•
•
2 weeks later ---------------
Klak!
Nayan mengisi peluru pistolnya penuh, Ia dan Gio akan meninggalkan tempat mereka menetap dan pergi ke tempat dimana mereka tidak dikenali. Gio menggendong tas ransel di punggungnya dan memakai topi serta masker hitam.
Nayan memakai maskernya dan menatap Gio sebentar.
"Kau yakin apa hal seperti ini akan berhasil?"
Gio menatap Nayan juga, Ia tersenyum.
"Jangan cemas, apapun yang terjadi kita akan selalu bersama"
Gio menggenggam tangan Nayan erat dan berjalan keluar rumah tua itu. Mereka jalan santai ke stasiun kereta bawah tanah dan menuju destinasi terjauh. Tetap saja meskipun begitu perasaan Nayan sangat tidak enak, seperti akan ada yang terjadi.
Sesampainya mereka di stasiun akhir mereka diminta untuk memberikan kartu identitas oleh tentara.
Nayan melirik ke sekitar dan benar saja, banyak sekali tentara yang berjaga di perbatasan dengan senjata lengkap.
'Sepertinya berita jika aku kabur sudah tersebar dan mereka ingin aku kembali'
Nayan mengernyitkan keningnya cemas.
"Jangan panik dan ikuti aku"
Gio membawanya ke kamar mandi dan menaruh ranselnya. Ia menarik setelan baju wanita dan menyodorkannya ke Nayan.
"Pakai ini dan wig nya, jangan lupa heels dan make up mu"
"A-apa rencana seperti ini akan berhasil?!" Tanya Nayan memekik.
"Banyak tanya cepatlah pakai saja" Ia mendengus.
Tidak ada pilihan lain Nayan memakainya dengan ogah-ogahan. Wig yang dipakai pun asal saja dan Ia menatap dirinya di cermin.
"Ew apaansih ini?! Jelek banget!"
"Hahaha~ Kau mengejek dirimu sendiri?" Gio tersenyum.
Nayan manyun dan merapihkan penampilan nya. Gio membawa bedak dan lipstik kemudian memakaikannya ke Nayan. Nayan menatap dirinya di cermin jijik.
"Kau serius membantu ku ga sih.. Wajahku seperti badut.." Ia menghela nafas.
Gio memoles bibir Nayan dengan lipstik merah muda.
"Percayakan padaku!" Ucapnya optimis.
Mereka bersiap-siap dan merapihkan pakaiannya. Gio tidak menyamar jadi apapun, hanya mengganti bajunya dan Nayan menunduk menatap gaun yang Ia kenakan-- Ia merasa geli.
"Maaf-- mohon tunjukkan identitas Anda pak" Ucap salah satu tentara.
Gio menatap tentara itu dan tersenyum.
"Ние сме просто пътници тук, пристигнахме снощи, но решихме да се върнем, след като разбрахме, че родителите на жена ми са болни"
(We are just travelers here, We arrived last night but We decided to come back after realized that my wife's parents are sick)Tentara itu memasang wajah dongo tidak mengerti, Ia bahkan meminta beberapa rekannya untuk menerjemahkan bahasa Gio tapi mereka tidak paham.
"Can you-- speak English, Sir?" Tanya Tentara itu lagi.
Gio menggeleng dan menatap Nayan, sontak Nayan spontan menggeleng dan menatap Tentara itu.
Tentara itu menatap Nayan sebentar. Tangan Nayan mendadak dingin dan menggenggam kuat tangan Gio.
Tidak lama penerjemah pun datang dan mengatakan bahwa Gio dan Nayan hanya pelancong yang baru datang semalam dan ingin segera kembali karena orangtua istrinya sakit, lantas Tentara itu mengangguk dan membukakan pintu ke stasiun berikutnya.
Gio mengangguk sambil tersenyum dan masuk ke kereta. Mereka duduk berdampingan dan Nayan mengusap dadanya lega.
3 jam berlalu mereka sampai di stasiun terakhir. Nayan menoleh menatap Gio yang menulis di catatan nya.
"Habis ini kita kemana?"
Ia menutup bukunya, namun mulutnya enggan menjawab.
Nayan berjalan di sisi kanan Gio dan tak jauh dari mereka terdapat pelabuhan. Nayan menatap lautan luas dan Gio menatap lautan itu terus.
"Kita akan pergi dari sini sebelum mereka datang" Ucapnya.
"Ka-kapan mereka akan datang?"
Gio mengangkat bahunya tidak tau. Matanya tertuju pada beberapa orang menatap mereka sambil menekan sesuatu di kupingnya, Ia langsung menggenggam Nayan dan masuk ke kapal milik orang.
"Kami sewa kapal ini tapi cepat pergi, akan kubayar berapapun harganya"
Pemilik kapal itu mengangguk dan memacu mesin kapalnya untuk segera pergi-- benar saja, mereka yang sedari tadi menatap Gio dan Nayan mengikutinya dengan Speedboat.
"Gi-Gio?! Apa yang terjadi--"
Nayan menoleh ke belakang dan komplotan itu mengeluarkan senjata dari Speedboat nya.
"Ahh!! Mereka punya senjata?!" Teriak Nayan panik.
Gio merogoh pistolnya dari tas dan menatap Nayan.
"Merunduk jika kau takut tertembak dan kau--" Liriknya ke pemilik kapal.
"Jika kau menekan rem maka kau yang akan menjadi targetku"
Mereka berdua ketakutan dan kapal terus melaju, Gio pindah ke belakang dan menatap komplotan itu.
Bam!! Bam!! Bam!!
Speedboat itu menembak kabin kapal dan hampir melukainya.
"Tch merepotkan sekali" Gumamnya.
Gio melirik drum bensin jinjing. Ia mengambil dan langsung melemparnya ke arah mereka.
Bam!!
Bensin itu meledak dan mengenai salah satunya.
"Sialan! Kau harus bertanggungjawab kepada bos!!" Teriak lainnya.
"Jadi mereka komplotan Fazura" Ucapnya pelan.
Nayan mendengar suara helikopter mendekat-- Ia mendongak dan terlihat helikopter mengejar mereka dengan beberapa orang mengeker senjatanya.
"Hentikan kapalnya! Ini SWAT!" Polisi itu mewanti mereka.
Gio menghela nafas.
"Kalian gabisa merepotkan lebih dari ini ya?" Ucapnya sambil menggaruk kepala.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Cry, Kila [Omegaverse]
Fantasi❗❗ THIS IS BL STORY ❗❗ ❗❗IF YOU DON'T LIKE IT JUST LEAVE❗❗ "Oh lihat-- Ternyata kau lebih banyak diam karena kalau kau bicara malah akan keluar suara desahan?" Ejek seorang alpha bernama Juergen Zorya. Didepannya terdapat seorang omega yang akan di...