•
•
Setelah mereka konsultasi dengan psikiater itu mereka berjalan keluar rumah sakit dan Delvin berhenti didepan Juergen. Juergen menatapnya.
"Kau harus ingat kalau hanyalah dirimu sendiri yang bisa menekan munculnya sisi lain mu" Ucap Delvin.
"Aku tau" Juergen berjalan melewati Delvin dan membuka pintu mobilnya.
"Jangan sampai Kila menerima pukulan dari seseorang yang ia cintai. Gunakan tanganmu untuk melindunginya dan anaknya, bukan untuk menyakiti mereka" Delvin menaiki motornya dan memakai helm.
Juergen terdiam sebentar dan menunduk menatap tangannya.
"Tanganku.. Gunakan tanganku untuk melindunginya.." Gumam Juergen.
Ia meremas tangannya dan masuk ke mobil. Ia melaju pulang dan Delvin menatap kepergian Juergen.
Sesampainya dirumah ia masuk dan menatap Kila sedang berbincang dengan Juha dan mereka menatap Juergen yang sudah datang.
"Kau sudah sampai rupanya, habis kemana?" Tanya Juha.
Juergen menggaruk kepala belakangnya.
"Aku-- Bertemu temanku"
Kila membuang pandangannya dari Juergen dan diam tidak berkutik. Ia bahkan tidak menyambut kedatangan suaminya itu. Juergen menatapnya nanar dan mulutnya bergetar ingin memanggil namanya namun rasanya susah sekali.
Tanpa mengatakan hal lain ia berjalan ke kamar dan menutup pintunya. Juha menatap Kila.
"Kau tidak menyambutnya?"
Kila menggeleng lelah dan menghabiskan makanannya. Ia menatap Juha sebentar.
"Aku tidak mau berbicara atau bersamanya kalau bukan dia yang meminta maaf duluan padaku"
Sementara Juergen menaruh ketiga kapsul itu di nakas dan melepas bajunya. Ia menidurkan badannya di ranjang dan menatap langit-langit kamar sendu.
Ia menghela nafas panjang dan memijit keningnya. Jika waktu bisa saja di ulang, Dia ingin menghentikan dirinya sendiri saat menyakiti Kila. Tentu saja itu hanya harapan Juergen yang tidak akan terwujud.
Ting!
Sebuah pesan masuk ke ponselnya dan ia mengambil di nakas. Pesan itu berisi bahwa bayi yang diculik oleh Yohan sudah berhasil di selamatkan dan sedang di rawat oleh Dokter karena kondisi tubuhnya lemah. Ia meremas ponselnya kuat dan memutuskan untuk melihat bayi itu. Ia memakai jaketnya lagi dan bergegas keluar rumah.
Juha dan Kila yang menatapnya kebingungan.
"Kau mau kemana huh?" Tanya Juha.
Juergen tidak menjawab dan pergi begitu saja. Kila dan Juha saling menatap kemudian setuju untuk mengikutinya. Mereka bersiap-siap dan keluar rumah.
"Cepat sekali ia berangkat dasar" Gumam Juha.
Ia membuka garasi rumahnya dan menemukan motor. Ia menaikinya dan menatap Kila.
"Apa yang kau tunggu? Naik!" Ucap Juha.
"Ka-Kau yakin?" Kila cemas.
"Dasar ibu-ibu, Cepat naik sebelum kutinggal nih!" Ancam Juha.
Kila naik di belakangnya dan Juha menekan sidik jari di tempat masuk kunci motornya. Kila terkejut.
"Motor ini tidak perlu kunci?"
"Tentu, Keluarga kami yang membuat motor ini" Ucapnya bangga.
Mereka melaju mengikuti arah mobil Juergen. Juergen yang tidak sadar memacu mobilnya ke arah rumah sakit yang tidak jauh dari rumahnya. Ia memakirkan mobilnya asal dan bergegas masuk terburu-buru.
Juha yang melihat Juergen terburu-buru lantas memakirkan motornya agak jauh dari mobilnya dan turun. Ia menggandeng Kila dan masuk ke dalam.
"Cih kita kehilangan jejaknya.." Juha mendengus malas.
Kila menatap sekitar dan terlihat ada beberapa polisi menggunakan atribut lengkap dengan senjata mereka didepan dada. Mereka berjalan menuju ruangan di lorong panjang. Mereka mengikutinya dan terlihat Juergen yang mengobrol dengan salah satu polisi dan kemudian masuk.
"Ah? Dia masuk kesitu" Ucap Kila pelan.
Juha menatap arah ruangan itu. Ia sengaja lewat didepan ruangan itu kemudian terlihat Juergen sedang menggendong seorang bayi.
Kila membelalakkan matanya dan langsung ingin masuk ke ruangan itu namun para polisi menahannya.
"Apa anda punya kepentingan? Jika tidak mohon pergi" Ucap Polisi itu.
"Dia anakku! Aku ibunya!" Ucap Kila keras.
Juergen menengok dan terkejut melihat Kila yang datang.
"Biarkan dia masuk" Ucap Juergen.
Polisi itu membukakan jalan dan Kila langsung mendekat ke Juergen. Ia menatap bayinya itu dalam keadaan selamat dan tertidur lelap. Sontak ia mengambilnya dari gendongan Juergen dan memeluknya erat.
"Hiks hiks syukurlah kau selamat-- Syukurlah kau selamat sayang hiks!" Isak Kila.
Juergen menatap Kila dan mengusap kepalanya pelan. Ia mengecup pelipis Kila lembut.
Kila menatap Juergen dan mereka berdua saling diam. Dengan penuh keberanian Juergen membuka mulutnya untuk berbicara duluan.
"Maafkan aku Kila-- Aku minta maaf atas apa yang kulakukan padamu. Atas apa yang selama ini tindakanku menyakitimu dan anak ini" Ucap Juergen rendah.
Ia meremas tangannya sendiri.
"Aku ingin berubah, Aku ingin kau mencintaiku seperti yang dulu dan aku ingin kau bahagia denganku. Aku ingin-- Aku ingin kau bersamaku"
Kila berkaca-kaca dan menunduk.
"Aku memang masih takut padamu tapi-- Kalau kau berusaha menunjukkan keseriusanmu, Aku akan memikirkannya" Ucapnya dengan nada rendah.
Juergen tersenyum kecil dan memeluk Kila.
"Terimakasih" Bisik Juergen dengan nada lembut.
Kila tersentak sedikit dan air mata menetes ke pundak lebar Juergen. Ia meremas punggungnya dan tersenyum juga.
Juha menatap mereka dari luar dan melipat tangannya didepan dada. Tak sadar ia juga tersenyum melihat adiknya dan adik iparnya itu sudah baikan.
"Huh enaknya jadi anak muda masih bucin" Gumam Juha dengan nafas lega.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Cry, Kila [Omegaverse]
Fantasy❗❗ THIS IS BL STORY ❗❗ ❗❗IF YOU DON'T LIKE IT JUST LEAVE❗❗ "Oh lihat-- Ternyata kau lebih banyak diam karena kalau kau bicara malah akan keluar suara desahan?" Ejek seorang alpha bernama Juergen Zorya. Didepannya terdapat seorang omega yang akan di...