57- Hubungan Gilang 🍁

686 54 0
                                    

Ada seseorang yang sengaja berperilaku buruk, bukan karena hatinya memang kotor. Tetapi ada banyak hal yang perlu dilihat sesuai realita. Bahkan menguji kesetiaan seorang teman yang ada di samping kita.



Pagi di hari Minggu, Azzam dan Asya duduk di ruang keluarga menikmati cemilan dan juga teh sembari melihat drama Korea kesukaan Asya.

"Assalamualaikum," terdengar suara berat laki-laki dari balik pintu.

Keduanya saling berpandangan, bingung dengan siapa tamu dibalik pintu itu.

"Kamu ada paket?" tanya Azzam.

"Gak ada, biasanya juga dateng siang kalo paket."

"Asya buka dulu bentar,"

Asya segera membuka pintu.

"Waalaikumsalam," jawab Asya.

"Selamat pagi," sapa Gilang.

Asya tersenyum kikuk, "Pagi," jawabnya sopan.

"Loh, ada Gilang di sini."

Gilang menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Ada mbak Risa juga," ucap Asya girang. Ia segera berhambur ke pelukan Risa.

"Tumben kalian berdua," ucap Azzam menatap keduanya heran. "Sekarang hari Minggu, gak ada kerjaan." lanjutnya.

"Kita ke sini bukan buat ngurus kerjaan, Zam." tukas Gilang.

"Terus ngapain?" tanya Azzam curiga.

"Emm, lebih baik masuk dulu, deh. Ngobrolnya di dalem aja!" ajak Asya.

"Oh, iya boleh." sahut Risa.

"Duduk dulu kak, mbak! Biar Asya bawa minum sama cemilan dulu."

"Makasih Sya."

Lalu Asya pamit ke dapur untuk membawa minum dan cemilan untuk tamunya.

Lima menit kemudian Asya sudah kembali ke ruang tamu.

"Minum dulu!"

"Iya, terimakasih." balas Risa.

"Jadi kedatangan kita ke sini tuh buat ... " Gilang menggantungkan ucapannya.

"Buat apa, kalo resign gue gak setuju." tukas Azzam.

"Ck, bukan itu."

"Terus apaan?"

"Gue sama Risa ... mau izin."

Gilang dan Risa saling berpandangan, sama halnya Azzam dan Asya.

"Emang kak Gilang mau pergi kemana?"

"Kita ... mau naik-"

"Ah, elah. Mau naik haji." ujar Azzam sambil tertawa.

"Bu-bukan itu pak." sahut Risa.

"Kita mau nikah."

Hening.

Azzam dan Asya saling berpandangan tak percaya.Seketika tepukan tangan Azzam menghebohkan suasana.

"Alhamdulillah." pekikan lantunan hamdalah terdengar di seluruh ruangan. Asya dan Azzam sangat senang mendengar kabar baik itu.

"MasyaAllah akhirnya," pekik Asya, lalu kembali memeluk Risa.

"Keren lo, bisa nyusul gue secepet ini." puji Azzam, ia merangkul Gilang.

"Lebih cepat, lebih baik." jawab Gilang nyengir.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang