Hold The Tears

1K 76 4
                                    

Yohan membelalakkan matanya dan menggeram menatap Juergen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yohan membelalakkan matanya dan menggeram menatap Juergen.
"What the fuck?!! Kau siapa?!" Teriak Yohan.

Orang-orang menatap mereka dan beberapa diantaranya menelpon polisi. Juergen menggenggam pisau itu kuat dan menariknya dari Yohan.

"Harusnya aku yang bertanya padamu-- Apa yang kau lakukan bersama istriku?" Ucap Juergen datar.

Pandangan Kila tak bisa lepas dari Juergen. Ia terus menatapnya dan dada nya berdebar kencang.
"Kau-- Kau sungguh Juergen Zorya?"

Juergen menunduk sedikit dan mengecup Kila lembut.
"Ya-- Aku adalah suamimu Kila"

Yohan mengepalkan tangannya kuat dan menjambak Juergen erat. Juergen melirik Yohan datar dan--

Buak!!

Ia meninju wajah Yohan tepat di hidungnya. Hidung Yohan hancur tak berbentuk dan darah menetes deras dari wajahnya.

"Ughh sialan-- akhh ngh!" Ringih Yohan.

Juergen mengelap tangannya dan menarik kerah Yohan. Ia mengepalkan tangannya kuat dan bersiap menonjoknya lagi.

"Rapatkan gigi dan rahangmu, jangan pingsan sebelum kupastikan kau tidak bisa melihat lagi" Ucap Juergen dengan nada berat.

Sontak beberapa polisi datang memisahkan mereka dan mendorong Juergen mundur.
"Dilarang melakukan kekerasan pak! Anda bisa kena pidana!" Ancam salah satu polisi.

Juergen yang berdiri menjulang hanya mengangguk cuek dan membuang mukanya. Ia menatap Kila yang sedang menatapnya juga. Juergen mendekat dan menciumnya lagi.

"Ikut aku" Juergen menggandengnya.

Kila mengikuti langkahnya dan sesekali melirik Yohan. Yohan menatap kepergian Kila dan ia sontak bangun dan menarik baju Kila ke belakang.

"Kau-- Apa apaan kau hah?!!" Bentak Juergen.

Tapi Yohan dengan sigap mengambil bayi Kila dan membawanya kabur. Polisi-polisi itu langsung mengejarnya dan punggung Yohan menghilang dari pandangan Kila.

"Tidak--- TIDAK!!!" Teriak Kila.

"JUERGEN!! DIA MENGAMBIL ANAKKU! KEJAR DIA CEPAT!" Kila sontak ingin berlari namun tubuhnya di tahan oleh Juergen.

"Biarkan para polisi menangkapnya Kila, Aku akan mengerahkan personel ku untuk membawanya kembali" Ucap Juergen santai.

Kila menengok dan--

PLAK!!

Ia menampar Juergen keras dan air mata menetes deras dari wajahnya. Nafasnya memburu dan ia mengepalkan kedua tangannya.

Juergen terdiam dan menatap Kila. Ia mengusap kepala Kila lembut tapi Kila menepisnya.

"Jangan menyentuhku!! Kau tetap tidak bisa menerima anak itu kan?! Kau alpha sialan!! Untuk apa kau menyelamatkan ku kalau kau membiarkan anak itu pergi?!" Bentak Kila.

Juergen mendekap Kila erat dan Kila semakin marah.
"Lepaskan aku sialan!! Bangsat!! Aku membencimu!! Aku membencimu Juergen!!"

Juergen mengusap tengkuk Kila dan ia menarik nafas dalam.
"Maafkan aku-- Aku sungguh menyesal karena bersikap kasar padamu tapi kumohon jangan benci aku. Aku akan membawa anak itu kembali padamu tapi kau jangan menangis ya?"

Kila menatap Juergen dengan mata penuh amarah. Ia membuang mukanya.
"Aku akan memaafkan mu kalau kau membawa pulang anakku dengan selamat selama 3 hari. Lebih dari itu maka kau harus menandatangani surat perceraian"

Kila berjalan sambil menabrak pundak Juergen. Juergen terdiam dan menyingkap rambutnya ke atas.

-----------------
2 days later

Juergen memang berhasil membawa Kila kembali ke rumah namun kondisi Kila lebih parah. Ia tak mau melihat Juergen kalau bukan hal penting, ia juga hanya memakan makanannya sedikit dan ia terus menangis sambil memeluk pakaian bayinya.

Juergen menghela nafas kecil. Ia menopangkan pipinya di tangan dan menggulirkan layar iPad nya. Ia melirik ponselnya yang terlihat pesan dengan sekretarisnya soal pencarian anak itu.

Di sisi lain Juergen merasa lega Kila mau kembali padanya tapi ia kerepotan juga dalam mencari anak itu.

Ting!

Pesan dari sekretarisnya masuk dan ia membacanya.
"Polisi kehilangan jejak, namun anda tidak perlu khawatir karena personel anda sudah mengumpulkan barang bukti dan rekaman cctv"

Juergen menaruh kembali ponselnya. Kemudian matanya tertuju pada Kila yang berjalan turun tangga dan menuju dapur. Ia meminum beberapa gelas dan berjalan kembali lagi ke kamar dan menguncinya.

"Apa yang harus kulakukan--" Gumamnya.

Saat ia menggulir iPad nya lagi ia menatap kontak Delvin. Ia terdiam sebentar dan menekan profil kontak itu dan mengetik.

"Aku ingin bertemu, kapan waktumu kosong?" Tulisnya.

Selang beberapa lama ada jawaban dari Delvin.

"Aku kapan saja tapi jangan selasa karena itu jadwalku full time bersama Juha~" Balas Delvin.

Juergen mengangkat alisnya dan melirik pintu kamar Kila yang tertutup. Ia beranjak dan mengambil jaket di gantungan dan menatap kamarnya sekali lagi.

"Kila, aku keluar dulu ya. Telpon aku kalau ada apa-apa" Ucapnya.

Namun tentu saja tidak ada balasan dari Kila. Akhirnya ia bergegas keluar rumah dan memasuki mobilnya kemudian melaju ke kafe asal. Ia membagikan lokasinya pada Delvin dan jarinya mengetuk-ngetuk pelan ke kemudi.

Sementara Delvin yang baru saja selesai have sex dengan Juha kemudian merogoh ponselnya di nakas.

"Ehhh-- Tumben sekali adikmu mengajakku ke kafe?" Ucap Delvin bingung.

Juha menatapnya datar sambil menghembuskan asap rokok.
"Mungkin ia ingin bertanya, kau akan berangkat sekarang?"

Delvin mengangguk.
"Aku akan menyusulnya. Telpon aku kalau ada apa-apa okay?"

Juha mengangguk cuek. Delvin manyun sebal dan mengecupnya spontan.

"Okay aku pergi~" Delvin memakai bajunya dan bergegas berangkat.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang