan siluet seseorang di sana. Azzam menghela nafas kasar, wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi.

Dengan cepat ia membalikkan tubuhnya hendak pergi, sebelum suara lembut menghentikan langkahnya.

"Assalamualaikum, mas." ujarnya terdengar lembut dan tenang.

Azzam memejamkan matanya rapat-rapat, suara itu lagi.

"Ngapain kamu masih di sini?" Bukannya menjawab salam, Azzam malah balik bertanya.

Asya memasuki kamar dan segera menutup jendela penghubung dengan balkon.

"Mas baru pulang, mau Asya buatin teh?" dengan santai nya Asya tak menghiraukan pertanyaan suaminya.

Jujur berpura-pura untuk terlihat baik-baik saja itu menyakitkan.

Azzam mendengus acuh, sungguh ia sudah muak dengan semua ini.
Baginya kehidupan rumah tangganya hanyalah drama belaka.

"Aku tanya, ngapain kamu masih di sini?" tanyanya masih dengan membelakangi Asya.

Hening.

Terdengar helaan nafas berat dari Asya. "Karena aku istri mas." jawab Asya tenang.

"Cih, istri macam apa yang pergi meninggalkan rumah tanpa izin. Dan malah sibuk dengan laki-laki lain."
sindirnya.

Asya berjengit kaget, dengan apa yang di dengarnya barusan. Darimana suaminya tahu, dan siapa laki-laki yang dimaksud.

Azzam membalikkan tubuhnya menghadap Asya, seketika ia tertegun melihat kondisi Asya. Kantung matanya yang tampak menggantung, dengan mata yang merah seperti habis menangis. Tapi kali ini ia tak memperdulikan itu lagi.

"Maksud mas apa?" tanyanya  bingung.

"Jangan pura-pura tidak tahu.''

Asya menggeleng lemah, "Asya gak sama laki-laki lain mas." telaknya.

"Bohong, jelas-jelas kemarin Fahmi ke rumah, kan. Mentang-mentang gak ada suami kamu seenaknya masukin laki-laki lain ke rumah."

Asya menutup mulutnya. "Astagfirullah mas, gak gitu."

"Ngapain aja hah?" Azzam melangkah mendekati Asya. Tak mampu berkata-kata Asya hanya menggelengkan kepalanya, kenapa semuanya menjadi rumit. Sebenarnya yang salah di sini siapa.

Kenapa Azzam menuduhnya berduaan dengan Fahmi tanpa bukti. Padahal yang sebenarnya terjadi justru sebaliknya.

"Mas dengerin penjelasan Asya dulu!" Asya meraih tangan suaminya namun di tepisnya dengan kasar.

"Gak perlu Sya, kamu mau berbohong apalagi." Azzam mengeluarkan ponsel dari saku celananya, ia menyodorkan ponselnya di depan Asya.

Sebuah video yang memperlihatkan seseorang yang baru saja keluar dari mobil di depan halaman rumahnya, Fahmi dengan sedikit celingukan dia memasuki rumah Asya.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang