A Pain That Won't Go

1K 84 1
                                    

6 hari semenjak Yohan membawa seorang omega ke tokonya-- Kila sangat senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

6 hari semenjak Yohan membawa seorang omega ke tokonya-- Kila sangat senang. Yohan melirik Kila yang sedang duduk menonton tv bersama bayinya itu.

Ekspresi nya begitu bahagia dan senyuman lah yang selalu terpancar di wajahnya. Luka lebam di pipinya juga sudah mulai memudar begitupun luka cekikan di lehernya. Yohan menghela nafas sedikit.

'Apa aku boleh berbohong begini? Alah bodoamat' Batin nya.

Kila menoleh ke Yohan.
"Kau tidak membuka tokomu Yohan?"

Yohan menatap Kila.
"Ah ya aku biasa membukanya di jam 10"

Yohan melepas celemek nya dan mendekati Kila. Ia berdiri di belakangnya dan tersenyum.

"Kau suka acara seperti ini?" Tanya nya basa-basi.

Kila mengangguk.
"Ya! Karena isinya tentang alam indah yang belum pernah aku kunjungi. Aku sangat ingin pindah ke sana~"

Yohan melirik tengkuk Kila dan menatap bekas gigitan alpha yang menandai kalau Kila sudah di mark.

Yohan menghela nafas gusar.
"Ganggu banget.."

Kila menoleh.
"Ganggu? Kau bilang ganggu soal apa?"

Yohan tersentak.
"Ah bukan, Aku kepikiran soal bahan baku yang belum di kirim oleh petani sialan itu karena mereka malas~"

"Ohh begitu hahaha kukira apa~" Kila tertawa lepas.

'Apa dia memang tidak sadar atau dia memang ceroboh? Hmm menarik' Batin Yohan.

Ia berjalan ke gantungan jaket dan memakai jaketnya.

"Eh--- Kau mau kemana Yohan?" Tanya Kila.

Yohan menoleh.
"Aku ingin ke supermarket sebentar. Persediaan makanan untuk kita habis dan aku juga harus membeli bubur bayi untuk anakmu bukan?"

Kila beranjak dan masuk ke kamar. Ia bersiap-siap dan menggendong bayinya didepan dada.

"Aku akan ikut denganmu Yohan" Ucapnya lembut.

Yohan mengangkat alisnya.
"Kau tidak perlu ikut, istirahatlah disini saja Kila"

"Tidak, Aku ingin ikut denganmu Yohan. Aku bukan istrimu yang bisa kau atur okay?" Ucap Kila sewot.

Yohan terdiam sebentar dan tersenyum manis.
"Okay, jangan jauh dariku ya"

Mereka bergegas ke mobil Yohan dan menuju supermarket. Sesampainya disana Kila langsung membawa keranjang dan mengikuti Yohan membawa banyak belanjaan. Bayinya yang terbangun dan menatap banyak barang di rak-rak langsung tersenyum senang.

"Guu.. Gugu.. Mmmuu!" Ucap Bayinya antusias.

"Kau mau mainan? Maaf sayang lain kali ya. Mama tidak punya uang" Ucap Kila sambil mengusap kepalanya sayang.

Yohan mendekati Kila dan menatap mainan itu. Ia mengambilnya dan menaruhnya di keranjang.

"Ehh Yo-Yohan?! Kau tidak perlu membelikannya nanti uangmu--"

"Hmm? Apa masalahnya? Kan untuk bayimu" Ucap Yohan sambil tersenyum manis.

Dada Kila berdebar kencang.
"Begitu ya.. Terimakasih.. Aku akan membayar mu nanti.."

Wajah Kila merah merona dan Yohan tersenyum terus. Ia menggandeng Kila dan berjalan lagi mencari beberapa bahan.

"Oh ya ngomong-ngomong siapa nama anakmu?" Ucap Yohan sambil mengambil kol besar.

"Namanya Giyu~" Kila tersenyum sambil mengambil beberapa Kol dan memasukan ke keranjang.

Yohan menatap cincin di jari manis Kila. Ia mendengus bete.

"Kalau kau begitu marah dengan suamimu kenapa kau tidak membuang cincin itu?" Tanya Yohan nyeplos.

"Eh?" Kila menengok ke Yohan dan mereka terdiam sejenak.

"A-ah maafkan aku-- Aku hanya bicara yang ada di kepalaku! Maaf!" Ucap Yohan panik.

Kila tersenyum kecil.
"Aku akan melepaskannya nanti begitu aku ingin"

Yohan mengangguk dan memasukkan beberapa sayuran. Ia memutar matanya dan menengok ke arah lain.

"Ayo kesana" Ajak Yohan dan ia berjalan duluan.

Kila mengangguk dan mengikutinya di belakang. Ia melirik beberapa barang dan bayinya juga antusias menatap barang yang menarik perhatiannya.

Yohan berjalan terus sampai meninggalkan Kila di belakang.
'Cih kalau ingin dia bilang? Waktu itu dia menangis dan bilang kalau membenci alpha tapi dia enggan melepas cincinnya. Apa-apaan dengan sikapnya itu' Batin Yohan kesal.

Ia terus menggerutu didalam hatinya sampai tidak sadar akan sekitar. Kila menyusulnya dan menepuk pundaknya.

"Yohan?" Tanya nya bingung.

Yohan terkejut dan menengok dengan wajah panik. Dia menghela nafasnya lega dan mengusap kepala Kila.

"Jangan jauh dariku"

Kila terpana sedikit dan mengangguk sambil tersenyum.

-------------------

"Juergen, Kau harus hadiri rapat.." Ucap Jill.

Juergen terduduk di pinggir kasur dan terlihat beberapa dokumen yang ia robek berserakan di lantai. Ia melirik ibunya dan beranjak. Ia mengambil setelan jas dan memakainya.

Juergen melewati Jill cuek dan berjalan menuruni tangga.

"Juergen, Kau tidak apa-apa?" Tanya Jill cemas.

Juergen menengok.
"Ya, jangan cemaskan aku"

Jill menghela nafas cemas sambil menatap Juergen pergi. Anaknya itu sudah bertingkah lebih aneh. Dia bahkan tidak mencari keberadaan istrinya, dia juga menjadi lebih diam dan tidak fokus pada kerjaannya.

Juergen memasuki mobilnya dan supirnya melirik dari kaca di atas.
"Kemana tuan?"

Juergen menyilangkan kakinya.
"Kantor"

"Baik" Ucap supirnya.

Mobil itu melaju keluar mansion dan menuju kantornya. Juergen menopang pipinya di tangan sambil menatap gedung-gedung yang terlewati. Semakin hari semakin larut pula perasaannya, hatinya begitu berat dan sakit ketika mengingat kejadian itu. Ia ingin Kila kembali, ia ingin Kila menetap di sisinya tapi Kila sudah terlanjur pergi dan Juergen pikir meskipun ia mengejarnya--- Kila tidak akan kembali ke pelukannya.

Ia mengepalkan tangannya.
"Kila.."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang