Nayan, We Are Friends

433 39 4
                                    

"Ahahaha~ Hei jangan kabur~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ahahaha~ Hei jangan kabur~"

Dua orang anak kecil berlarian di semak-semak saat petang. Salah satunya memegang tongkat dan mengejar temannya.

"Uh huh jangan tinggalin aku!" Protes anak itu.

Anak didepannya menoleh dan tersenyum lebar.

"Hehe kau sangat lambat Nayan! Kalau lomba lari pasti kau sudah kalah~" Ejek temannya.

"Hmph! Karena kaki ku pendek ga sepertimu yang panjang" Manyun Nayan.

Anak itu tersenyum dan menggandeng tangan mungil Nayan. Ia membawanya ke pohon rindang dan duduk dibawahnya.

"Wahh~ Aku puas sekali bermain~ Bagaimana denganmu?" Tanya nya.

Nayan melirik lengan anak itu. Terdapat bekas luka yang cukup menonjol, Nayan menggeleng pelan.

Anak itu tersenyum lebar dan ketawa kecil.

"Kau harus lebih banyak bicara jika denganku Nayan! Oh ya bagaimana dengan ibumu?"

"Ibu.. membawa pria lain ke rumah.. setiap hari.." Ucap Nayan dengan rendah.

Anak itu mengedipkan matanya sambil menatap Nayan terus.

"Papa mu gaada niatan untuk datang? Suruh datang dong! Kan dia papa kamu!"

Nayan terdiam dan menghela nafas berat. Ia memeluk kedua dengkulnya didepan dada.

"Papa dan mama tidak pernah akur.. Papa pergi dan mama selalu membawa orang asing kerumah. Mama selalu bilang padaku untuk mencuri saja jika ingin uang lebih karena uang yang dia dapatkan selalu dia habiskan sendiri.."

Anak itu mengepalkan tangannya dan menggenggam tangan Nayan erat.

"Aku berjanji-- suatu saat nanti kita akan keluar dari sini dan aku akan menetap bersamamu. Kita akan hidup bersama tanpa ada kekerasan lagi! Kau mau kan?"

"Ya-- Aku mau" Nayan tersenyum lebar.

Tiba-tiba ia terbangun dari mimpi indahnya itu dan menatap langit-langit kamar. Nayan lupa, ia masih dirumah sakit akibat kecelakaan yang di alaminya. Suara rintik infus dan monitor detak jantung menghiasi kamar Nayan.

Nayan berusaha bangun tapi sulit baginya karena badannya sangat sakit. Ia menggeram pelan dan menghela nafas kecil.

Kemudian seseorang memasuki ruangan itu dan mendekatinya.

"Kau tidak apa-apa? Aku yang menabrakmu tadi jadi maafkan aku"

Nayan menoleh ke arahnya dan orang itu ialah Kila. Nayan membelalakkan matanya dan mundur spontan, nafasnya memburu cepat dan dadanya berdebar kencang.

"Kau-- Kau sengaja menabrak ku karena ingin menangkap ku-- iya?!" Teriak Nayan.

Kila mengangkat alisnya.

"Menangkapmu soal apa? Aku kan yang menabrakmu"

Nayan terdiam sejenak. Kila tidak tau jika Nayan yang menculik Giyu-- tentu saja jika Juergen mencari tau lebih dalam maka ia akan tertangkap.

"A-ah begitu-- Baiklah, terimakasih sudah membawaku kesini" Ucap Nayan sambil angguk.

Ia beranjak dari ranjangnya dan mencopot semua infus dengan kasar. Nayan bergegas ke jendela namun Kila menahannya.

"Apa yang kau lakukan?! Kau sedang sakit!"

Nayan menatap Kila bingung.

"Kau-- Kau peduli padaku? Kau peduli padaku yang sudah menculik anakmu?!" Balas Nayan dengan nada tinggi.

Kila terdiam membatu dan meremas lengan Nayan erat.

"Kau yang menculiknya?" Wajah Kila berubah datar.

Brak!!

Kila membantingnya ke jendela dan menarik kerahnya erat.

"GIVE ME BACK MY CHILD!!" Teriak Kila keras.

Suster dan dokter masuk dan berusaha melerai mereka tapi Kila yang sudah kesetanan bersikeras untuk terus menggenggam Nayan.

"Kau-- Aku tidak akan pernah memaafkan apa yang kau lakukan padanya. Akan kubuat hidupmu menderita lebih dari yang sekarang!!" Bentak Kila.

Nayan membuang mukanya ke arah lain dan menghela nafas. Pasrah, itu yang ia pikirkan. Mulutnya keceplosan mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak ia katakan. Mata mereka bertemu dan Nayan sadar-- mata seorang ibu yang merindukan anaknya begitu dalam memang tidak bisa dibohongi. Tanpa dikatakan pun ia sudah bisa menebak seberapa rindu dan cintanya ia kepada anaknya. Kantung matanya yang lebar menandakan bahwa ia tak mendapat waktu istirahat yang cukup karena kehilangan anaknya. Dan semua itu karena perbuatannya.

"Mohon jangan begini tuan, Anda sedang berada dirumah sakit" Ucap dokter cemas.

Juergen masuk ke ruangan itu dan menatap Nayan. Ia mendekati Kila dan mengusap pinggangnya.

"Ada apa sayang?" Tanya Juergen lembut.

"Dia-- orang yang menculik Giyu"

Juergen melirik Nayan sedikit dan--

BUAK!!

Bogem mentah mendarat di wajahnya hingga ia terduduk jatuh. Nayan mengusap pipinya yang membiru dan hidungnya mimisan.

"Fuck, kau masih kuat kan? Ikut aku, we will fight till death" Geram Juergen.

Brak!!

Pintu terbuka kasar dan terlihat Elda menatap semuanya dengan nafas memburu. Matanya tertuju pada Nayan yang berada ditangan Juergen.

"Hentikan! Dia adalah anak buahku!" Teriaknya.

"Anak buahmu? Kau tidak sadar jika didalam kepolisian ada tikus pengerat seperti ini? Dia menculik anak kami. Istriku yang menjadi saksi" Ucap Juergen santai.

Tangan Juergen menjambak rambut Nayan kuat dan Nayan menatap Elda.

"Im sorry.." Ucap Nayan pelan.

Elda mengepalkan tangannya. Ia melangkahkan kakinya ke Juergen dan melepas tangannya paksa. Elda memeluk kepala Nayan di dadanya.

"Jangan sakiti dia lagi, dia temanku"

Nayan terdiam sebentar dan melirik lengan Elda. Terdapat bekas luka yang seperti tidak asing baginya-- Ia membelalakkan matanya.

Ternyata anak kecil yang ia mimpikan ialah Elda. Bagi Nayan, Elda adalah segalanya. Seseorang yang selalu menemaninya sejak kecil dan tidak pernah meninggalkan nya ketika semua orang pergi darinya.

"Oh? Kau mau beradu hal ini di hukum Elda?" Angguk Juergen datar.

"Silahkan saja, Aku akan menjadi walinya" Jawab Elda tegas.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang