Her Absolute

1.7K 158 2
                                    

Setelah selesainya pengeringan rambut Kila, ia menyuruh waiter itu untuk keluar dari kamarnya dan ia menidurkan badannya dikasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesainya pengeringan rambut Kila, ia menyuruh waiter itu untuk keluar dari kamarnya dan ia menidurkan badannya dikasur. Ia mengelus bantal disampingnya.

Entah mengapa rasanya rumah terasa sepi, ia bingung harus melakukan apa karena semuanya sudah dilakukan oleh waiter. Kila menghela nafas gusar.

"Kalau aja ada Juergen.." Kila bergumam. Tiba-tiba ia tersadar dari gumamnya dan melotot ke langit-langit kamar.

"Apa yang kupikirkan?! Sialan! Jangan bilang begitu Kila!" Ucapnya sambil memukul bantal malu. Kila tentunya tidak mau mengakui kalau ia merasa kesepian ketika Juergen pergi bekerja.

Lalu seorang waiter datang mengetuk pintu kamarnya.
"Nyonya-- Anda dipanggil"

Kila terdiam dan ia beranjak dari kasurnya. Ia keluar dari kamarnya dan menunduk kebawah sedikit, ternyata nenek Juergen datang ke rumahnya. Neneknya menatap Kila dari bawah dengan tatapan datar yang menusuk. Kila merinding.

Ia bergegas turun kebawah dan menundukkan badannya hormat.
"Se-selamat datang nek-- Kau mencari Juergen?" Ucap Kila pelan dan perlahan mengangkat badannya.

Nenek Juergen menggelengkan kepalanya.
"Aku datang untuk bertemu denganmu-- Kau belum tau namaku bukan?"

Kila meneguk ludahnya. Ia canggung ditambah fakta bahwa pertemuan sebelumnya dengan keluarga Juergen hanya neneknya yang tidak menyukainya.

Wanita tua itu langsung duduk di sofa dan Kila duduk didepannya. Ia meremas celananya di paha dan menggigit bibirnya sedikit. Sesekali melirik wanita itu.

Wanita itu meremas tongkat didepannya dan menatap Kila serius.
"Namaku Amber, seperti yang kau lihat aku adalah seorang alpha"

Kila mengangkat kepalanya dan menatap Amber. Ia mengangguk pelan.
"Be-begitu ya, salam kenal nyonya besar Amber" Ucapnya perlahan.

Amber menghela nafas.
"Kulihat keseriusan cucu ku untuk berkeluarga denganmu. Kalian bahkan menikah tanpa mengundang orangtuanya dan aku" Ucap Amber kesal.

"Itu-- itu saran Juergen aku hanya mengikutinya" Ucap Kila sambil menggaruk pipinya sedikit.

"Seharusnya kau bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Zorya, kalau dia tiba-tiba menikahimu tanpa bertemu denganku waktu itu aku bisa saja sudah membunuhmu" Ucap Amber sinis.

Kila menghela nafasnya perlahan. Temper dari orang ini memang berbahaya, ia begitu pemarah dan judes.

"Lalu apa kau sudah hamil?" Tanya Amber.

Kila menggeleng.
"Aku tidak tau, mungkin belum" Ucapnya perlahan.

Lalu waiter menyajikan cemilan di meja didepan mereka. Kila menatap cemilan itu lapar dan ia mengambil dan melahapnya.

Blergh!

Tiba-tiba rasa mual ingin muntah muncul. Ia spontan menutup mulutnya dan Amber menatapnya datar. Ia terdiam dan memaksa makanan itu untuk ditelan dan ia berhasil menelannya.

"Kau mual?" Tanya Amber lagi.

Kila menggeleng bohong dan mengambil cemilan lagi.
"Tadi hanya kaget karena rasanya agak berbeda dari makanan yang biasa kumakan"

"Cih kau memang tak pantas makan makanan orang kaya, sudah menjadi takdir lidahmu hanya pantas merasakan makanan kalangan rendahan" Ucap Amber sambil memalingkan wajahnya.

Kila tersentak dan terdiam menatap cemilan di tangannya. Ia merasa hatinya berat ketika mendengar ucapan tadi. Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari luar dan seseorang masuk.

"Kau datang tanpa diundang seperti jelangkung saja-- nenek" Ucap Juergen didepan pintu.

Amber melirik cucunya itu.
"Hah? Kau bilang nenekmu ini seperti jelangkung? Beraninya kau Juergen!"

Juergen mengangkat bahunya cuek dan mendekati Kila. Ia mencium Kila didepan Amber dan Kila terkejut.

"J-Jangan lakukan hal itu didepan nenekmu Juergen" Ucap Kila dengan nada rendah.

Juergen tidak mempedulikannya dan duduk disamping Kila. Ia merangkul pinggang Kila dan menatap Amber tajam.

"Apa maksud kedatanganmu kesini?"

Amber mengetuk lantai perlahan dengan tongkatnya. Ia menunjuk Kila.
"Untuk bertemu dengan menantuku yang kau nikahi secara diam-diam"

"Bukan diam-diam hanya saja aku tidak mau mengundangmu, Jill dan Tian karena aku sudah tau. Kalau aku mengundang Jill dan Tian kau pasti akan menyusul juga" Ucapnya sambil memutar bola matanya.

Amber kesal dan meremas tongkatnya kuat.
"Cih kau sudah berubah menjadi kurang ajar huh, dimana cucuku yang penurut dan selalu menjadi kebanggaan ku?"

"Memang selama ini aku penurut? Aku hanya malas mendengar ocehanmu dan aku tidak mau menjadi kebangaanmu-- aku ingin menjadi kebanggaan istriku" Ucap Juergen sambil mendempetkan badan Kila ke sisi badannya.

Kila tersipu malu. Ia melirik Juergen sedikit dan menggigit bibirnya.

"Apa kalian mau makan? Aku akan buatkan makanan untuk kalian dan Juergen apa pekerjaanmu sudah selesai?"

"Ya aku hanya menghadiri beberapa meeting. Biarkan chef rumah yang membuatkannya kau duduk saja disini" Juergen mengecup pipi Kila.

Amber mengerutkan keningnya.
"Tidak-- Buatkan makanan paling enak dan mewah untuk makan siang" Ucap Amber angkuh.

Kila mengangguk pelan. Juergen mengerutkan keningnya bete. Kila langsung beranjak dari sofa dan bergegas ke dapur.

Juergen menatap Amber lagi.
"Kau tidak puas mencampuri segala urusan di kehidupanku? Bahkan untuk jodohku sekalipun? Sampai kapan memangnya tugas seorang nenek hmm?"

Amber menatap Juergen terus.
"Tugasku adalah membimbing mu ke jalan yang benar, memastikan agar cucu kebanggaan ku tidak mendapat bisikan setan dari istrinya yang laknat, dan tentunya meluruskan pernikahan kalian jika ada masalah"

Kening Juergen berurat. Ia menahan dirinya agar tidak marah.
"Kau sadar kalau dirimu sudah kelewat batas? Meluruskan apanya yang ada kau hanya memperburuk keadaan. Kau bilang kalau kau tidak menyukai Kila dan sekarang kau akan meluruskàn pernikahan kami? Kau waras?"

Amber mengepalkan tangannya dan lehernya berurat.
"Cucu kurang ajar, kau belum pernah dipukul dengan tongkat ini huh?"

"Belum karena dulu kau memukulku dengan tangan, sayang sekali kau tidak bisa menggunakan tanganmu karena sudah tua ya" Ucap Juergen dengan nada sok iba.

Amber marah dan kesal karena ucapan cucunya yang kurang ajar. Ia menggertakkan giginya dan menatap Juergen tajam. Juergen juga membalas tatapannya dengan senyum penuh kemenangan.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang