Mainly Woman

597 42 3
                                    

Ckit!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ckit!

Mobilnya berhenti disebuah gedung megah dan Fazura turun bersama suaminya. Mereka melangkah masuk cepat menuju sebuah ruangan dan ketika Fazura membukanya terlihat dua orang pria sedang merokok dan meminum alkohol.

"Ah kau datang, lama juga" Ucap salah satu pria.

Pria lainnya hanya mengangguk sambil menatap Fazura.

Fazura tersenyum

"Hahaha apa kalian akur selama aku tidak ada? Huu~ Kalian bertiga menggemaskan"

Ia tertawa kecil dan duduk disebuah sofa. Ia merogoh sakunya dan mengambil cerutunya.

"Kau lupa kalau kita kesini untuk membahas sesuatu Fazura-- Kami tidak punya banyak waktu jadi cepat bicara" Ucap pria kedua.

"Ahh sumpah deh, Aku punya tiga suami yang selalu cuek padaku~" Ucap Fazura goda.

Ya, Mereka semua adalah suami Fazura. Suami pertamanya bernama Luca, Ia adalah pemimpin district barat. Suami keduanya bernama Jeanne, Ia adalah mantan tentara yang banting stir menjadi seorang pengkhianat dan yang terakhir adalah Anton, Ia adalah seorang pembunuh bayaran yang disewa oleh Fazura namun berakhir menjadi suaminya.

Meskipun begitu Fazura dan ketiga suaminya bersepakat untuk tidak memiliki anak dari hubungan mereka. Mereka bebas untuk memilih siapa partnership mereka dalam hal seks, percintaan atau bahkan pekerjaan. Tapi-- Fazura menekankan bahwa pernikahan mereka berarti mereka terikat dengannya sampai mati dan Fazura tidak menerima perceraian.

Anton menghela nafasnya.

"Kudengar kau mengadopsi seorang bayi. Darimana dan apa tujuanmu?"

"Simpel, Aku hanya ingin membesarkannya untuk menjadi pemimpin di district ku ini. Anak itu adalah anak dari seorang bos yang menjadi musuh bebuyutan kita kalian tau kan?"

Luca, Jeanne dan Anton menatap Fazura bersamaan. Fazura membalas tatapan mereka dengan senyum.

"Juergen Zorya?" Tanya Luca.

"Yup, nilai 100 untukmu" Angguk Fazura.

"Ahh~ Kau mengambil anaknya karena bawahan mu itu pernah menculik ibunya bukan? Kau menceritakannya tapi aku lupa namanya--" Ucap Jeanne sambil mengetuk jarinya di dagu.

"Gio, Giovanni jika aku tidak salah ingat" Balas Luca.

"Giovanni adalah tikus kesayanganku tapi dia mati dibunuh oleh Juergen bangsat itu dan penyelidikan polisi berhenti sampai istrinya ditemukan. Anak yang kuambil itu adalah anak hasil istrinya dan Gio. Tentu saja Gio akan sangat senang jika aku mengambilnya agar dibesarkan ditempat dimana ayahnya tumbuh bukan?" Fazura tersenyum miring.

Jeanne memainkan pisau ditangannya sambil bersandar di sofa.

"Ah ya anyway, beberapa tikus intel tentara sudah bergegas mencari bukti agar bisa menemukan keberadaan anak itu"

Jeanne melempar beberapa dokumen sambil terus memainkan pisaunya. Luca dan Anton mengambil kemudian membacanya. Mereka mengerutkan keningnya.

"Dimana tikus barumu itu? Kenapa bisa-bisanya dia bertindak tanpa arahan dari kita?!" Ucap Anton menggeram.

Fazura terkekeh.

"Dia tidak disini, atasannya memanggilnya untuk kembali ke markas" Ucapnya santai.

Luca memutar matanya dan melempar dokumen itu ke meja lagi. Ia berdiri didepan kaca jendela besar dan menatap seluruh kota.

"Kita jangan sampai lengah, jika ada yang mencurigakan baik anggota atau bawahan-- bunuh mereka semua. Jangan sampai ada yang tersisa, jangan sampai muncul rasa iba dan kasihan pada mereka" Ucapnya tegas.

Anton dan Jeanne mengangguk setuju diikuti oleh Fazura.

----------------------

Juergen :
"Kau belum menemukannya?"

Elda :
"Beberapa bukti sudah ada tapi tetap saja-- tidak semudah itu. Kami akan mencari lagi lebih dalam jadi kau tenang saja"

Juergen menggigit bibirnya cemas.


Juergen :
"Aku tidak bisa tenang Elda, istriku terus menangis dan bahkan kesehatannya menurun karena ini. Jika dia tidak bisa ditemukan maka aku--"

Elda :
"Hey hey, jangan bicara seperti itu. Serahkan tugasmu pada kami dan tenangkan istrimu ya"

Juergen menghela nafas.

Juergen :
"Ya, kalau begitu aku akhiri sampai sini saja"

Ia mematikan panggilannya dan berjalan menuju ruang keluarga. Terlihat Kila yang duduk disofa termenung sambil di kelilingi ke-8 adik-adiknya.

"Kakak? Kakak kenapa sedih terus??" Tanya Javier.

"Kata Mama kan gaboleh sedih, nanti banyak kerutan loh!" Balas Athanasia.

Kion, Sesil, Sabina, Leticia, Letisha dan Hades menatap Kila dengan bingung. Kila hanya mengangguk pelan dan menghela nafasnya berat.

Juergen mengepalkan tangannya dan berjalan mendekati Kila. Ia mendekap Kila dari belakang dan mencium tengkuknya.

"Jangan sedih terus sayang kau bisa membuat adik-adikmu cemas. Yakinlah bahwa anak kita akan selamat dan kembali kepadamu secepatnya" Ucap Juergen dengan lembut.

Kila mengangguk pelan dan menggosok matanya sendu. Ia menatap adik-adiknya dengan tatapan kosong-- seperti wadah tidak berisi. Tidak ada yang bisa membuatnya senang atau bahkan tertawa sekalipun.

"Kak, bagaimana kalau kami buatkan makanan? Aku bisa masak loh~" Ucap Sesil antusias.

Kion mengangguk semangat.

"Akan kami buatkan makanan untukmu kak"

Ke-8 adiknya itu berjalan ke dapur dan mulai memasak untuk Kila. Juergen mengusap kening Kila dan mengecup lehernya.

Kila menghela nafasnya pelan dan mengusap tangan Juergen lembut.

"Maafkan aku-- karena aku kalian semua ikut cemas. Jangan hiraukan aku" Ucapnya pelan.

Juergen menggeleng.

"Apa maksudmu? Aku disuruh untuk tenang disaat istriku sedih dan anak kita hilang? Yang benar saja" Balasnya sambil jemetut.

Juergen mencium pipi Kila lama dan Kila tersenyum kecil. Kantung matanya sudah mulai membesar dan tubuhnya sedikit lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Juergen tersenyum kecil dan menggenggam tangannya.

"Kita akan menemukannya sayang, Kita pasti akan menemukannya"

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang