A Man With Keen Eyes

1K 91 3
                                    

Suasana hening ketika Kila memeluknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana hening ketika Kila memeluknya. Ia mendongak sedikit dan mengintip wajahnya ternyata dia terdiam karena malu dan gugup.

"Ah maafkan aku kalau kau berpikir yang tidak-tidak tapi aku hanya bingung harus bicara apa tadi" Ucapnya cepat sambil mengusap punggung Kila.

Kila mengangguk pelan dan masih memeluknya. Orang itu melirik ke arah lain.

"Hey kau tunggu disini sebentar oke? Aku akan menutup sesuatu"

Dia melepas pelukannya pelan dan bergegas menutup gorden dan membalikkan tulisan OPEN. Ia membereskan beberapa cangkir dan piring di meja kemudian menaruhnya di wastafel asal.

Ia menengok ke Kila sambil tersenyum simpul.
"Ayo ikut aku"

Kila mengangguk dan menggendong bayinya kemudian mengikutinya. Mereka berjalan menaiki tangga dan masuk ke sebuah kamar.

"Kau bisa pakai ruangan ini untuk istirahat dengan bayimu. Aku akan siapkan makanan dan pakaianmu ya" Ucapnya sambil tersenyum.

"Ka-kau memperbolehkan aku--- Memakai ruangan ini?" Ucap Kila gemetar.

Orang itu mengangguk.
"Tentu saja karena aku jarang menginap di toko ku haha~ Kau harus istirahat ya"

Ia menaruh pakaian di pinggir kasur kemudian keluar dan kembali ke dapur. Kila mendekat ke ranjang dan menidurkan bayinya. Ia meremas baju itu.

Orang itu sibuk di dapur sambil membuatkan makan malam untuk mereka berdua. Ia melakukannya dengan cepat takut Kila kelaparan namun terdengar suara langkah kaki turun tangga dan ia menoleh---

"Terimakasih untuk.. Bajunya.." Ucap Kila pelan.

Ia memakai baju orang itu namun terlalu besar di badannya. Dadanya terlihat sedikit dan hal itu membuat orang itu memalingkan wajahnya cepat.

"A-ah ya! Sama-sama! Syu-syukurlah kau suka hahaha!" Ucapnya canggung.

Kila mengangguk pelan dan duduk di salah satu meja. Orang itu mematikan kompornya dan membawa makanannya ke meja.

"Mari makan~" Ucapnya antusias.

Kila mengangguk lagi. Ia mengambil sendok dan memakan sup hangat itu. Sembari makan ia menatap wajah orang yang makan bersamanya itu.

"Siapa namamu?" Tanya Kila.

"Ah ya aku lupa memperkenalkan diri--- Namaku Yohana Kearus, kau bisa panggil aku Yohan!" Ucapnya antusias.

Kila menatap Yohan terus.
"Kau laki-laki tapi punya nama perempuan hmm? Sama sepertiku"

Yohan mengangguk.
"Ahh karena ibuku bilang aku sepertinya perempuan saat lahir padahal sudah jelas laki-laki dan dia malas mengganti namaku di akta"

Yohan menatap Kila lagi.
"Bagaimana denganmu?"

"Aku-- Kila Ananta" Ucap Kila sembari tersenyum.

Dada Yohan berdebar kencang saat menatapnya tersenyum. Dia berdeham sedikit.

"Bagaimana kau bisa sampai sini? Dan kenapa wajahmu ada luka lebam? Apa kau terlibat pertengkaran?" Tanya Yohan hati-hati.

Kila berhenti dari makannya sebentar. Ia menghela nafas berat.

"Aku-- Aku dan suamiku seorang alpha--- Ka-kami terlibat pertengkaran karena aku memasak kue berisikan kacang. Aku sungguh tak tau kalau dia alergi kacang akut yang bisa sampai membuatnya sesak nafas. Dia juga bertingkah aneh seperti berpura-pura menjadi orang lain dan dia berusaha membunuh anakku" Tanpa sadar air mata menetes ke tangannya.

Yohan cemas dan mengusap tangan Kila lembut.
"Tenang saja kau bisa lanjutkan, aku disini mendengarkanmu"

Kila terdiam sebentar. Ia mengangguk pelan.
"Aku tidak tau kenapa dia sangat marah terhadap itu bahkan aku juga tidak mengetahui soal alerginya. Dia tidak pernah menceritakan soal dirinya padaku dan dia hanya ingin tau semuanya tentangku--- Aku sebagai istrinya ingin sekali mengetahui apapun tentangnya seperti jabatannya di pekerjaan, pekerjaan apa yang dia lakukan dan hobi, masakan favorit serta hal lainnya.. Tapi dia enggan memberitahukannya.."

Kila sesegukan dan bibirnya gemetar.
"Dia mencekik ku dan menonjok ku dan aku berhasil kabur darinya"

"Kila-- Kau--" Ucap Yohan terpotong.

"Hiks inilah alasannya kenapa aku membenci alpha! Mereka selalu bertindak semuanya dan tidak pernah memikirkan perasaan orang lain!! Aku--- Aku selalu merasakan sakit ketika bersamanya, dia tidak mau merasakan hal yang sama denganku bangsat!!" Ucap Kila frustasi.

Yohan makin cemas.
"Kila tenangkan dirimu jangan bicara seperti itu, kau akan--"

"Aku benci alpha!! Hiks aku harap aku tidak pernah menikahinya-- Aku harap aku tidak pernah bertemu dengannya hiks! Aku sangat mengutuknya! Aku membencinya! Aku--"

Ucapan Kila terpotong dan Yohan sudah mendekapnya erat. Kila berkaca-kaca dan melirik Yohan sedikit.

"Kila, Aku tau kau sangat kesal tapi kau tidak boleh bicara seperti itu. Aku sangat mengerti emosimu yang bergejolak karenanya tapi kau harus mengerti kalau kau memang harus keluar dari siksaan ini" Ucap Yohan dengan nada lembut.

Kila membelalakkan mata.
"Sik--saan?"

Ia melepaskan dekapannya dan menangkup wajah Kila. Mata mereka bertemu dan Yohan menatapnya begitu dalam.

"Kalau kau menikahi seseorang yang tida mencintaimu juga--- Kau harus melepaskannya. Dia memperlakukan mu seperti ini berarti dia tidak serius denganmu. Kila, kau harus mengerti kalau dirimu juga butuh kebebasan begitupun anakmu. Jangan sampai anakmu adalah target selanjutnya dari kemarahan suamimu.."

Kila menatapnya terus. Ia membelalakkan matanya.
"Yohan-- A-apa kau seorang alpha?"

Yohan terdiam sebentar. Ia menggeleng.
"Bukan, Aku beta"

Kila tersenyum lega dan memeluknya erat. Ia menangis di pelukannya. Yohan mengusap punggung Kila dan melirik ke arah jendela. Matanya seketika berubah menatap semuanya menjadi datar.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't Cry, Kila [Omegaverse]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang