The Death Come to All

3.4K 283 1
                                    

Kila yang terdiam mengangguk dan menurutinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kila yang terdiam mengangguk dan menurutinya. Ia memerintahkan adik-adiknya untuk keluar dan menutup pintu kamarnya.

Juergen duduk dipinggir kasur sambil menatapnya. Kila menghela nafas kecil.
"Seperti yang kau lihat-- ada seseorang yang mengirimkan barang aneh seperti itu kepada ibuku" Ucap Kila rendah.

Juergen mengambil banyak foto aneh, ia mengambil juga surat yang bertuliskan tinta merah itu. Juergen mengangkat alisnya bingung.

"Apa kau di stalker orang?"

Kila mengangkat bahunya.
"Aku tidak tau apakah ini stalker atau tidak, ibuku bilang puncaknya adalah semenjak aku kerja di klub itu"

"Berarti selama ini kau telah di untit dan dia tau informasi tentangmu" Ucap Juergen sambil menaruh foto di nakas.

"Be-begitulah" Ucap Kila pelan. Ia menghela nafas berat.

"Aku tidak tau harus bagaimana-- aku harus membawa ibu dan adik-adikku pergi dari sini agar mereka tidak celaka nantinya"

Juergen menatap Kila terus.
"Bagaimana kalau kita buat perjanjian?" Ucapnya sambil tersenyum miring.

Kila mengangkat alisnya.
"Kesepakatan? Kesepakatan apa?"

"Mudah, kau hanya tinggal menikahiku dan keluargamu aman dalam naunganku"

Kila langsung menggeleng.
"Cih, aku tidak mau menikah denganmu bodoh. Ganti yang lain" Ujarnya kesal.

"Penawarannya hanya sekali, pikirkan baik-baik jangan sampai aku merubah pikiranku" Ucap Juergen rendah.

Kila terdiam.

Juergen menatap Kila terus.
"Lima-- empat--"

Kila mengernyitkan keningnya.
'Aku tidak mau-- tidak mau! tapi-- ibu dan mereka--'

"Tiga-- dua-- sat--"

"Aku setuju" Ucap Kila cepat. Kila menatap Juergen dalam.

Juergen tersenyum penuh kemenangan.
"Good boy" Juergen beranjak dan mendekati Kila. Ia mencium Kila.

Kila terdiam dan menatap Juergen terus. Tangan besar Juergen mengelus pipi Kila yang mulus.

"Kakak dan om besal tempelin bibil!" Ucap adik-adiknya yang diam-diam mengintip di pintu.

Kila melotot dan langsung mendorong Juergen.
"Wha-- jangan mengintip orang sedang berbicara!" Ujarnya bete dan wajahnya seketika berubah semerah tomat.

Adik-adiknya cekikikan dan menatap Juergen.
"Kamu bakalan jadi kakak kami kan?"

Juergen mengangguk.
"Tentu saja" Ia mengelus kepala mereka dan berjalan keluar kamar.

Juergen dan ibunda Kila berbicara sedikit. Kila menghela nafas lega.

Ia memeluk adik-adiknya dan menggigit bibirnya.

--------------------------
14 April 20XX

"Hey! Jangan lari-larian!" Teriak Kila kepada adik-adiknya yang berlari di ruangan tengah luas mansion.

"Wekkk hahaha~ Eh jangan itu mainanku!" Ucap ribut adik-adiknya. Mereka semua bermain dengan riang.

Kila sedikit kesal karena mereka terlalu bersemangat namun itulah yang setidaknya membuatnya lega, karena keamanan keluarganya terjaga.

Tiba-tiba tangan besar memeluk Kila dari belakang. Kila menengok dan menatap Juergen.

Juergen menaruh wajahnya di pundak Kila.
"mhm.."

Kila mengangkat alisnya.
"Apa? Kau tidak kerja?"

Juergen menggeleng. Tiba-tiba ibunya keluar dari kamar dan menatap Juergen dan Kila yang sedang lovely-dovey.

Kila terkejut dan berusaha mendorong Juerg namun Ibunya tertawa kecil.
"Tenang saja lagian kalian akan menikah"

Kila menghela nafas kecil.
"Ibu-- mau kemana? Ayo aku antar"

Ibunya langsung menggeleng.
"Nope no need, kalian disini menjaga anak-anak ya. Ibu akan kembali sebelum jam 3 sore" Angguk ibunya dan memakai sepatu.

Juergen mengangkat kepalanya dan menatap ibunya Kila.
"Kalau begitu bawahanku akan mengantarkan anda nyonya"

"Tidak perlu, jangan ikuti aku atau aku akan marah" Ucap ibunya mengancam Juergen. Ia menatap Kila dan Juergen sejenak dan memegang pintu besar mansion.

"Ibu janji kan?" Tatap Kila kepada ibunya.

Ibunya mengangguk.
"Janji~" Ibunya membuka pintu mansion dan pergi keluar.

Kila menghela nafas.
"Ibu selalu begitu-- tidak mau di temani bahkan di bantuin.."

"Ibumu adalah orang yang hebat" Ucap Juergen dan menaruh wajahnya lagi di pundak Kila. Kila melirik Juergen dan mengelus kepalanya.

--------------------------
14 April 20XX
15:30 -----------

Kila menggigit kuku ibu jarinya. Ia melirik jam cemas.
"Sekarang sudah jam setengah empat sore tapi ibunya belum pulang-- ibu kadang suka kerepotan dengan belanjaannya.." Ucap Kila rendah.

Biasanya juga ibunya pulang tidak seperti ini namun hari itu perasaan Kila benar-benar tidak enak.

Ia beranjak dan menatap maid.
"Apa adik-adikku semuanya sudah tidur siang?"

Maid itu mengangguk.
"Sudah, semuanya sedang tertidur-- dan jika anda mencari tuan Juergen ada di ruangan kerjanya"

Kila mengangguk. Ia menuju ke pintu depan mansion dan bergegas keluar mansion. Ia berjalan sekitar 17 menit di trotoar dan menatap banyak kerumunan orang di sisi jalan.

Ia melangkah mendekat ke kerumunan itu dan menatap seorang wanita terbujur kaku bersimbah darah.

Ia membelalakkan mata dan spontan mendekat ke mayat ibunya.

"IBU?! IBU APA YANG TERJADI-- KENAPA IBUKU BEGINI?!!" Ucap Kila histeris.

Ia memeluk ibunya dan matanya berkaca-kaca. Orang-orang di sekelilingnya langsung menelpon ambulans. Kila merintih sesegukan.

Ia terus memeluk ibunya yang sudah tidak bernyawa. Nafasnya memburu dan perasaannya hancur. Ambulans datang dan langsung membawa tubuh ibunya di ranjang dan menempatkan di bagian belakang ambulans. Kila duduk disamping tubuh ibunya yang dipenuhi darah.

Ia menggenggam tangan sang ibu. Ia menunduk dan sesegukan.

Berharap semua ini bisa terulang namun yang ia harapkan hanyalah mimpi belaka.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang