•
•
Sudah 4 jam berlalu, Kila menimang-nimang anaknya di ranjang kecil dan menyelimutinya. Ia melirik Gio yang sedang membersihkan senjata-senjata nya. Kila menelan ludahnya.
"Gio mau makan? Akan kubuatkan untukmu" Ucap Kila lembut.
Gio terdiam sebentar dan menoleh.
"Tentu, buatkan yang enak untukku-- Kau tau makanan kesukaanku bukan?"Kila mengangguk pelan dan beranjak dari kamarnya. Ia berjalan ke dapur dan mulai memasak. Ia menggenggam pisau daging kuat. Sembari menatap pisau itu ia berpikir begitu dalam bagaimana caranya terlepas dari Gio. Sedangkan pria itu memiliki banyak senjata yang dapat membunuhnya dalam sekejap. Kila menghela nafasnya berat.
Namun diam-diam Gio menyusulnya dan mendekapnya erat dari belakang. Gio mengusap paha Kila lembut.
"Kau memikirkan sesuatu sayang?" Tanya nya dengan suara berat.
Kila tersentak dan terpaku sejenak, kemudian menggeleng.
"Apa yang kau bicarakan tentu saja aku memikirkan makanan apa yang enak untuk kita makan sekarang"Gio mengernyitkan keningnya. Ia menjambak Kila dan mendorong wajahnya ke meja dapur.
Brak!!
Kila terkejut dan melirik Gio di belakangnya.
"Ke-kenapa kau ini?!""Kenapa? Kan sudah kubilang untuk masak makanan kesukaanku. Tapi kau malah bilang sedang memikirkan makanan yang enak-- berarti kau tidak tau apa makanan kesukaanku hmm?"
"Bukan! Aku bukan berniat begi--"
"DIAM KAU JABLAY!!" Teriak Gio.
Gio mengambil tali tambang dan mengikatnya di tangan serta lehernya. Kila terbatuk-batuk kesulitan bernapas. Ia melirik Gio sedikit.
"Maafkan aku-- Maafkan aku sayang aku bukannya tidak ingat atau apa--"
Ucapan Kila tidak mempan untuk Gio sekarang. Gio menarik tali di leher Kila dan membawanya keluar rumah. Disana terdapat sebuah peti mati dan Gio memasukkan Kila ke dalamnya. Kila yang sadar kalau dia berada didalam peti itu seketika tubuhnya merinding dan gemetar hebat. Bukannya tanpa alasan, di dalam peti itu ia di temani bersama mayat seseorang yang sudah meninggal lama dan tubuhnya di penuhi belatung serta parasit.
"Gio maafkan aku!! Aku mohon jangan begini padaku hiks hiks!" Kila menangis hebat dan Gio hanya tersenyum.
"Diam disini selama 3 hari baru kau akan belajar menjadi istri yang baik"
Gio menutup peti itu dan memasukkannya di lubang tanah yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Ia juga sering menghukum Kila dengan memasukkan nya ke peti itu jadi Gio pikir harusnya Kila sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Ia menguburkannya di tanah dan menancapkan sekop di atas tanah itu. Ia berjalan masuk rumah dan melanjutkan membersihkan semua senjatanya namun ada yang aneh.
Salah satu pistol kesayangannya hilang, Gio begitu panik dan mencari ke sekitar tempat itu dan tiba-tiba
Klak!
Suara kokang pistol itu bergemelatuk di samping kepala Gio. Pistol itu mengarah ke tepat di otak nya dan Gio melirik siapa yang memegang pistol itu. Ternyata Juergen.
"Kau-- Bagaimana kau bisa sampai sini?"
Juergen mengangkat alisnya.
"Apa aku harus menjawab soal itu sekarang? Dasar kau memang seperti wartawan selalu menanyakan hal yang tidak penting"Gio mengangkat sebelah alisnya. Ia sedikit bingung karena ini bukanlah Juergen yang ia tau.
"Ohh kalau kau mau membunuhku yasudah lakukan saja. Sekalian anak itu bunuh saja agar kami tetap bersama"Juergen terdiam. Ia mengarahkan pistol itu ke dengkul Gio.
Bam! Bam!
Ia menembak kedua dengkulnya dan Gio terduduk kesakitan. Juergen tersenyum lebar.
"Oh well kau sudah punya anak dengan istriku? Dimana si lonte itu? Suaminya datang nih!" Ucap Juergen sambil mendengus.
Gio menggeram kesal dan mengambil pisau di meja lalu menusuk paha Juergen dalam.
Jleb!!
Pisau itu tertancap dalam namun Juergen tidak berkutik.
Buak!!!
Ia menendang kepala Gio sampai terpental dan mengeluarkan pisau itu dengan enteng.
"Kau pikir dengan pisau seperti ini bisa membunuhku? Aku punya pistol loh""Hiks hiks aaa-- ahh hiks hiks huaaa!" Suara tangisan bayi muncul ketika pertengkaran mereka dimulai.
Juergen menengok ke bayi itu dan menatapnya dengan dalam. Hal ceroboh itu yang menjadi celah terbuka Gio untuk melawan. Gio berdiri dan mengambil ransel Juergen dan menodongkan pistol juga. Keduanya bersenjata, tapi pikiran Juergen sekarang setengah kacau karena Juergen yang asli menginginkan dirinya kembali. Mendengar tangisan bayi itu membuat dadanya sesak dan ia mundur beberapa langkah.
Gio tersenyum lebar. Ia menggendong bayi itu dan menekan pistol ke mulut bayinya sendiri.
"Hey~ Kalau kau berani taruhan-- Kau mau selamatkan Kila atau anaknya mati disini? Bagaimanapun juga dia adalah anak Kila-- ah tidak, anak KAMI"***
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Cry, Kila [Omegaverse]
خيال (فانتازيا)❗❗ THIS IS BL STORY ❗❗ ❗❗IF YOU DON'T LIKE IT JUST LEAVE❗❗ "Oh lihat-- Ternyata kau lebih banyak diam karena kalau kau bicara malah akan keluar suara desahan?" Ejek seorang alpha bernama Juergen Zorya. Didepannya terdapat seorang omega yang akan di...