71- Metamorfosis 🍁

940 54 6
                                    

Jangan lupa vote dan komen ♥️
Happy reading....













"Azzam," panggil Fania.

Azzam cukup tersentak, ia berdehem untuk mencarikan suasana. "Kenapa?" Jawabnya, mencoba tak perduli.

Fania diam sejenak, ia menatap Asya dan Azzam bergantian. Lalu menghela nafas panjang.

"Kayaknya, kita pindah aja!" Kata Azzam, memberi saran.

"Kita ke taman deket sini aja!" Usulnya.

"Boleh," sahut Asya dan Fania kompak. Keduanya saling memandang, Asya segera menurunkan pandangannya.

***

Telapak tangan Asya terasa dingin. Dadanya berdebar-debar. Asya duduk di bangku ujung kiri bersama Azzam di sampingnya, sedangkan Fania berada di ujung kanan bangku tersebut. Berhadapan dengan Fania cukup menguras energi, ia masih trauma dengan kejadian tak mengenakan itu. Orang yang ia kira baik dan tulus justru menjadi orang paling menakutkan dalam faktanya.
Asya membasahi bibir bawahnya, menatap Azzam dengan cemas.

Semuanya masih diam, Asya menunggu apa yang akan dikatakan Fania.

Fania mendongakkan kepalanya, mengambil nafas kemudian mengeluarkannya perlahan. Ia memandang Asya dan Azzam.

"Saya ... mau minta maaf!" Ujar Fania.

Asya membulatkan matanya, tolong siapapun. Apakah pendengaran Asya masih normal. Kemudian Asya memandang Fania, ia melihat sorot matanya. Ada binar kesedihan di sana. Tanpa sadar Asya semakin merapatkan tubuhnya ke dekat Azzam. Jujur saat ini ia takut. Takut Fania akan mengambil Azzam darinya. Boleh kan, ia egois.

"Minta maaf," ucap Azzam membeo. Masih tidak percaya dengan pengakuan Fania.

Azzam menatap Fania curiga, "Kamu ... Serius?"

Fania mengangguk, ia menghela. "Aku tahu, jalan yang aku ambil ternyata salah. Gak seharusnya aku kayak gini kan," ucap Fania menyesal.

Fania beralih menatap Asya. "Asya, maafin saya. Sebenarnya ... saya yang selalu neror kamu."

Wah, ternyata Fania yang selalu mengirimkan teror kepada Asya.

Raut wajah Asya tampak kaget, lalu tersenyum samar. Sebenarnya hati Asya kembali sakit jika ada Fania. Apalagi mendengar pengakuannya. Kenapa ketika ia menganggap semua orang baik, selalu ada topeng dibalik senyuman mereka. Walaupun Fania tidak pernah menyakitinya secara langsung, tapi teror itu sangat mengganggu pikirannya dan batinnya. 

"Saya minta maaf." Ujarnya sembari menutup wajahnya.

Bahu Fania terlihat bergetar, butiran bening mulai membanjiri pipinya. "Saya sadar, kesalahan saya bukan hal yang mudah termaafkan. Saya wanita jahat, tidak seharusnya saya merebut kebahagiaan kamu."

Perlahan Asya memberanikan dirinya mendekati Fania.  Asya menggeser tubuhnya, mendekati Fania, lalu menepuk bahu Fania lembut.

Sesekali Asya melirik Azzam sebentar, kemudian menelan ludahnya susah payah.

Fania mendongak, ia menatap Asya. Senyumannya terukir indah. Tak segan ia memeluk Asya. Wanita yang telah ia sakiti dan ia bohongi. Fania Menangis dalam pelukannya, menumpahkan segala kesalahannya.

Masih ada manusia sebaik ini, batin Fania menjerit.

"Gara-gara saya, hubungan kalian jadi buruk. Mungkin kalo saya gak hadir, kehidupan kalian akan bahagia." Ucap Fania dengan terisak.

Asya menggeleng, sebenarnya pemeran antagonis di sini siapa. Kenapa jadi Asya yang merasa bersalah, bukannya Fania dan Azzam sudah lebih dulu bersama.

Aku Padamu Ya Ukhti (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang