Not My Fault

1.2K 101 3
                                    

------------------------------
27 September 20XX

Akhir-akhir ini Juergen bertingkah aneh, itulah yang dipikirkan Kila. Entah kemanapun Kila pergi maka Juergen selalu menemaninya, Ia bahkan juga menyemangati Kila dalam hal apapun seperti membantunya memasak, membereskan rumah dan sebagainya.

Kila yang sedang memotong wortel merasa tubuhnya sedikit merinding karena Juergen berdiri disampingnya sambil tersenyum manis dan mengusap kepalanya.

"Bisa tidak kalau kau duduk saja Juergen? Urusan rumah seperti ini biar aku yang melakukannya" Ucap Kila agak bete.

Juergen menggeleng kan kepalanya namun masih tersenyum.

"Apa kau tidak suka kalau aku disini membantumu?" Ucapnya dengan nada murung.

Kila menatapnya sebentar.
"Ya-- Bukannya aku tidak suka tapi kau berlebihan. Kau tidak perlu mengikutiku atau bahkan terus menemaniku ditambah kau masih dalam tahap pemulihan bukan?"

Juergen menatapnya terus. Senyumannya yang menempel diwajahnya tadi perlahan memudar.

"Kalau ada yang bisa kubantu kuharap kau memberitahu ku. Aku ingin membantu istriku yang cantik ini" Ucapnya goda.

Kila tertawa kecil sambil menyisihkan potongan wortelnya. Ia jinjit didepan Juergen dan mengecup bibirnya lembut.

Juergen membelalakkan matanya dan membalas kecupannya. Ia membuka mulutnya dan menyusupkan lidahnya ke mulut Kila. Kila tersentak.

Wajahnya blushing dan Juergen mendekapnya begitu erat. Mereka saling beradu lidah dan air liur menetes dari bibirnya.

"Su-sudah aku harus lanjut memasak!" Dorong Kila ke Juergen dan lanjut memotong kacang.

Juergen tersenyum miring dan berjalan pergi dari dapur. Ia melewati sofa yang terdapat bayi tidur diatasnya. Juergen menatapnya terus dan mendekatinya.

Bayi itu sangat mungil dan kulitnya harum seperti susu. Tubuhnya juga hangat ketika ia pegang. Juergen mengusap pipi bayi itu.

'Anak sialan, harusnya kau memang tidak ada didunia ini' Batin Kister.

Kister yang masih menguasai Juergen sontak menyekik leher bayi itu namun--- Sebelum ia mulai meremas leher kecilnya, bayi itu meremas jari-jari Juergen dan tersenyum senang.

Ia terdiam dan perlahan melepaskan cekikan nya. Juergen memijit keningnya dan menggeram kecil karena tindakannya yang terhenti hanya karena bayi itu mengusap jarinya.

Kila yang berjalan keluar dapur kemudian mendekati Juergen.
"Kenapa? Ada apa denganmu?" Tanya nya.

Juergen beranjak dan meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun. Suasana hening dan Kila ditinggalkan dengan penuh tanda tanya.

"Rasanya memang agak canggung kalau dirumah hanya bertiga.. Ditambah Juha sudah kembali karena kangen Delvin.." Gumam Kila.

Ia menatap bayinya yang menggeliat sedikit kemudian mengecup keningnya. Ia tersenyum manis dan mencium anaknya lagi.

Juergen berjalan ke kamar dan duduk di sisi ranjang. Ia menghela nafasnya gusar dan berpikir bagaimana cara agar manipulasi nya tidak ketahuan.

"Dia tau bedanya Juergen asli denganku" Ucapnya perlahan.

Bruk!

Ia menidurkan tubuhnya di kasur dan memejamkan matanya.

--------------
16:44 -----

Juergen membuka matanya, ia melirik sekitarnya dan jam di nakas sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Ia beranjak dan berjalan keluar kamar dan melihat Kila yang sedang menyusun kue cokelat di meja.

Juergen langsung turun dan mendekatinya.
"Ohh kau berusaha memasak untukku? Bahkan membuatkan ku kue yang cantik ini"

Kila mengangguk.
"Ini untukmu Juergen cobalah!"

Juergen mengambil sedikit dan memakannya. Tiba-tiba dadanya sesak dan nafasnya tidak teratur.

"Ughh-- Cough cough!" Serak Juergen sambil terbatuk-batuk.

Kila panik.
"Mi-minum dulu sayang!" Ia menyodorkan segelas air namun Juergen menepisnya.

Prang!!

Gelas itu terjatuh dan pecah.

"Kau-- Kau gila?! Aku alergi kacang dan kau memberikan kue kacang padaku?!!" Bentak Juergen dengan nada tinggi.

Kila semakin panik.
"Ma-Maafkan aku sayang! Ayo kita ke dokter!"

Bug!!

Juergen mendorong Kila hingga mentok ke meja.

"Kau-- Kau ingin membunuhku hah?!! Fuck kau jablay!! Mati aja sialan!!"

Ia menyekik Kila dan memukul wajahnya hingga lebam. Kila sontak meronta dan berteriak minta tolong namun Juergen membekapnya kuat. Ia mengambil pisau namun tubuhnya yang sudah alergi akut terhadap kacang tidak kuat menahan efeknya.

Sesak di dadanya semakin memburuk dan ia mimisan hebat. Juergen menggerang kesakitan dan Kila yang lepas dari Juergen langsung mengambil ponselnya dan menelpon Orangtua Juergen.

"Halo? Kila? Ada apa sayang?" Ucap Jill dibalik telpon.

"Ku-Kumohon tolong Juergen! Ia sesak nafas karena kacang!!" Teriak Kila panik.

"Tunggu disana sayang kami akan langsung membawa ambulan!" Ucap orangtuanya.

Kila menggendong bayinya dari sofa dan Juergen menatap Kila emosi.

"KEMARI KAU SIALAN!! AKU AKAN MEMBUNUHMU!!" Bentak Kister.

Kila gemetar ketakutan dan ia berlari keluar rumah. Juergen yang menatap kepergian Kila semakin marah dibuatnya. Nafasnya yang sakit dan tubuhnya gemetar hebat dan akhirnya ia pingsan.

Tak lama ambulan datang dengan kedua orangtuanya.

"Juergen!! Tolong bawa dia ke rumah sakit secepatnya!" Teriak Jill.

Petugas medis bergegas membawanya ke ranjang jalan dan mereka melaju ke rumah sakit cepat. Sementara Jill terdiam sebentar.

"Tunggu-- Dimana Kila?" Gumamnya pelan.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Author's Note :

Sorry banget kalo telat update karena banyak bacaan yang harus dibaca huhu 😖 Anyway makasih yang udah setia baca dan kasih vote ❤️

Ohya kedepannya aku bakalan update lebih dari satu chapter jadi stay tune!

Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang