•
•
"Tim kami sedang dalam pengejaran Tuan, Anda tenang saja dengan nyonya, kami akan menangkap pelakunya dengan cepat" Bubuh polisi di telpon.
Kila melirik Juergen yang menyetir dengan airpords di kuping kirinya. Ia menghela nafas khawatir. Juergen menatap ke arah jalan dengan emosi dan meremas kemudinya kuat.
"Cari orang itu!! Beraninya dia kabur dari penjara! Kalian memang tidak becus mengurus hal sepele seperti ini! Untuk apa kubayar kalian jika menangkap pelakunya saja gabisa? Bangsat!"
"Kami mohon maaf atas hal ini Tuan, atas laporan para sipir-- salah satu penjaga sipir di bekap hingga pingsan dan terbangun dalam keadaan tidak mengingat apapun. Seluruh akses cctv di matikan oleh pelaku yang membantu proses kaburnya Nayan. Dengan hal ini kami menyimpulkan bahwa pelakunya lebih dari satu orang"
Juergen melepas airpords nya kasar dan melemparnya keluar jendela mobil. Kepalanya dipenuhi oleh emosi, amarah, benci, dan rasa ingin membunuh orang itu. Keningnya berurat dan suara geramannya semakin terdengar.
Spontan Kila mengusap tangan keningnya dan mencium pipi Juergen lembut. Nafas Juergen memburu dan Ia meliriknya datar.
"Jangan menyentuhku" Balas Juergen.
Kila menatapnya sambil tersenyum kecil. Ia tidak peduli, Kila tetap mengusap wajahnya dan menciumnya terus. Hati siapa yang tidak luluh jika orang yang dicintainya menenangkannya di saat mendidih seperti itu.
Juergen menepikan mobilnya dan menoleh ke Kila, Ia mendekap Kila erat dan menunduk di ceruk lehernya.
"Maafkan aku yang emosi atas hal ini, aku tidak ingin kau ketakutan seperti dulu padaku" Gumamnya pelan.
Kila mengusap punggung Juergen dan melepas dekapannya. Ia menangkup wajah lelah Juergen dan mengusap sudut bibirnya.
"Aku mengerti apa yang kau rasakan Juergen, setelah kehilangan Giyu, kau juga kehilangan teman mu yang sedari dulu bersamamu bukan? Aku mengerti kau mencoba melindungi kami tapi kumohon jangan sakiti oranglain seperti itu"
Juergen memegang tangan Kila di wajahnya dan mencium telapak nya. Ia menatap Kila dengan mata bersalah dan memejamkan matanya lelah.
"Ayah dan Ibumu juga sudah membantu pencarian Giyu bukan? Tenang saja, semuanya akan berjalan dengan baik--"
Bibir Kila gemetar, bohong jika dia tidak mengkhawatirkan keselamatan putranya itu, bohong jika dia berakting tidak mengalami kesedihan. Semuanya Ia lakukan demi tidak membuat Juergen stres.
"Jangan berkata seperti itu! Bagaimana jika anak kita-- anak kita diapa-apain?! Bagaimana jika dia terluka dan orang jahat itu melakukan hal aneh kepadanya?!" Juergen menatap Kila dalam.
Kila menunduk. Ia meremas tangannya dan menggigit bibirnya sendiri.
"Aku hanya ingin dia kembali, Aku hanya ingin dia kembali ke pelukanku apapun yang terjadi"
Juergen menghela nafasnya berat dan mendekap Kila di dadanya. Ia mencium kepalanya pelan.
"Kita akan mencarinya, serahkan tugas ini kepada ayahnya-- aku akan mencari putra kita"
------------------------
Tuk! Tuk!
Tetesan hujan dari jaketnya yang basah menetes di sepatunya. Gio mendongak ke atas dan menatap gedung tinggi didepannya. Ia menekan topi erat di kepala dan berjalan masuk. Beberapa anggota didalam melirik Gio curiga dan menghalanginya.
"Hey kau siapa? Keluar lah nak, ini bukan tempat nongkrong mu" Ucap salah satu diantaranya.
Gio hanya diam.
"Kau tuli hah?! Kalau kubilang keluar ya ke--"
Belum selesai orang itu bicara, Gio sudah menonjok rahangnya hingga terdengar suara tulang patah. Mereka terkejut melihat rekannya yang terjatuh diam tak bergerak, tentu saja, mereka tidak tinggal diam.
"Bangsat! Kau berani hah?! Mampus kau!"
Buak!! Duak!! Krak!!
Mirisnya, mereka semua habis di buat "bubur" oleh Gio. Ia melirik orang-orang itu yang sudah terkapar di lantai dan tersenyum miring.
Cuih!
Ia meludahi salah satunya. Kaki Gio melangkah menuju lift dan menekan tombolnya. Terlihat banyak kawanan menyusul namun pintu sudah tertutup duluan dan membawanya menuju lantai atas. Tidak memberikan pilihan lain mereka yang ingin menghabisi Gio segera menyusul menaiki tangga.
Gio melirik senjata di sakunya dan banyak peluru di sebelahnya. Ia mengangguk kecil dan bersiul tidak sabar, tentu saja, membunuh adalah hobinya.
"Siapa tau Fazura akan senang bermain denganku? Haa~ ga sabar buat jatah hari ini~" Gumamnya.
Ting!
Pintu lift terbuka dan beberapa orang menatapnya tercengang. Mereka langsung meraih senapan dan ingin menembaknya namun sayang, Gio sudah duluan meraih miliknya.
Bam! Bam! Bam!!
Semuanya mati tertembak. Berjalan melewati mayat yang bermandikan darah, bersenandung senang, seperti seseorang yang tidak takut akan hal apapun. Ia menoleh ke sebuah ruangan dengan pintu berbeda dan memasukinya.
Seseorang menoleh dan terkejut-- ya, dia adalah Fazura.
"Lama tak jumpa-- mommy" Ucap Gio dengan senyum manisnya.
Fazura yang sedang menikmati alkohol nya kemudian terdiam dan menatapnya datar.
"Oh? Kau akhirnya kembali padaku? Setelah selama ini aku membantumu dan kau hilang begitu saja Gio?"
Fazura meraba paha nya. Mata Gio melirik ke arah Fazura dan benar saja Ia mengeluarkan sebuah pistol, begitupun dengan Gio.
Bam!!
Ia menembak tangan Fazura hingga pistol itu terpental dan mendekat ke arahnya.
"Aarrrgghhh!!" Geram Fazura kesakitan.
Gio menekan rahangnya dan menatapnya dalam. Mata mereka bertemu, Fazura menatapnya tajam dan Gio menatapnya dengan datar.
"Langsung ke intinya saja, dimana anak itu?"
Fazura mengernyitkan keningnya.
"Anak? Anak apa? Ha! Kau menanyakan sesuatu yang diluar akal"
"Jangan banyak bacot, aku butuh anak itu, dimana dia?" Balas Gio datar.
Semua bawahan Fazura mengepung nya di belakang dan menodongkan senjata ke arah kepala dan dadanya. Fazura tersenyum miring.
"Try me~"
Gio menyipitkan matanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Cry, Kila [Omegaverse]
Fantasy❗❗ THIS IS BL STORY ❗❗ ❗❗IF YOU DON'T LIKE IT JUST LEAVE❗❗ "Oh lihat-- Ternyata kau lebih banyak diam karena kalau kau bicara malah akan keluar suara desahan?" Ejek seorang alpha bernama Juergen Zorya. Didepannya terdapat seorang omega yang akan di...