Sex After Death

4.1K 262 4
                                    

Sesampainya di mansion Kila langsung turun dan masuk ke mansion cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di mansion Kila langsung turun dan masuk ke mansion cepat. Juergen yang menatap Kila yang sudah duluan masuk memutar bola matanya.

Kila menatap adik-adiknya sedang belajar bersama guru privat di ruang tengah.

"Oh kakak~ Apa kakak udah puyang?" Tanya salah satu adiknya bernama Athanasia.

Kila mengangguk.
"Yup, apa kalian senang belajarnya?"

Kila mendekat ke mereka dan mengusap kepala mereka.

"Ya~ sangat menyenangkan!" Ucap adik-adiknya serentak.

Kila tersenyum lega. Ia masih teringat dengan ibunya-- mereka yang masih polos dan Kila merasa mereka tidak akan kuat jika menerima kenyataan bahwa ibunda mereka-- telah pergi.

Juergen masuk ke mansion nya. Ia menatap Kila bersama adik-adiknya.

Kila melirik Juergen dan lagi-lagi mata mereka bertemu.
"A-apa?" Tanya Kila.

Juergen menatap Kila terus. Ia membuang wajahnya dari Kila dan naik ke lantai dua.

Kila mengangkat alisnya bingung. Ia menggelengkan kepalanya berusaha agar tidak memikirkan hal tidak penting semacam itu.

----------------------
16 April 20XX
22:54 ------------

Kila keluar dari kamar mandi dan menyingkap rambutnya ke samping. Ia menatap dirinya di kaca dan terlihat seisi kamar kosong.

Ia duduk di pinggir kasur dan mengeringkan rambutnya.

Tok! Tok!

"Maaf menggangu, Anda dipanggil oleh tuan Juergen" Ucap salah satu waiter diluar.

Kila mengangkat alisnya.
"Ya, aku akan kesana"

Ia segera mengganti bajunya dengan baju oversize dan menata rambutnya. Ia membuka pintu dan berjalan bersama waiter menuju kamar utama-- yaitu kamar Juergen.

Selama ini memang Kila yang meminta agar mereka tidur di kamar yang terpisah, ia menelan ludahnya.

Kila membuka pintunya dan melihat Juergen yang sedang duduk sambil menuangkan wine merah ke gelasnya. Mata mereka bertemu.

Juergen menatap waiter itu seakan-akan memberi kode. Waiter itu mengangguk sopan.
"Kalau begitu saya permisi--"

Waiter menutup pintunya dan ruangan hening. Kila masih menatap Juergen.
"Ada apa kau memanggilku?"

Juergen mengambil gelasnya dan meminumnya sambil menatap televisi.
"Just stay here"

Kila bingung. Ada apa dengan pria gila ini? Tadi siang ia tidak bersimpati terhadap kematian ibunda Kila namun sekarang ia meminta Kila untuk menemaninya?

Kila menghela nafas. Ia duduk di sofa yang sama dengan Juergen namun agak jauhan. Kila menatap televisi juga.

Juergen melirik Kila. Ia menaruh gelas wine nya dan mengusap rambut di kening Kila. Kila terkejut.
"What-- ada apa?" Tanya Kila curiga.

Juergen menatap Kila terus. Ia menatap mata indah Kila yang membalas tatapannya. Rambut cokelat Kila yang ia usap terasa sangat lembut di jarinya.

"Tidak.. Aku hanya ingin menyentuhmu" Ucap Juergen dengan nada rendah.

Sontak Kila merinding dan menepis tangan Juergen.
"Jangan sentuh aku, aku masih belum memaafkan mu anyway"

Juergen mengernyitkan keningnya.

Bruk!

Ia menindih Kila di sofa dan mengunci tangan mungil Kila di tangannya.
"Jangan bilang begitu" Ucap Juergen.

Kila menatap Juergen aneh.
"Bitch!! Lepaskan aku! Aku gamau dipegang olehmu atau--"

Belum saja Kila menyelesaikan ucapannya namun Juergen sudah menciumnya. Kila membelalak. Ia meromta dan berusaha mendorong Juergen namun usahanya sia-sia.

Juergen terus menciumnya, membelit lidahnya kemudian mengecupnya.
"I want to do it"

"Fucking no!! Pergi sana!!" Ucap Kila kesal.

Juergen tidak menghiraukannya. Ia mencium Kila lagi dan "pertarungan" itu dimulai.

----------------------
17 April 20XX

Kila terbangun dan mengerjabkan matanya. Ternyata pandangan silau matahari pagi sudah menyinari ke tubuhnya sejak tadi makanya ia terbangun.

Ia mengelus tangannya. Ia membelalakkan mata karena ia melihat bekas gigitan. Kila langsung bangun dan menatap cermin didepannya. Seluruh tubuhnya dipenuhi bekas gigitan kecuali punuk nya.

Ia menatap dirinya aneh dan seketika suara berat di sampingnya membuatnya terkejut.

"Kenapa? Kau jijik dengan dirimu karena aku yang membuat semua itu?" Ucap Juergen sambil menopang pipi kirinya di tangan.

Kila terkejut sedikit. Ia menatap Juergen intens. Not gonna lie-- ia memang sangat tampan, terlebih tulang dada selangkanya yang terlihat jelas dan kokoh, pundaknya yang lebar, tato huruf J romawi di dada kanan atasnya dan eight-pack di tubuhnya. Kila membuang mukanya dan wajahnya sudah merah.

Juergen mengangkat alisnya bingung.
"Kau sakit?" Ia meraih wajah Kila dan menghadapkan wajah Kila ke wajahnya.

Kila menatap Juergen sayu dan malu. Juergen tersenyum miring.

"Jangan mempermainkan ku!!" Ucap Kila kencang sambil malu dan mendorong wajah Juerg hingga ke atas.

Kila sontak beranjak dari ranjang itu dan ketika ia ingin berjalan--

Bruk!!

Kila terjatuh dari ranjang dengan sperma menetes ke lantai. Juergen menggendong Kila didepan dadanya.

Ia membawa Kila ke kamar mandi. Kila semakin bingung.
"Kau-- kau mau apa??" Lirik Kila ke Juergen sedikit.

"Tentu saja-- seks di kamar mandi" Ucapnya sambil smirk.

Kila melotot dan menjambak Juergen. Ia meronta dan berteriak protes ke Juergen.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang