I Love You

1.4K 128 8
                                    

Juergen's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juergen's POV

"Selamat ulangtahun! Selamat ulangtahun Juergen!" Sorak ceria semua teman-teman ku.

Mereka bertepuk tangan sambil menatapku yang duduk didepan Kue ulangtahun yang besar. Di kue itu tertulis 'Happy Birthday My Sweet Son'. Semua orang tampak bahagia dan tertawa, suara teman-teman ku seketika hening ketika Aku yang masih kecil menarik nafas dan ingin meniup lilin. Ketika ingin meniup tiba-tiba tv di ruang tamu menyala dan menampilkan kakakku yaitu Juha sedang mengikuti lomba adu bakat menyanyi.

Mata semua orang tertuju pada Juha, termasuk teman-teman ku. Aku langsung meniup lilin itu berharap semuanya kembali menatapku namun pandangan mereka tak berpaling dari tv. Juha tampil dengan aura yang berbeda dari dariku, ia begitu ceria dan baik hati. Mereka semua tersenyum lebar dan membicarakan Juha. Semuanya soal Juha, Juha dan Juha. Tiba-tiba bayangan orang dewasa menimpa pandanganku dan ketika Aku mendongak terlihat seseorang yang sudah dewasa dan menggenggamnya.

Orang itu tersenyum manis. Ia menggenggam tanganku erat dan membawaku keluar rumah, kami berlari dan ia tertawa kecil. Aku menatapnya aneh. Tapi ia membalas genggaman itu dan Aku terus mengikutinya. Kami berlari di tempat yang semuanya putih dan tidak berujung, hanya terdengar langkah kaki dan suara ketawanya yang lembut-- seperti seseorang yang kukenal. Tak kusadari badanku membesar seiring langkahku yang semakin jauh melangkah kedepan. Kami sampai di sebuah altar pernikahan dan orang itu menggenggam se-bucket bunga putih dan wajahnya di tutupi oleh tudung.

Aku membuka tudung putih itu perlahan dan menatap wajah cantiknya. Tangan halusnya mengusap pipi kanan ku dan ia tersenyum manis.

"Juergen, Aku sangat mencintaimu. Jangan pergi ya, Aku yang akan selalu menggenggam mu, Aku yang akan selalu bersamamu ketika semua orang pergi, Aku yang akan selalu menetap ketika kau tidak punya apapun. Aku disini untuk terus bersamamu sampai maut memisahkan. Kau tidak perlu bekerja begitu keras ketika kita berkeluarga nanti-- cukup kau yang hadir sebagai pelengkap keluarga kecil kita dan temani anak ini sampai besar maka itu adalah perwujudan kerja kerasmu untuk kami" Ucapnya.

Tanganku gemetar. Pengantin ini adalah Kila-- Kila Ananta.

"Ke-kenapa kau berkata seperti itu? Padahal dulu Aku-- Aku hanya mempermainkan mu" Ucapku dengan nada rendah.

Ia mengusap tanganku dengan lembut dan menatapku dengan mata indahnya.

"Karena kau adalah cintaku, Apapun yang terjadi Aku akan selalu bersamamu. Dan anak ini-- juga akan bahagia ketika ia tau bahwa kau ayahnya"

Mataku berkaca-kaca dan tak sadar air mata jatuh menetes. Aku tersenyum lega dan mendekapnya erat. Aku mengusap pipi halusnya dan kami saling berciuman. Ia melepas ciumannya kemudian berbisik.

"Bangun-- bangun Juergen. Bangun, bangun, bangun, bangun" Ucapnya terus.

-----------------------
19:03 -------------

Juergen terbangun dari mimpinya. Ia menatap langit-langit kamar dan terdengar bunyi rintikan infus dan monitor denyut jantung. Tangan kanannya terasa hangat dan ia melirik Kila yang sedang tertidur di sisi ranjang sambil menggenggam tangannya. Juergen menghela nafasnya lega. Tapi rasanya ada yang janggal-- Sepertinya dirinya sudah lama tenggelam di gantikan oleh seseorang.

"Apa Kister yang melakukannya?" Gumamnya pelan.

Juergen mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Kila namun hal itu justru membangunkan nya.

"Uhh-- Ada apa.." Ucap Kila lesu dan matanya melotot ketika menatap Juergen yang sudah siuman.

"Juergen!! Dokter!! Dokter dat--" Ucapan Kila terhenti ketika Juergen menarik tangannya.

Juergen menggeleng dan meremas tangan Kila erat. Kila menatapnya berkaca-kaca. Ia mendekap Juergen di leher dan menangis sesegukan.

"Maafkan aku hiks! Kalau saja kau tidak datang-- Kau pasti tidak akan terluka!" Kila menangis sesegukan sambil melontarkan ucapan yang membuat Juergen mengernyitkan keningnya.

Ia mendorong Kila pelan dan menatapnya kesal.
"Apa maksudmu kalau aku tidak datang hah?! Kau ingin aku tidak menyelamatkan mu?!"

Kila tersentak.
"Bu-Bukan-- Kau terluka parah karena aku hiks jadi-- Kupikir lebih baik kalau kau menyuruh polisi saja karena kau juga seorang pengusaha dan kau sibuk.."

"AKU MELAKUKANNYA KARENA KAU ISTRIKU!!" Ucap Juergen dengan nada tinggi.

Ia mengepalkan tangannya.
"Kau tidak tau seberapa cemas diriku saat kau hilang? Kau pergi tanpa ada kabar, Kau bahkan tidak pernah memberitahukan apapun, Kau juga di sakiti oleh bajingan itu dan kau memintaku untuk tetap fokus pada pekerjaanku karena aku seorang pengusaha?! Apa gunanya aku sebagai suamimu Kila! Aku melakukannya karena aku yang mau! Tidak ada paksaan-- dan yang terpenting bagiku adalah keselamatan mu karena kau adalah istriku!"

Kila tertunduk sambil sesegukan. Ia mengusap matanya pelan. Juergen tak tega melihatnya dan menariknya ke pelukan. Kila membelalakkan matanya.

"Aku melakukannya karena aku mencintaimu. Aku mencintaimu Kila-- kumohon jangan lakukan hal berbahaya lagi--" Ucap Juergen sambil menggigit bibirnya.

Kila bernafas lega. Ia membalas pelukan Juergen dan mengusap kepalanya lembut.
"Aku juga mencintaimu Juergen-- sangat"

Mata mereka bertemu, hidung mereka saling bersentuhan. Kila mengusap pipi kanan Juergen sama seperti di mimpinya. Juergen semakin mendekap Kila erat dan mengusap punggungnya.

Kila tersenyum kecil dan mencium kening Juergen.
"Orangtuamu akan datang kemari beberapa jam lagi~"

Juergen menatapnya bingung.
"Memang kita bukan di kota?"

"Bu-bukan karena kau pendarahan parah jadi polisi yang datang langsung membawamu ke rumah sakit terdekat.." Kila mengusap kedua pipi Juergen.

Brak!

Suara pintu terbuka dan Dokter masuk ke kamar mereka.
"Anda memanggil saya nyonya?!"

Kila mengangguk.
"Tolong periksa dia, Suamiku sudah siuman"

Dokter memeriksa Juergen dan mencatatnya di sebuah kertas.
"Kondisinya sudah stabil karna imun nya kuat ditambah pyshical Alpha yang ia miliki membantunya dalam menjaga kestabilan tubuh. Namun anda harus istirahat dan melakukan banyak penyembuhan-- serta luka jahitan di tubuh anda belum kering jadi mohon jangan banyak bergerak untuk menghindari terbukanya luka"

Juergen menghela nafasnya gusar.
'Dari dulu aku benci dokter..'

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang