The Omega That Never Comes Out

1.8K 151 8
                                    

Selang 6 menit setelah ia mengetes testpack, ia melihat dua garis merah di dalamnya yang berarti ia positif hamil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selang 6 menit setelah ia mengetes testpack, ia melihat dua garis merah di dalamnya yang berarti ia positif hamil. Kila terdiam dan tubuhnya gemetar. Ia bukan bahagia karena mengandung anak Juergen tapi-- ia teringat tulisan yang ada di map saat ia diam-diam membaca dokumen di ruangan Juergen. Ia ingat betul bahwa ketika ia hamil dan melahirkan ia akan mati.

Kila menutup mulutnya dan meremas testpack itu kuat. Ia mematahkannya dan membuangnya ke tempat sampah. Ia bergegas mengambil mantel berwarna cokelat dan berjalan keluar rumah.

Tiba-tiba seorang bodyguard Juergen mendekati Kila.
"Maaf nyonya-- Jika anda ingin keluar izinkan saya menemani anda. Ini perintah dari tuan Juergen"

Kila melirik pria itu dan mengangguk. Mereka berdua masuk ke mobil dan Kila memberitahunya untuk membawanya ke suatu taman.

Sesampainya disana Kila langsung turun dan berjalan menjauh dari mobil. Ia menatap taman kecil dengan sungai bening didepannya. Ia menghela nafasnya berat.

Taman adalah tempat favorit Kila untuk melepas penat dan stres di kepalanya. Kila menggenggam ujung bajunya erat. Ia terlalu takut untuk bilang kepada Juergen bahkan kepada Gio. Tidak ada yang bisa ia lakukan lagi selain pasrah dan menerima kenyataan.

"Sungainya indah ya~" Ucap seorang pria disamping Kila.

Kila terkejut dan menoleh ke pria itu. Pria itu agak tinggi dari Kila dan ia berambut blonde. Pria itu membawa tote bag isi sayuran dan makanan banyak. Pria itu menoleh ke Kila.

"Ahh-- apa aku mengganggu mu? Maafkan aku-- Aku memang sering kesini juga sehabis berbelanja atau keliling" Ucap pria itu sambil tertawa kecil.

Kila mengangguk.
"Tidak apa, aku juga hanya ingin menetap disini sebentar sebelum pergi lagi" Ucap Kila dengan nada rendah.

Pria itu menatap Kila cemas.
"Apa kau tidak punya rumah? Apa mau makan? Ah aku dan partner ku akan memasak makanan enak~ Kalau kau mau kau bisa datang! Tenang saja dia tidak clean freak atau galak seperti orang pada umumnya tapi dia benar-benar baik kok~"

Tidak disangka pria itu ternyata bawel juga. Kila tersenyum kecil.
"Okay, kalau kau mengizinkan ku"

Pria itu tersenyum.

Mereka berjalan sedikit dari taman itu dan masuk ke gang kecil, Kila menatap sebuah rumah jauh dari jalan raya dan terlihat banyak botol alkohol dan puntung rokok di lantai depan rumah.

"Aiya-- Maafkan aku kalau membuatmu tidak nyaman, haiss dia bandel banget harusnya membersihkan ini tapi yah dia tidak pernah mendengarkan ku" Ucap pria itu sambil membuka pagar dan membuka pintu rumahnya.

Kila menatap rumah sederhana itu dan dari luar saja ia bisa mencium bau alkohol yang menyengat. Pria itu langsung masuk dan menaruh belanjaannya disusul dengan Kila.

"Hey! Jangan meminum alkohol dan merokok! Berapa kali dokter bilang tubuhmu itu lemah kalau sering begitu-- dan lihat aku membawa seseorang untuk ikut makan jadi cepat salami dia" Ucap pria itu sambil merangkul pundak Kila.

Pria yang meminum alkohol itu menoleh sambil menghisap rokoknya. Ia menghembuskan asap itu dan menatap Kila intens. Kila terkejut.

"A-aku Kila-- Aku datang kesini karena dibawa oleh partnermu" Ucap Kila tidak enak sambil menggaruk pipinya.

"Fuck, kenapa kau harus membawa orang asing kemari sih Delvin" Ucap pria yang rambutnya berwarna pastel itu sambil membuang mukanya.

"Geez jangan gitu dong makanya kau tidak punya teman, sikapmu saja jelek. Ah ya namaku Delvin, dan dia adalah omegaku" Ucap Delvin tersenyum ke Kila.

Kila terkejut sedikit. Ia pikir pria blonde ini adalah omeganya. Kila mengangguk.

"Terimakasih sudah mengizinkan aku masuk.. Apa yang bisa kubantu?"

"Ah temani dia saja~ Dia sangat pemalu dan jarang berbicara tapi dia sangat berisik saat seks. Jadi ajak ngobrol saja aku akan membuat makanannya!" Ucap Delvin dan pergi ke dapur.

Kila menatap omega yang menatap ke tv sambil menghisap rokoknya.

"Err-- Si-siapa namamu?" Tanya Kila.

Omega itu diam.

Kila menggaruk pipinya.
"Emm-- Berapa umurmu? Apa kau tinggal disini? Apa kau sudah punya anak?" Tanya Kila bawel.

Omega itu menoleh ke Kila dan menatapnya kesal. Kila menatap omega itu yang memiliki tahi lalat dibawah mata kirinya, bulu matanya yang panjang dan matanya yang berwarna ungu menambah kecantikan dalam dirinya. Kila juga melirik ke leher omega itu dan ia memakai kalung choker. Benar dia adalah omega.

"Juha, namaku" Ucap Juha sambil merokok.

Kila berbinar senang.
"Wah salam kenal Juha~ Ah iya aku baru pertama kali melihat omega secantik dirimu-- Kau sangat putih dan-- kau tidak suka pakai celana ya?" Tanya Kila sambil melirik kebawah.

Ia baru menyadari kalau Juha hanya memakai kemeja longgar yang menutupi sampai pahanya. Juha menghembuskan asap rokoknya.

"Karena biar mudah untuk ngewe, aku malas membuka celana dan harus mencucinya. Lagipula aku tidak akan keluar lagi jadi untuk apa aku memakainya" Ucap Juha frontal.

Kila terdiam. Apa maksudnya Juha kalau dia tidak akan keluar lagi? Memangnya dia selama ini dirumah saja? Bagaimana dengan pekerjaannya? Apa keluarganya tidak mencarinya?

Juha melirik Kila. Ia menekan rokoknya di asbak dan menyenderkan tubuhnya di kursi.

"Apa yang kau lihat dariku-- Kila zorya?"

Kila terkejut. Bagaimana dia bisa tau kalau namanya adalah Zorya? Kila menggeleng.

"Ti-tidak aku cuma masih mengagumimu hehe~"

Juha menghela nafasnya. Ia menyilangkan pahanya.
"Bagaimana diluar sana? Apa hujan? Banyak anak-anak? Ohh-- bagaimana kondisi taman itu?"

"Ahh-- diluar keadaannya cerah dan tidak banyak anak-anak yang kutemui, dan ya tamannya bersih begitu juga dengan sungainya~" Ucap Kila sambil tersenyum.

"Begitu ya" Ucap Juha dengan nada rendah. Ia memalingkan wajahnya dan menatap tv lagi.

"Maaf aku menanyakan ini tapi-- Apa kau tidak pernah keluar? Dan kenapa kau menanyakan hal seperti itu?"

Juha terdiam sebentar dan menopangkan pipinya di tangan.
"Aku tidak pernah keluar-- sejak 17 tahun yang lalu. Tempat yang paling jauh yang pernah kuinjak dengan kakiku adalah lantai didepan rumah ini"

Kila membelalakkan matanya. Ia tidak mengerti apa perkataannya-- Apa semua itu benar? Atau cuma omongan semata?

Kila meremas celana di pahanya.
"Lalu dimana keluargamu? Apa mereka tidak mencarimu?"

Juha menengok ke Kila dan melotot. Kila tersentak dan menatap Juha juga.

'A-apa aku salah ngomong??' Batin Kila.


***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang